Survei OSI di Jawa Timur: Jokowi-JK 67% dan Prabowo-Hatta 81%
Survei dilakukan 24 Mei hingga 2 Juni dan disebar di 38 kabupaten dan kota yang berada di daerah Jawa Timur.
Hasil survei yang digelar Oranye Survei Indonesia (OSI) di Jawa Timur (Jatim) pada 24 Mei hingga 2 Juni 2014, pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) diprediksi kalah telak dari pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa di Pilpres 9 Juli mendatang.
81 persen rakyat Jatim lebih simpati ke Prabowo. Sedangkan Jokowi hanya 67 persen. Namun, penentu kemenangan tetap akan ditentukan jumlah swing voters yang mencapai 28,64 persen.
Alasan OSI menggelar survei di Jatim karena pemilih di provinsi timur Pulau Jawa itu memiliki jumlah pemilih terbanyak setelah Jawa Barat. Fokus penelitian ditujukan pada dua kategori, yaitu untuk mengetahui perilaku pemilih serta tingkat popularitas dan elektabilitas pasangan capres dan cawapres.
Metode survei menggunakan multistage random sampling, dengan jumlah sampel 1.414 orang. Untuk margin of error, mencapai sekitar 2,6 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Sebaran responden berada di 38 kabupaten dan kota yang ada di daerah Jatim.
Hasilnya, popularitas Jokowi di sana mencapai 95 persen. Terpaut tipis dengan Prabowo, yang meraih 94 persen. Untuk cawapres, JK meraih suara 91 persen, sedangkan Hatta hanya sebesar 84 persen.
Namun dikatakan peneliti OSI, Umar Solehudin, masyarakat pemilih di Jatim lebih simpati memilih Prabowo sebagai presiden, dengan jumlah responden mencapai 81 persen. Sedangkan Jokowi hanya 67 persen.
"Jika pelaksanaan Pilpres dilaksanakan sekarang, di Jawa Timur, pasangan Prabowo - Hatta mampu meraup suara 39,04 persen, Jokowi - JK (32,32 persen). Untuk yang belum menentukan pilihan atau swing voters mencapai 28,64 persen. Suara swing voters ini nanti yang akan menentukan kemenangan salah satu kandidat," papar Umar di Surabaya, Jumat sore (13/6).
Sementara Direktur Eksekutif OSI, Agus Wahyudi menegaskan, dari hasil yang digelar pihaknya menunjukkan pertimbangan utama pemilih di Jatim, adalah pertimbangan figur capres yang jujur dan tidak korupsi. Analisa ini dibuktikan dengan jumlah responden yang mencapai 48 persen dari 1.414 responden, kemudian 22 persen berdasarkan ketegasan dan berwibawa, dan mendengarkan aspirasi rakyat sebesar 18 persen, sisanya belum menjawab.
"Dan survei ini juga menyebut kalau responden tidak terlalu mempertimbangkan asal-usul kedaerahan dan kesukuan atau masalah pelanggaran HAM," sahut Agus.
Survei ini, lanjut dia, juga semakin menegaskan, Pilpres 9 Juli adalah pertarungan figuritas calon. "Ini ditunjukkan 75 persen responden memilih karena pertimbangan figur dan 9 persen karena pertimbangan partai, dan sisanya tidak tahu. Terkait keputusan memilih, 75 persen memilih karena kemandirian dan 25 persen karena pengaruh orang lain," tandas dia.