Derita PPOK Bisa Turunkan Kualitas Hidup Pasien
Dokter dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Triya Damayanti, Ph.D, Sp.P(K) mengingatkan bahwa penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup penderita.
Terjadinya masalah kesehatan atau penyakit yang dimiliki seseorang bisa sangat mempengaruhi kualitas hidupnya. Hal ini terutama ketika masalah kesehatan terjadi pada organ tubuh yang penting seperti paru-paru.
Dokter dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Triya Damayanti, Ph.D, Sp.P(K) mengingatkan bahwa penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup penderita.
-
Apa penyebab utama paru-paru basah? Paru-paru basah adalah kondisi medis yang sering menjadi perhatian banyak orang, terutama karena banyaknya mitos yang mengelilinginya. Dokter spesialis bedah toraks kardiak dan vaskular dari RSUP Fatmawati Jakarta, dr. Ermono Superaya Sp. BTKV, berbicara untuk meluruskan beberapa mitos tersebut, termasuk mitos yang mengaitkan kebiasaan tidur di lantai dan menggunakan kipas angin menghadap badan dengan paru-paru basah. Menurut dr. Ermono, paru-paru basah bisa terjadi karena adanya infeksi pada paru-paru atau penyakit jantung yang menyebabkan adanya air di paru-paru, bukan semata karena sering tidur di lantai.
-
Mengapa paru-paru penting bagi kesehatan? Anda mungkin tidak menyadari bahwa paru-paru bekerja tanpa henti setiap hari, menarik napas sekitar 23 ribu kali. Setiap kali kita bernapas, paru-paru menyaring limbah dan mengalirkan oksigen ke dalam darah serta ke seluruh sel tubuh.
-
Apa yang dimaksud dengan 'paru-paru basah'? Apa yang masyarakat sebut sebagai paru-paru basah sebenarnya adalah kondisi yang disebut efusi pleura.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan paru-paru? Berikut adalah 10 langkah yang dapat diambil untuk merawat kesehatan paru-paru, seperti yang dikutip dari laman American Lung Association (ALA). 1. Berhenti Merokok dan Hindari Paparan Asap Rokok Menghentikan kebiasaan merokok adalah cara tercepat untuk memperbaiki kesehatan paru-paru.
-
Kapan batuk perlu diwaspadai sebagai gejala penyakit paru? Namun, batuk yang berlangsung lama bisa jadi pertanda adanya masalah pada paru-paru yang memerlukan perhatian medis agar tidak berkembang menjadi komplikasi yang berbahaya
-
Apa sebenarnya paru-paru basah itu? Secara medis, paru-paru basah dikenal sebagai edema paru, yaitu kondisi di mana cairan menumpuk di jaringan paru-paru. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada fungsi pernapasan dan sering kali menimbulkan gejala seperti sesak napas, batuk, dan rasa tidak nyaman di dada.
"Yang penting itu adalah kualitas hidupnya. Kualitas hidupnya jadi sangat terganggu. Dia tergantung pada orang akhirnya, atau tergantung pada penggunaan oksigen kalau yang sudah makin berat," terangnya beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
PPOK merupakan penyakit pada paru-paru yang terjadi dalam jangka panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru sehingga akan mengalami keluhan sesak napas. Berbeda dengan asma, Triya mengatakan gejala sesak napas pada PPOK bersifat terus-menerus.
Triya mencontohkan, penderita PPOK biasanya tidak mampu menyelesaikan pekerjaan fisik yang membutuhkan tenaga atau gerak otot seperti pada orang normal. Hal ini akan memperburuk dan mengganggu aktivitas kehidupannya sehari-hari.
"Kalau pada PPOK itu sesak napasnya makin lama makin memberat, gradual, dan itu progresif. Yang tadinya bisa jalan, katakanlah 1 kilometer terus makin lama 100 meter saja sudah nggak kuat. Sesak, berjalannya lebih lambat sehingga dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu," ujar dia.
Menurut penelitian Global Burden Disease pada 2022, papar Triya, penyakit PPOK di Indonesia menduduki peringkat kesembilan untuk estimasi nilai years of life lost (YLL) atau jumlah tahun yang hilang akibat PPOK dari total usia harapan hidup.
PPOK kerap ditemukan pada orang berusia di atas 40 tahun dengan faktor risiko utama merokok dan pajanan polusi udara dari lingkungan sekitar. Yang disayangkan, ujar Triya, usia penderita PPOK rata-rata masih dapat dikatakan usia yang produktif.
Sebelum mendapatkan diagnosis, Triya mengatakan penderita biasanya belum menyadari bahwa kemunculan gejala seperti batuk, sesak napas, dan produksi dahak sebetulnya terkait dengan PPOK. Oleh sebab itu, dia mengingatkan pentingnya untuk tidak abai terhadap gejala tersebut dan segera memeriksakan diri di fasilitas kesehatan primer.
"Pasien mungkin meremehkan gejala keparahannya. Seringkali menganggap, 'Oh, ini mungkin karena hubungannya dengan usia'. Dan juga tidak meminta pertolongan medis secara langsung," ujar Triya.
Dengan pengobatan yang dilakukan lebih awal, diharapkan eksaserbasi atau perburukan pada penderita dapat dicegah. Apabila seseorang sudah didiagnosis menderita PPOK dan mengalami eksaserbasi, ujar Triya, maka fungsi paru-parunya tidak akan sama lagi seperti sedia kala.
Pada beberapa kasus, penderita PPOK masih mengalami gejala sesak napas walaupun sudah diresepkan pengobatan. Kondisi ini dapat berisiko memperburuk penderita yang sudah mengalami eksaserbasi sebelumnya.
Hal tersebut masih menjadi salah satu tantangan dalam penatalaksanaan bagi para dokter. Meski demikian, Triya tetap menekankan pentingnya pasien untuk mematuhi pengobatan atau terapi yang diberikan oleh dokter .
"Inilah yang harus kita (dokter) lakukan bagaimana pencegahan jangan sampai si pasien PPOK mengalami eksaserbasi," jelasnya.
(mdk/RWP)