Politikus PDIP sebut Riza Chalid yang jadi target, bukan Setnov
Effendi menduga kasus Freeport merupakan desain yang diukir oleh Menteri ESDM Sudirman Said.
Politikus PDI Perjuangan Effendi Simbolon menyebut Ketua DPR Setya Novanto hanya dijadikan 'kambing hitam' dalam masalah PT Freeport yang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Dia menduga Setya Novanto hanya dijadikan 'bantalan' dalam pertarungan dua kelompok yang memiliki kepentingan besar di PT Freeport.
Lalu, siapakah dua kelompok yang dimaksud itu?
Effendi menjelaskan bahwa dalam kasus Freeport ini merupakan desain yang diukir oleh Menteri ESDM Sudirman Said. Sesungguhnya, kata dia, sasarannya ialah pengusaha Minyak Riza Chalid. Menurut dia, Sudirman mulai mengincar Riza dengan membentuk tim reformasi tata kelola migas dengan menunjuk Faisal basri sebagai ketuanya.
"Ujug-ujug tunjuk Faisal Basri, hanya gunakan figur baik dan polos untuk mengeluarkan audit forensik, dan makanya dia sekarang bingung. Itulah digunakan Pertamina untuk meminta auditor audit forensik, ini sudah dengan batasan dan tembakannya Riza, rudalnya langsung menghancurkan, destroy kekuatan Riza, dan berlanjut ke proses freeport," kata Effendi di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/11).
Dalam masalah Freeport dia menyebut ada kepentingan mantan petinggi Petral Ari Soemarno yang merupakan adik Menteri BUMN Rini Soemarno. Dia mengatakan, bahwa Ari dan Riza yang bersahabat selama berkarier di Petral pada tahun 2004, kini pecah kongsi sehingga munculah dua kelompok yang dia maksud itu.
"Ari Soemarno dan Riza pecah kongsi pada 2004. Karena ini yang bermasalah bukan Sudirman tapi Ari Soemarno tetapi dilakoni Sudirman dan ada lagi godfathernya, yang level lebih tinggi, yang nanti anda tahu, ini perang frontal, nah ketika ini misi mereka memuluskan proses perpanjangan kontrak karya dan lainnya terganjal karena tidak ada negosisasi sebelum 2019," ujarnya.
Menurutnya, kasus ini tidak akan muncul jika dalam pertemuan Novanto dan Presiden Direktur Freeport Maroef Sjamsoeddin tidak dilakukan bersama Riza. Sebab, berulang kali Effendi menuturkan bahwa yang menjadi sasaran ialah Riza. Karena mengetahui dalam pertemuan itu dihadiri oleh Riza, dia lalu menuding Maroef yang berada di kubu Sudirman merekam pembicaraan tersebut dan dibeberkan ke publik.
"Itulah yang terjadi, andaikan tak ada Riza di pertemuan, itu tak akan terblow up, ini ibarat pesawat Malaysia tidak tau kemana dan disinyalir ada orang dihilangkan maka dijatuhkan, maka ada Novanto, momentum blow up, sasarannya tapi bukan Novanto," tandasnya.