Siapa yang Ingin Menjegal Anies Baswedan?
Anies tidak ingin menjadikan survei elektabilitas capres menjadi referensi. Karena belajar dari Pilkada DKI Jakarta 2017 ketika berpasangan dengan Sandiaga Uno selalu menempati urutan bawah.
Bakal Calon Presiden Koalisi Perubahan, Anies Baswedan merasa gerah dengan upaya untuk menjegalnya maju di Pilpres 2024. Anies menyindir hasil survei elektabilitas calon presiden 2024 yang selalu menempatkan dirinya di urutan ketiga.
Menurut Anies, bila ada yang ingin menjegalnya, artinya hasil survei yang diketahui publik bisa berbeda dengan aslinya.
-
Mengapa PKS mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024? “Dengan kolaborasi yang baik antara partai pengusung dan relawan Anies, insya Allah kita bisa memenangkan Anies di Pilpres 2024 nanti,” harap Syaikhu.
-
Siapa saja capres-cawapres yang ikut bertarung dalam Pilpres 2024? Ada tiga pasangan capres-cawapres yang bertarung dalam Pilpres 2024. Capres-Cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Capres-Cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Capres-Cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
-
Bagaimana cara Anies Baswedan meyakinkan kader PKS untuk memenangkan Pilpres dan Pemilu 2024? Jika legislatif dan eksekutif berhasil dimenangkan, Anies yakin perubahan akan terjadi.
-
Bagaimana Anies Baswedan menanggapi kekalahan Pilpres? "Mau perjalanan yang nyaman dan enak, pilih jalan yang datar dan menurun. Tapi jalan itu tidak akan pernah mengantarkan kepada puncak manapun," ujarnya."Tapi kalau kita memilih jalan yang mendaki, walaupun suasana gelap ... kita tahu hanya jalan mendaki yang mengantarkan pada puncak-puncak baru."
-
Siapa yang menjadi Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024? Pada Pilpres 2024 mendatang, Prabowo menggandeng Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapresnya.
-
Apa yang membuat publik curiga AHY adalah pasangan Anies di Pilpres 2024? Kabar rencana Anies mengumumkan calon pasangan pilpres setelah selesai ibadah haji sudah diketahui publik. Alasan inilah yang membuat publik curiga AHY adalah pasangan Anies.
"Ada yang tanya Pak Anies banyak yang jegal-jegal. Mungkin yang jegal-jegal itu sedang mengatakan survei aslinya. Kalau di survei nomor tiga kenapa harus dijegal? Mungkin yang jegal-jegal itu dia tahu hasil asli surveinya," sindir Anies saat menghadiri Milad ke 21 PKS di Kota Yogyakarta, Kamis (18/5).
Anies tidak ingin menjadikan survei elektabilitas capres menjadi referensi. Karena belajar dari Pilkada DKI Jakarta 2017 ketika berpasangan dengan Sandiaga Uno selalu menempati urutan bawah.
"Saat Pilkada Jakarta tidak ada satupun survei yang memenangkan kami. Sampai saat itu saya bilang, 'ini sebenarnya hasil aspirasi masyarakat atau aspirasi penyelenggara survei?'," ujar Anies.
"Survei-survei itu cukup kita jadikan referensi. Jangan sampai menjadi demotivasi. Jangan justru membuat kita khawatir," tambah dia.
Ketua Umum NasDem Surya Paloh mendengar bisikan dari koleganya bahwa ada intervensi politik bagi partai yang mengusung Anies Baswedan ini. Tandanya adalah penetapan Sekjen NasDem dan Menkominfo Johnny G Plate dalam dugaan kasus korupsi.
"Semoga saja godaan-godaan yang menyatakan kepada saya ini tidak terlepas dari intervensi politik, tidak benar. Ini tidak terlepas dari intervensi kekuasaan, juga tidak benar," kata Paloh di NasDem Tower, Jakarta, Rabu (17/5).
Paloh menegaskan, bisikan tersebut langsung dibantah oleh Paloh. Namun jika benar, dia yakin hukum alam akan membalasnya.
"Ini godaan pada diri saya dan sudah saya katakan tidak benar itu. Kalau benar, mungkin hukum alam nanti yang akan dihadapkan kepada ini," imbuhnya.
Upaya Penjegalan dari Lingkaran Kekuasaan?
Pengamat politik Ujang Komarudin mengaku sudah menduga upaya penjegalan terhadap Anies nyata. Karena Anies diposisikan sebagai antitesa Presiden Joko Widodo.
"Saya prediksi kalau Anies antitesa Jokowi, suka tidak suka senang tidak senang akan digembosi akan dijegal," ujar Ujang kepada wartawan, Jumat (19/6).
"Digembosi dilemahkan, menjegal lawan politik fenomena umum saja di konstruksi politik kita. Memang tidak boleh dilakukan, tapi itu selalu terjadi di setiap pemerintahan oleh setiap rezim," tambahnya.
Ujang melihat upaya penjegalan itu salah satunya serangan terhadap NasDem dengan kasus yang dialami Johnny Plate. Serta Demokrat yang juga anggota Koalisi Perubahan digoyang kembali dengan upaya Peninjauan Kembali (PK) oleh kubu Moeldoko dalam sengkarut kepengurusan partai berlambang mercy itu.
"Saya melihat dalam konteks politik serangan terhadap NasDem itu bagian pelemahan itu terhadap Anies dan koalisi perubahan, khususnya pada NasDem," jelas Ujang.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini melihat tidak menutup kemungkinan upaya penjegalan itu datang dari Istana atau lingkaran orang-orang Jokowi. Karena sosok Anies ini yang dianggap menjadi lawan politik Jokowi.
"Yang jelas bagian dari kelompok-kelompok yang ada di Istana atau bagian dari kelompok-kelompok Jokowi bisa jadi seperti itu," ujar Ujang.
"Bukan fenomena rahasia umum kalau ada yang kuat ada yang akan menjadi kuda hitam dia akan dijegal dari awal agar dia tidak kuat dan tidak menang," pungkasnya.
Tanggapan PDIP
Ketua Bappilu PDIP Bambang Wuryanto menjelaskan apa yang dirasakan Anies bahwa dirinya dijegal bisa dijelaskan dengan teori komunikasi. Bahwa orang yang punya persepsi, disesuaikan dengan keinginannya. Orang ingin mendengar apa yang ingin didengar.
"Setiap orang punya persepsi yang disesuaikan dengan keinginannya itu hukum komunikasi hukum komunikasi seseorang ingin mendengarkan apa yang ingin didengarkan seseorang akan mempersepsikan apa yang diinginkan," ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (19/5).
"Kekhawatirannya, harapannya, selalu begitu. Misalnya, apa gitu, anggaplah itu ‘wah ini langkah untuk menjegal saya’. Itu kekhawatiran. Persepsinya begitu," jelas politikus yang akrab disapa Pacul ini.
Ia mengatakan, Anies hanya ingin membuat persepsi apa yang ingin ia dengar. Maka muncul narasi jegal dijegal tersebut.
"Tetapi saya mengatakan hukum komunikasi yang paling dasar adalah seseorang ingin mendengarkan apa yg ingin didengarkan, seseorang selalu mengkait-kaitkan dengan apa yang dia khawatirkan. Itu hukumnya," kata Pacul.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/lia)