Wantimpres seperti ada & tiada, masukan tak terlalu didengar Jokowi
"Jokowi tidak terlalu melihat Wantimpres sebagai satu institusi yang berpengaruh," Kata Ray Rangkuti.
Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak perlu terlalu serius memilih anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Hal itu karena posisi Wantimpres tidak terlalu penting dalam pemerintahan.
"Dilihat dari komposisi ini dugaan saya, Jokowi tidak terlalu melihat Wantimpres sebagai satu institusi yang berpengaruh. Komposisi ini akan digunakan seperti SBY, yaitu memperlakukannya antara ada dan tiada," kata Ray Rangkuti saat dihubungi merdeka.com, Senin (19/1).
Menurutnya, komposisi anggota Wantimpres yang didominasi perwakilan partai politik tidak beda jauh dengan masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun, usia anggota Wantimpres Jokowi lebih muda dibandingkan di era SBY.
"Tidak terlalu jauh berbeda, hanya anggota Wantimpres Jokowi ini lebih muda daripada SBY. Tujuan dan fungsi gak akan berbeda dengan Pak SBY, masukannya tidak terlalu didengar oleh Jokowi," terang dia.
Lanjut dia, beberapa anggota Wantimpres Jokowi pun dinilai belum layak memberi nasehat kepada presiden. Level mereka pun masih jauh dari posisi penasihat presiden tersebut.
"Bagaimana orang seperti Rusdi Kirana dan Yan Darmadi memberi nasehat kepada Jokowi, mereka levelnya masih staf ahli atau staf menteri bukan di Wantimpres. Wantimpres berpikiran jauh lebih maju, ini dua-duanya pengusaha, kami khawatir akan bentrok kepentingan antara bisnis dan jabatan penasehat presiden," pungkas dia.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik sembilan anggota Dewan Pertimbangan Presiden untuk membantunya di pemerintahan. Sembilan anggota Wantimpres itu adalah Abdul Malik Fajar (Muhammadiyah), Ahmad Hasyim Muzadi (NU), Yan Darmadi, M Yusuf Kartanegara, Rusdi Kirana, Sidarto Danusubroto, Sri Adiningsih, Subagyo Hadi Siswoyo dan Suharso Monoarfa (PPP).
Seperti diketahui, beberapa nama seperti Rusdi Kirana (PKB), Sidarto (PDIP) dan Subagyo (Hanura) adalah mantan Timses Jokowi saat pilpres lalu. Kemudian Suharso Monoarfa merupakan Wakil Ketua Umum PPP Kubu Romahurmuziy, M Yusuf Kartanegara Sekjen PKPI yang merupakan orang dekat Sutiyoso dan Yan Darmadi dari NasDem.
-
Mengapa Budi Arie menilai Jokowi pantas menjadi Wantimpres? Menurutnya, Jokowi masih sangat terlalu muda untuk pensiun mengingat usianya yang baru menginjak 63 tahun."Ya layak dong, kan beliau masih terlalu muda untuk pensiun. Masih muda, umur 63," kata Budi Arie, kepada wartawan di Gedung DPR RI, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (10/9).
-
Apa yang dikatakan Budi Arie tentang peluang Jokowi menjadi Wantimpres? Budi Arie tak setuju kalau Jokowi dianggap hanya sebatas punya peluang untuk menjadi Wantimpres Prabowo-Gibran di kabinet baru nanti. Dia menyebut, Jokowi sudah layak untuk menjadi bagian dari Wantimpres. "Jangan peluang dong, kalian memangnya... Ya, pokoknya ini kan semua jalan politik persatuan untuk kemajuan," jelas dia.
-
Siapa yang menganggap Jokowi layak jadi Wantimpres Prabowo-Gibran? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) layak untuk menjadi bagian dari Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Siapa yang meminta tanda tangan Presiden Jokowi? Pasangan artis Vino G Bastian dan Marsha Timothy kerap disebut sebagai orang tua idaman. Pasalnya demi impian sang anak, Jizzy Pearl Bastian, pasangan orang tua ini rela melakukan segala cara.
-
Apa isi dari gugatan terhadap Presiden Jokowi? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.