Warga rusun Marunda mengaku 'dipimpong' anggota PPS saat mencoblos
Warga rusun Marunda mengaku dipimpong anggota PPS saat mencoblos. Warga merasa merasa dipersulit untuk menyalurkan hak suaranya. "Kita mau milih aja dipersulit padahal kita ini warga rusun bukannya orang asing," kata Didit Pranomo warga Cluster C1 Rusun Marunda, Jakarta Utara.
Pendaftaran peserta pemilih tambahan di Cluster C1 Rusun Marunda, Cilingcing, Jakarta Utara, Rabu (15/2) berlangsung ricuh. Warga Rusun Marunda menilai panitia pemungutan suara (PPS) terlalu lamban dalam mendata setiap warga yang tidak mendapatkan undangan untuk menyalurkan suaranya di Pilkada DKI Jakarta 2017.
Warga merasa merasa dipersulit untuk menyalurkan hak suaranya. "Kita mau milih aja dipersulit padahal kita ini warga rusun bukannya orang asing," kata Didit Pranomo warga Cluster C1 Rusun Marunda, Jakarta Utara.
Warga merasa geram karena semua dokumen kependudukan seperti Kartu Keluarga dan KTP sudah mereka miliki. Selain itu, warga rusun yang tidak memiliki undangan pemilihan juga sempat di 'oper-oper' ke TPS lain yang ada di rusunawa oleh panitia pemilu.
"Kita dari TPS 26 yang ada di Cluster C2 gara-gara penuh banget di sana kata panitia kita suruh nyoblos aja di TPS 28 Cluster C1. Dari TPS 28 eh di oper lagi suruh ke TPS 26. Kalau kaya gini terus gimana kita mau milih. Satu suara itu menentukan nasib kita kedepannya loh," ujar Fatimah warga Rusunawa Cluster C2 di lokasi.
Warga Rusun Marunda Cluster C1 juga menilai panitia antara TPS tidak ada koordinasi yang bagus sehingga menyusahkan warga. "Antara TPS itu tidak ada koordinasi sih jadi warga-warga yang disusahkan disuruh mondar-mandir kan jadinya makan waktu," pungkas Fatimah.