Tudingan kubu Romi ke Djan Faridz dari duduki markas hingga preman
Romahurmuziy atau akrab disapa Romi meminta Djan menyerahkan aset pemerintah berupa Kantor DPP PPP yang beralamat di Jalan Diponegoro, Menteng Jakarta Pusat. Jangan sampai membuat isu seakan-akan pihaknya ingin merebut markas PPP itu.
Kisruh perebutan pucuk kepemimpinan PPP kembali memanas. Walaupun Mahkamah Agung telah memutuskan Romahurmuziy sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (DPP PPP), namun Djan Faridz masih belum rela meninggalkan markas.
Romahurmuziy atau akrab disapa Romi meminta Djan menyerahkan aset pemerintah berupa Kantor DPP PPP yang beralamat di Jalan Diponegoro, Menteng Jakarta Pusat. Jangan sampai membuat isu seakan-akan pihaknya ingin merebut markas PPP itu.
Dia mengingatkan, kantor DPP PPP merupakan aset hibah negara dari Menteri Sekretariat Negara Moerdiono di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Dia mengaku surat resmi kepemilikan gedung DPP tersebut ada di tangannya.
"Nah sekarang proses hukum sudah ingkrah harus ditaati harus dia ikut. Jangan menjilat ludah sendiri," katanya di Mukernas II, di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Kamis (20/7).
Tak hanya itu, Romi mengklaim tak ada lagi kader PPP yang berdiri di pihak Djan Farid. Semua kader PPP di 34 provinsi hadir dalam Mukernas yang diselenggarakan sejak kemarin, Rabu (19/7).
"Enggak ada, kita sudah cari kadernya enggak ada. Sudah kita coba cari kader aja. Saudara bisa lihat sendiri kader mana yang tidak hadir," tegasnya.
Terkait kabar pengambilalihan kantor DPP secara paksa oleh pihaknya, Romi justru membantah. Dia menyebut kabar tersebut hanyalah isu yang dibuat-buat sendiri oleh Djan.
"Itu hanya rekayasa. Ini lucu-lucu aja. Dia enggak ada isu. Dia kan emang tukang tuduh," ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan Sekjen PPP hasil muktamar Pondok Gede, Arsul Sani. Arsul menepis kabar akan merebut kantor tersebut.
Menurut Arsul, isu tersebut sengaja dihembuskan kubu Djan Faridz. "Cara anak buah Djan ya memang begitu senang menyebar info yang menyesatkan," tegasnya.
Menurut dia, tudingan mengambil alih markas PPP dengan kekerasan adalah menyesatkan. Dia justru menilai selama ini Djan Faridz memanfaatkan sekelompok preman untuk menduduki markas PPP.
"Kami minta dikosongkan dan diamankan Polri justru karena orang-orangnya Djan Faridz mempekerjakan kumpulan orang yang diduga preman, sehingga tidak ubahnya kantor tersebut seperti markas preman," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Bidang Hukum dan HAM PPP kubu Djan, Triana Dewi Seroja sudah mengetahui adanya ancaman pengambilalihan kantor DPP PPP. Triana mengaku pihaknya akan habis-habisan mempertahankan markas PPP.
"Dengernya begitu, dari grup intern, ada ancaman datang. Kami para petinggi PPP standby di kantor untuk mempertahankan kantor ini," ujar Triana kepada merdeka.com, Rabu (19/7).
"Di luar, sekitar ratusan dari pihak kepolisian demi mengantisipasi pengambilalihan kantor PPP oleh mereka (kubu Romy)," tambah dia.
Dia mengklaim selama tiga tahun telah bersabar atas intimidasi dari kubu Romy. Padahal, lanjut Triana, PPP kubu Djan Faridz sedang menunggu proses hukum yang sedang berjalan.
"Masih ada kasasi, PK lagi dan belum incracht. Kalau mau ambil alih, alasan mereka apa. Ini negara hukum, jangan bertindak seperti barbar," tegas dia.