PDIP duga TNI terlibat politik praktis di Pilkada Kepri
Atas peristiwa tersebut, BBHA Pusat DPP PDIP telah melaporkannya kepada Bawaslu.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menemukan beberapa rangkaian peristiwa terkait keterlibatan anggota TNI dalam Pilkada Kepulauan Riau (Kepri) 2015. Bahkan keterlibatan itu patut diduga dilakukan secara struktural atau komando demi kepentingan tertentu.
“Di Kota Batam, TNI telah melakukan secara terbuka penggelaran kekuatan, pada bentuk-bentuk organisasi yang dapat menjadi peluang bagi kepentingan politik praktis,” kata Sekretaris Badan Bantuan Hukum dan Advokasi (BBHA) Pusat DPP PDIP, Sirra Prayuna, dalam rilisnya, Jumat (11/12).
Selain itu, Sirra juga mengatakan telah terjadi intimidasi oleh anggota TNI atas nama Serka Agustin (Babinsa Kelurahan Lengkong Sedai) terhadap Koordinator Saksi Pilkada 2015, yang juga merupakan Pengurus PAC PDI Perjuangan, Kecamatan Bengkong, Batam, Kepri, Alex. Peristiwa itu terjadi di kediaman Alex pada hari Kamis (9/12) sekitar pukul 01.00 WIB.
Peristiwa tersebut, kata Sirra, melibatkan lebih kurang 7 orang anggota TNI dengan cara datang ke rumah Alex dan memaksa Alex naik ke mobil dan dibawa ke Kantor Kodim dengan alasan akan dilakukan pemeriksaan atas tuduhan politik uang (money politics).
“Peristiwa itu mengakibatkan persiapan tim pemenangan yang akan menyiapkan saksi menjadi terganggu dan tidak bisa dilaksanakan dengan baik,” ujarnya.
Bentuk lainnya, kata Sirra, adalah tindakan Komandan Kodim Batam yang telah mengumumkan secara terbuka tentang telah dilakukannya penangkapan dan penahanan terhadap Alex melalui media masa cetak dan elektronik, yang secara nyata telah menunjukkan tindakan TNI yang melakukan/bertindak sendiri tanpa menghiraukan ketentuan perundang-undangan tentang Pilkada khususnya mengenai kewenangan Gakumdu.
“Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi mobilisasi TNI dalam proses Pilkada Kepri di Kota Batam, yaitu Komandan Kodim (Dandim) secara terang-terangan telah memosisikan institusi TNI memasuki ranah politik praktis yaitu dalam bentuk 'melakukan penindakan langsung atas dugaan pelanggaran yang belum terverifikasi dengan baik'," ujarnya.
"Bukan dengan cara membantu kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat sebagaimana yang diatur dalam undang-undang," imbuhnya.
Berdasarkan hal tersebut, kata Sirra, BBHA Pusat DPP PDIP menyatakan sikap, bahwa tindakan TNI tersebut nyata-nyata merupakan bentuk pelanggaran atas ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (2), Ketetapan MPR Nomor: VII/MPR/2000, tentang Peran Tentara Nasional Indonesia Dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia; yakni Pasal 4 (2): Tentara Nasional Indonesia memberikan bantuan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan atas permintaan yang diatur dalam undang-undang.
Kemudian Pasal 5 (2): Tentara Nasional Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis.
Tindakan TNI di Pilkada Kepri tersebut, lanjut Sirra, juga merupakan pelanggaran atas ketentuan Pasal 2 huruf d. dan Pasal 7 angka (2) huruf b angka 10 dan Pasal 39 angka 2 serta Penjelasan Pasal 11 ayat (2), UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
"Bahkan, mereka juga nyata-nyata melakukan pelanggaran atas Delapan Wajib TNI, khususnya angka 7, yaitu Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat," ujarnya.
Atas peristiwa tersebut, BBHA Pusat DPP PDIP telah melaporkannya kepada Bawaslu dengan nomor Penerimaan Laporan Tanda bukti Penerimaan laporan: 010/LP/PGBW/XII/2015 pada 10 Desember 2015.
“Dan kami meminta kepada Bawaslu RI untuk dapat memanggil dan meminta keterangan pihak-pihak terkait dalam permasalahan dimaksud,” pungkasnya.
Baca juga:
Soerya-Ansar dituding main politik uang, disangkal buat honor saksi
Pleno rekapitulasi suara di Batam Kota dijaga ketat & digaris polisi
Teror-teror yang dialami Soerya Respationo jelang Pilgub Kepri
Ganjar ajak masyarakat Kepri lawan teror bom pilkada
Diteror dan difitnah, Cagub Soerya minta pendukungnya menahan diri
-
Kapan Pilkada serentak berikutnya di Indonesia? Indonesia juga kembali akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di tahun 2024. Pilkada 2024 akan dilasanakan ada 27 November 2024 untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015. Pesta demokrasi ini melibatkan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
-
Apa definisi dari Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Kenapa Pilkada itu penting? Pilkada artinya singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah, adalah salah satu momen krusial dalam sistem demokrasi kita.