Usung #2020GantiBupati, PKS Lirik 3 Nama Didukung di Pilkada Jember
Setiap calon yang ingin mendapatkan rekomendasi dukungan dari partai dakwah tersebut, diharuskan untuk membawa sendiri data survei elektabilitasnya dari lembaga survei.
DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Timur menyatakan, tingkat elektabilitas akan menjadi patokan utama dukungan partai tersebut dalam Pilkada Serentak 2020 pada September mendatang. Setiap calon yang ingin mendapatkan rekomendasi dukungan dari partai dakwah tersebut, diharuskan untuk membawa sendiri data survei elektabilitasnya dari lembaga survei.
"Setiap kandidat yang akan diusung selalu kita tanya surveinya. Kalau tidak ada (survei) itu seperti kita membeli kucing dalam karung," ujar Ketua Bidang Pemenangan Pemilu dan Pilkada DPW PKS Jawa Timur, Mashuri Harianto, saat ditemui di sela-sela acara hari Fraksi yang digelar Fraksi PKS di DPRD Jember pada Senin (10/02) ini.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Apa yang dimaksud dengan Pilkada? Pilkada adalah proses demokratis di Indonesia yang memungkinkan warga untuk memilih pemimpin lokal mereka, yaitu gubernur, bupati, dan wali kota beserta wakilnya.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
-
Kenapa Pilkada itu penting? Pilkada artinya singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah, adalah salah satu momen krusial dalam sistem demokrasi kita.
Terdapat 19 kabupaten/kota di Jawa Timur yang akan ikut serta mengadakan Pilkada serentak 2020. "Dari jumlah tersebut, sudah ada 5 DPD PKS Kabupaten/kota yang kita proses. Yakni Surabaya, Jember, Trenggalek, Kotamadya Pasuruan, dan Sumenep," jelas pria yang juga anggota DPRD Jember ini
Nantinya, DPW PKS Jatim akan mewawancarai bakal kandidat yang akan didukung dalam Pilkada Jember. Selain itu, kandidat juga diminta pro aktif mencari mitra koalisi.
"Kita kriteria utamanya yang potensial menang. Karena pilkada itu kan milih orang. Sedangkan menyusun koalisi itu urusannya kandidat. Kecuali jika kita usung kader sendiri sebagai calon bupatinya, kita yang akan lebih aktif membentuk koalisi," tegas Mashuri.
PKS hampir dipastikan tidak akan mengusung kandidat petahana dalam Pilkada Jember. Partai ini menjadi salah satu partai yang sejak awal mendeklarasikan tekad ganti bupati pada Pilbup Jember 2020. Tagline #2020GantiBupatiJember sempat didengungkan sesaat sesaat pasca Pemilu 2019.
"Kita masih tetap konsisten untuk itu," ujar Ketua DPD PKS Jember, Ahmad Rusdan saat ditemui dalam kesempatan yang sama.
Sejauh ini, PKS belum memastikan siapa kandidat yang akan diusung dalam Pilbup Jember 2020. "Pendaftaran kandidat ke KPU Jember kan masih lama, Juni 2020. Tetapi kita upayakan agar rekom segera turun, akhir bulan ini atau awal bulan depan. Kalau mendekati Juni, kandidat khawatirnya tidak punya waktu yang cukup untuk sosialisasi ke masyarakat," lanjut Rusdan.
Sejauh ini, PKS sudah melakukan komunikasi politik dengan beberapa nama yang sudah menyatakan akan maju dalam Pilbup Jember 2020. Dari belasan nama yang beredar, sudah mengerucut menjadi tiga nama yang berpeluang besar diusung oleh PKS Jember.
"Kita intesifnya dengan Djoko Susanto, Abdussalam, dan juga Haji Hendy," jawab Rusdan saat dikonfirmasi lebih lanjut melalui pesan WA.
Ketiga nama tersebut belakangan memang cukup bersemangat memasang baliho pencalonannya di berbagai sudut kota Jember. Djoko Susanto merupakan pensiunan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jember. Sedangkan Abdussalam merupakan pengusaha muda yang banyak menggarap properti kelas menengah ke bawah atau perumahan bersubsidi.
Adapun H. Hendy Siswanto merupakan pengusaha pemilik salah satu mall terbesar di Jember. Hendy juga besan dari KH Achmad Muzakki Syah, pengasuh Pondok Pesantren Al-Qodiri yang juga juga pengasuh pengajian Manaqib dengan ratusan ribu jamaah. Beberapa waktu lalu, putra KH Achmad Muzakki yang juga anggota DPR RI dari Fraksi Nasdem, Lora Fadhil sudah menyatakan dukungannya kepada Haji Hendy.
Ketiga bakal cabup tersebut memiliki satu kesamaan, yakni tidak pernah menjadi anggota partai manapun. "Pilkada Jember memang dinamis, apalagi sekarang mulai muncul nama-nama baru," lanjut Rusdan.
Karena itu, Rusdan memperkirakan akan ada banyak calon yang maju dalam Pilbup Jember. "Kalau lihat konstelasinya, bisa jadi empat pasang. Tapi kita harap, jangan banyak-banyaklah, biar bisa mengalahkan petahana," tutur Rusdan.
Di lain sisi, PKS juga berupaya menyorongkan kadernya sendiri untuk menjadi calon wakil bupati (cawabup) dalam Pilbup Jember yang akan digelar pada September 2020 mendatang. Meski demikian, PKS tetap akan memperhatikan realitas politik yang ada -termasuk survey elektabilitas- sebagai patokan.
Nama-nama kader PKS yang akan dimajukan itu, didapatkan melalui mekanisme survey internal kader yakni Pemilu Raya (Pemira) PKS Jember.
"Terjaring tiga kader yang mencuat, yakni Haji Nanang, dr Yuli dan Rozak Asyhari. Tapi dari tiga nama itu, hanya Haji Nanang yang menyatakan siap," lanjut Rusdan.
Nanang Muhammad Natsir merupakan mantan anggota DPRD Jember. Pada Pileg 2019, Nanang maju sebagai caleg DPRD Provinsi, namun tidak terpilih. Adapun Rozaq Asyhari adalah seorang advokat yang juga pernah menjadi tenaga ahli Fraksi PKS di DPR RI. Pada Pemilu 2019 lalu, Rozaq maju sebagai caleg DPR RI dari dapil Jember-Lumajang, namun tidak terpilih. Sedangkan dr Yuli Priyanto merupakan mantan Wakil Ketua DPRD Jember 2014 - 2019 dari Fraksi PKS.
Pada pemilu 2019, PKS mampu meraih enam kursi di DPRD Jember, sama persis dengan periode sebelumnya. Karena itu, "hanya" di butuhkan empat kursi lagi, untuk memenuhi syarat mengajukan Cabup-Cawabup Jember. Sesuai ketentuan Undang-undang, dibutuhkan minimal 10 kursi DPRD Jember untuk syarat dukungan cabup-cawabup Jember.
PKS saat ini sudah berkomunikasi dengan partai-partai papan menengah dan kecil di parlemen. "Kita sudah berkomunikasi dengan semua partai, termasuk yang intensif dengan kaukus 7 partai (papan menengah) itu. Dengan PDIP dan Nasdem juga intensif. Hanya dengan dua partai besar yang belum ada suaranya," pungkas Rusdan.
Pada Pilkada Jember 2015 lalu, PKS mampu menyorongkan kadernya, dr Dwi Koryanto sebagai cawabup, berdampingan dengan mantan Sekda Jember, Sugiarto. Namun pasangan ini kalah dari pasangan dr Faida-KH A. Muqit Arief.
Dalam pemilu 2019, PKB dan NasDem menjadi peraih kursi terbesar, yakni 8 kursi. Kemudian disusul NasDem dan PDIP yang sama-sama 7 kursi, atau selisih 1 kursi di atas PKS. Dengan demikian, tidak ada satupun partai di Jember yang mampu mengajukan sendiri pasangan cabup-cawabup.
Baca juga:
PAN dan Demokrat Bentuk Posko Bersama di Pilbup Jember
Petahana Maju Pilkada Jember secara Independen karena 'Dimusuhi' Partai
Gandeng Pengusaha Muda, Bupati Jember Maju Pilkada Lewat Jalur Independen
Daftar Gerindra, Eks Kepala BPN Tantang Bupati Jember di Pilkada 2020
Difabel Daksa Akan Maju Bakal Cabup dari PDIP Jember
Sakit jantung, anggota Linmas meninggal dunia saat jaga TPS