Politik uang hingga mark up suara dominasi berita pemilu 2014
Dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini terdapat sekitar 14.556 pemberitaan media online terkait pemilu.
Tahapan pemilu legislatif 2014 telah usai setelah KPU mengumumkan 560 caleg terpilih yang akan duduk di Senayan untuk periode 2014-2019. Selama proses pemilu tersebut, pemberitaan media didominasi oleh kasus politik uang, penggelembungan suara, hingga kekerasan bermotif persaingan politik.
Hal itu diungkapkan oleh Tika Herlambang dari Indonesia IndikatorS. Menurut Tika, Hampir seluruh media dari sabang sampai merake memberitakan masalah money politik, namun sayangnya tidak berlanjut sampai tindak pidana.
Penggelembungan surat suara juga mendapat persentase kedua paling besar di berbagai banyak daerah di Indonesia yang diberitakan di berbagai media, dan yang mengejutkan permasalahan kekerasan yang sebelumnya tidak menjadi perhatian bagi IndikatorS justru memiliki persentase yang cukup besar.
Kekerasan yang dimaksud oleh Tika adalah kekerasan yang terjadi di berbagai TPS di daerah-daerah Indonesia dari tingkatan desa, kecamatan, maupun kabupaten, seperti adanya pembakaran surat suara, pencurian surat suara, dan pembuangan surat suara di laut.
IndikatorS, lembaga analisis independen yang bergerak dalam pengalian data, mengungkapkan fakta mengenai pemilu 2014 yang dirangkum dari pemberitaan dari berbagai 337 media online lokal maupun nasional yang hanya 235 media yang memberitakan pengamanan pemilu.
Dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini terdapat sekitar 14.556 pemberitaan media online baik lokal maupun nasional yang berkaitan dengan pemilu legislatif. Dari jumlah tersebut, 52 persen di antaranya berbicara mengenai politik uang.
Tika mengungkapkan, kekerasan yang menyangkut pileg kemarin paling besar berada di Maluku Utara. "Tentu hampir di setiap TPS di daerah juga ada, kecuali di Jakarta," katanya dalam diskusi 'Ricuh rekapitulasi, Marak Sengketa. Apa nasib Pilpres nanti?' di Jakarta, Sabtu (17/5).
Tika yang menyayangkan pemberitaan yang selalu bersifat nasional dan berita-berita daerah yang kurang dimunculkan, membuat permasalahan pileg terlihat aman-aman saja. "Nyatanya banyak terjadi kekerasan di berbagai daerah," cetusnya.
"3 Persoalan cukup mendominasi dalam pelanggaran pemilu 2014. Walau merasa aman-aman saja tapi ternyata di sini ada masalah. Kaum pers diharapkan bisa menjadi semacam anjing penjaga. Ayo kita sebentar lagi pilpres, jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi," sambung Tika.
Menurut data IndikatorS, Tika mengungkapkan, Dalam satu bulan terakhir, pemberitaan mengenai kekerasan terjadi di mana-mana. Sedangkan dua bulan terakhir, pemberitaan lebih melihat pada penggelembungan surat suara dan money politics.
IndikatorS mencatat, dari tanggal 17 April-17 Mei, pemberitaan mengenai money politics mencapai 44%, penggelembungan suara 29%, dan kekerasan berkaitan dengan pemilu 22%, selebihnya pemberitaan mengenai manipulasi data.
"Bulan April, pemberitaan mengenai kekerasan di berbagai daerah seluruh indonesia ada 365 pemberitaan," tutupnya.
Hadir dalam diskusi ini anggota Bawaslu Daniel Zuchron, Direktur Lingkar Madani (Lima) Indonesia Ray Rangkuti sebagai moderator, Direktur Eksekutif Tepi Indonesia Jeirry Sumampow, politisi Hanura Pancani Gandrung, dan Sudiatmiko Ariwibowo politisi PDIP.