Ruhut: Pak SBY, hati boleh panas tapi kepala harus tetap dingin
Ruhut menolak jika pemerintah yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) dituding tengah melakukan segenap upaya untuk menjatuhkan SBY. Terlebih, jika anggapan itu dikaitkan dengan gelaran Pilkada DKI Jakarta 2017. "Aku yakin Pemerintah Jokowi yang aku dukung tidak melakukan itu," kata Ruhut.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta untuk tetap berkepala dingin meski suasana sedang memanas. Hal ini mengingat SBY merupakan salah satu negarawan yang pernah menjadi Presiden Republik Indonesia selama dua periode.
Permintaan itu sebagaimana dikatakan politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul menanggapi pidato politik SBY di Cikeas siang tadi.
"Pak SBY, hati boleh panas tapi kepala harus dingin. Bapak adalah negarawan," kata Ruhut saat dihubungi, Jakarta, Rabu (2/11).
Lebih lanjut, Ruhut menolak jika pemerintah yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) dituding tengah melakukan segenap upaya untuk menjatuhkan SBY. Terlebih, jika anggapan itu dikaitkan dengan gelaran Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Aku yakin Pemerintah Jokowi yang aku dukung tidak melakukan itu," tegas Ruhut.
Ruhut justru menuding para pembisik SBY sebagai biang keladi di balik kemarahan SBY di Cikeas. Para pembisik disebut Ruhut tidak memberikan data yang benar tentang situasi yang terjadi sehingga memicu kemarahan SBY.
"Orang-orang di lingkungan Pak SBY tolong kajilah info yang benar sebelum diberi ke Pak SBY. Beliau ini negarawan," sambungnya.
Ruhut mencontohkan, bisikan bahwa karir anak sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), akan terganggu di era Jokowi. Tapi faktanya, kata Ruhut, karir Agus mulus dan segera naik pangkat jadi kolonel. Atas bisikan itu juga akhirnya Agus diusung sebagai cagub.
"Aku enggak sejalan AHY jadi gubernur, makanya aku mundur. Aku maunya AHY sampai jenderal," sambungnya.
Selain pembisik SBY, Ruhut juga mempermasalahkan perkembangan penggunaan media sosial yang tanpa batas hingga mudah membuat adu domba di negeri ini.
"Sekarang era media sosial, jadi jangan sensitif menanggapinya. Memang medsos kebangetan mengadu domba. Jadi apa yang dikatakan Pak SBY itu semua dari pemberitaan medsos," jelas anggota Komisi III DPR RI itu.
"Semua ini kan karena Buyani, kan dari medsos itu. Mestinya dia ditangkap. Makanya harus mencontoh Ahok, karena dia blusukan diganggu tapi tetap diam saja," jelas Ruhut.
"Terakhir, sebagai orang dekat Jokowi saya selalu jembatani hal-hal yang baik. Kalau ada masalah kita kecilkan kalau bisa kita hilangkan," pungkasnya.