'Terlalu mahal harga Golkar jika dibiarkan terombang-ambing oleh kasus Setnov'
Oleh sebab itu, Ray Rangkuti menilai pergantian posisi ketua umum Golkar menjadi sebuah keharusan.
Pengamat politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti memandang pergantian Ketua Umum Partai Golkar perlu dilakukan untuk menyelamatkan partai berlambang beringin itu. Menurutnya, Partai Golkar tak boleh terombang-ambing akibat Ketua Umumnya Setya Novanto menyandang status tersangka dan kini telah resmi ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan korupsi e-KTP.
"Lebih baik mereka melakukan penyelamatan Golkar, terlalu mahal harga Golkar ini dibiarkan begitu saja terombang-ambing oleh kasus yang menimpa Setnov," ujar dia di kantor PARA Syndicate, Jakarta Selatan, Jumat (17/11).
Ray menuturkan sebelum penetapan tersangka saja, elektabilitas Partai Golkar merosot. Karena itu perlu ada upaya penyelamatan partai. Entah dengan cara mengganti atau apapun. Terpenting, posisi Ketua Umum tak lagi dijabat oleh Ketua DPR tersebut.
Ia melihat, kalau terus dibiarkan maka Golkar berpotensi berdampak dalam pemilihan legislatif mendatang.
"2019 sudah Pemilihan Legislatif (Pileg), itu masalahnya adalah karena mereka tidak mencalonkan orang, masalahnya karena mereka mau main di legislatifnya, yang sekarang justru tergerus suaranya," kata dia.
Sementara itu, turunnya citra Golkar akibat kasus Setnov dinilai olehnya tak berdampak pada citra Joko Widodo (Jokowi). Seperti diketahui, Partai Golkar menjadi partai pertama yang menyatakan akan mendukung Jokowi di Pilpres 2019.
"Golkar turun tapi elektabilitas Jokowi itu naik. Artinya apa ya kekuatannya memang ada pada Jokowi, bukan pada partai-partainya," jelasnya.
Namun demikian, Ray mengusulkan agar Jokowi menambah porsi Golkar dalam kabinet dengan melakukan reshuffle kabinet. Maka, Jokowi dapat 'mengamankan' dukungan dari Golkar.
"Pesona dari pak Jokowinya sendiri sebetulnya yang membuat elektabilitasnya menjadi tinggi meskipun itu tidak boleh mengabaikan faktor-faktor dari partai politik ini," tukasnya.