Sindiran-sindiran politisi usai Hatta keliru soal Kalpataru
"Saya sederhana saja, pertanyaan bapak (Hatta) bagus tapi keliru, itu Adipura bukan Kalpataru," tegas JK.
Dalam debat pilpres terakhir, cawapres Hatta Rajasa berkesempatan untuk mengajukan pertanyakan kepada pasangan Jokowi - JK. Hatta lantas memanfaatkan kesempatan itu untuk menanyakan soal lingkungan hidup.
"Kita ingin semua ingin hidup lingkungan bersih, hijau dan sehat. Penghargaan indikator Kalpataru. Membangun udara, air, dan tanah sehat. Seberapa jauh pandangan Jokowi soal ini, dan bagaimana upaya mencapai itu?" kata Hatta di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (5/7).
Menjawab pertanyaan Hatta, Jokowi menjelaskan Kalpataru itu sangat baik pada perseorangan atau lembaga. Namun alangkah baiknya tidak hanya piala tapi insentif, dana biar mereka mengembangkan apa yang telah mereka kerjakan.
"Kalau piala mereka cuma dapat barangnya, kalau insentif anggaran mereka giat lagi bekerja. Baik menanam kanan kiri, baik memperbaiki lingkungan desa, baik mengambil air dari atas dengan pipa yang sederhana. Kalau hanya piala baik tapi alangkah baik anggaran dana insentif sehingga tidak satu dua tiga empat orang ingin melakukan itu. Semua masyarakat ingin memperbaiki ini dan ingin memperbaiki seluruh negara," jelas Jokowi.
Menanggapi jawaban Jokowi soal Kalpataru, Hatta lantas bertanya lagi. "Mengapa misalkan DKI tidak dapat biasanya tiap tahun dapat? Misalnya Solo belum pernah dapat, apa yang salah menerapkan kota bersih sehat hijau atau kriteria?" jelas Hatta.
Mendengar jawaban Hatta, JK menjawab singkat. "Saya sederhana saja, pertanyaan bapak (Hatta) bagus tapi keliru, itu Adipura bukan Kalpataru," tegas JK.
Seperti diketahui, Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Sementara Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.
Jokowi menambahkan kepemimpinannya di Solo pernah mendapat penghargaan di bidang lingkungan. "Solo pernah mendapat Green City dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan. Silakan cari datanya," tegas Jokowi.
Atas kekeliruan tersebut, Hatta menjadi bahan sindiran para politikus. Berikut sindiran-sindiran kepada Hatta yang keliru soal Kalpataru:
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Kenapa Prabowo Subianto begitu rileks menghadapi debat capres? "Beliau sangat rileks, sangat santai menghadapi debat ini, karena kan memang materinya beliau pasti sangat mengetahui dan menguasai ya," Habiburokhman menandasi.
-
Apa yang dibahas Prabowo dan Jokowi saat bertemu? Juru Bicara Menteri Pertahanam Dahnil Anzar Simanjuntak menyebut, pertemuan Prabowo dengan Jokowi untuk koordinasi terkait tugas-tugas pemerintahan. "Koordinasi seperti biasa terkait pemerintahan," kata Dahnil saat dikonfirmasi, Senin (8/7). Dia menjelaskan, koordinasi tugas tersebut mencakup Prabowo sebagai Menteri Pertahanan maupun sebagai Presiden terpilih 2024-2029.
-
Apa yang di lakukan Prabowo saat mendampingi Jokowi dalam rapat? Ini setiap rapat ada rapat internal rapat-rapat terbatas, Pak Prabowo selalu mendampingi pak Presiden," kata Budi, saat diwawancarai kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/3).
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Bagaimana Prabowo bisa menyatu dengan Jokowi? Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
Nafsu menyerang, Hatta tak bisa bedakan Kalpataru dan Adipura
Pertanyaan cawapres Hatta Rajasa yang tak bisa membedakan Kalpataru dan Adipura dalam debat pilpres terakhir menjadi sorotan Tim Pemenangan Jokowi-JK. Anggota Tim Ahli Pemenangan Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Andreas Hugo Pareira menilai kekeliruan Hatta tersebut lantaran dia bernafsu menyerang.
"Lebih parah lagi adalah pertanyaan Hatta yang bermaksud menyerang Jokowi, karena Solo tidak pernah menerima Kalpataru. Pertanyaan keliru ini. Lebih karena nafsu menyerang membabibuta dari Hatta kepada Jokowi, sehingga dengan mudah dipatahkan oleh JK," ujar Andreas lewat keterangan tertulis, Minggu (6/7).
Andreas menjelaskan Kalpataru adalah bukan penghargaan untuk kota, tetapi diberikan kepada per orangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup. Di Indonesia, kata dia, penghargaan untuk kota yang berprestasi dalam kebersihan dan pengelolaan lingkungan adalah Adipura.
"Pak Jusuf Kalla dengan lugas menjawab 'karena ini pertanyaan keliru, maka tidak perlu dijawab'. Ini jawaban yang sangat telak. Ini tentu memalukan, karena Capres dan Cawapres Prabowo-Hata ternyata ngawur dalam membuat pertanyaan," pungkasnya.
Selain itu, menurut Andreas, pertanyaan yang diajukan pasangan nomor urut satu itu banyak yang tidak nyambung sehingga publik begitu mudah melihat dan meragukan kesiapan mereka.
"Bagaimana mungkin pertanyaan Capres dan Cawapres Prabowo- Hatta bisa sedemikian ngawur dalam menyusun pertanyaan, tanpa data dan informasi yang akurat," kata Andreas.
Soal kalpataru, Hatta bukan blunder tapi tak mengerti
Cawapres Jusuf Kalla (JK) menyayangkan kekeliruan yang dilakukan rivalnya, Hatta Rajasa. Hatta keliru membedakan antara Kalpataru dan Adipura.
"Itulah yang sangat disayangkan. Kalpataru itu untuk orang, kalau kota itu Adipura. Kalpataru untuk penggiat lingkungan," jelas JK di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (5/7).
JK menilai, seharusnya Hatta tidak melakukan kekeliruan tersebut. Selama 13 tahun di pemerintahan, Hatta masih saja tidak dapat membedakan antara Kalpataru dan Adipura. JK menilai hal itu kekeliruan fatal.
"Fatal dong masak beberapa tahun di pemerintahan tidak tahu. Bukan blunder tetapi enggak mengerti. Kalpataru untuk aktivis lingkungan, kalau adipura untuk kota," tutupnya.
Kalpataru-Adipura jadi senjata makan tuan
Politikus PDI Perjuangan, Tubagus Dedi S Gumelar atau yang akrab disapa Miing menyindir cawapres Hatta Rajasa yang menyerang secara tajam ke Joko Widodo (Jokowi) dalam debat terakhir namun berujung fatal. Hatta keliru membedakan Adipura dan Kalpataru.
"Serangan tajam yang ditujukan ke Jokowi oleh Hatta berujung fatal. Hatta salah memberikan pertanyaan karena tanpa mampu membedakan apa itu Adipura dan Kalpataru," kata Miing di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (5/7).
Miing mengungkapkan, latar belakang pertanyaan Hatta tersebut hanya karena informasi sesat bahwa seolah Kota Solo dan DKI tidak menerima Kalpataru. Padahal Kalpataru adalah penghargaan untuk pejuang lingkungan.
"Hatta Rajasa sebagai pejabat Negara seharusnya mampu membedakan Penghargaan Kalpataru dan Adipura. Maka JK pun tampil dengan tegas, bahwa pertanyaan Pak Hatta salah sehingga tidak perlu dijawab," ujarnya.
Menurut dia, publik paham bahwa penghargaan Kalpataru diberikan untuk pelestari lingkungan. Dan Adipura untuk penghargaan kepada kota terbersih. Sebuah pertanyaan yang fatal bagi calon wakil presiden.
"Solo dan Jakarta ketika dipimpin Jokowi memang tidak akan pernah mendapat Kalpataru. Hanya demi menyerang Jokowi, seluruh lubang kemungkinan dicari. Maka tiada rotan akar pun jadi, dicarilah kelemahan Jokowi, Kalpataru-Adipura menjadi senjata makan tuan sendiri," tutup Miing.
JK malas jawab pertanyaan keliru
Seperti diketahui, Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Sementara Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.
Pada tahun ini, DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Jokowi memang gagal meraih Adipura. "Karena pertanyaannya keliru, saya tidak mau menjawab," ujar JK enteng.
Jokowi menambahkan kepemimpinannya di Solo pernah mendapat penghargaan di bidang lingkungan. "Solo pernah mendapat Green City dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan. Silakan cari datanya," tegas Jokowi.