Kebiasaan Thrifting Baju Bekas Diketahui Bisa Menjadi Penyebab Penyebaran Penyakit Menular
Penelitian terbaru ungkap bahwa kebiasaan thrifting baju bekas bisa menjadi sarana penyebaran penyakit menular.
Tren fashion bekas atau thrifting tengah naik daun dalam beberapa tahun terakhir. Bagi banyak konsumen, membeli pakaian bekas merupakan pilihan yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan untuk memperluas koleksi pakaian.
Namun, di balik keuntungan ekonomi dan lingkungan yang ditawarkan, terdapat risiko kesehatan yang perlu diwaspadai. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa pakaian bekas dapat menjadi sarang bagi berbagai penyakit menular.
-
Apa yang membuat thrifting kini digemari banyak orang? Lagi booming, thrifting sekarang bukan lagi sebatas fashion untuk kaum yang budgetnya pas-pasan saja. Thrifting juga digandrungi oleh kaum menengah ke atas, karena bisa dimanfaatkan buat berburu barang yang masih punya high value di antara timbunan barang yang sudah disingkirkan.
-
Apa yang menjadi alasan masyarakat tetap mencari baju bekas impor? Biar bekas, yang penting branded. Setidaknya prinsip seperti ini yang menjadi ceruk pasar pakaian bekas impor.
-
Dari mana asal baju bekas impor yang diselundupkan? Rute penyelundupan pakaian bekas impor kebanyakan berasal dari Port Klang Malaysia, tetapi asalnya dari negara maju dan 4 musim, yang cenderung selalu berganti model dan jenis baju.
-
Bagaimana Thrifting menjadi solusi untuk masalah lingkungan? Thrifting dianggap bisa menjadi salah satu cara untuk mendukung slow fashion sekaligus kepedulian terhadap lingkungan. Thrifting bisa menjadi langkah kecil untuk tetap tampil stylish, tapi tetap menjaga lingkungan. Be part of solution, not part of pollution.
-
Kapan baju berwarna gelap bisa membantu mendinginkan tubuh? Meskipun pakaian gelap menyerap panas, mereka juga memiliki kemampuan untuk menghilangkan panas lebih cepat ketika terkena angin.Angin dengan kecepatan sekitar 11 kilometer per jam atau lebih kencang dapat membantu menghilangkan panas yang diserap oleh pakaian berwarna gelap. Oleh karena itu, pakaian berwarna gelap dapat memberikan rasa sejuk saat ada angin bertiup, terutama jika pakaian tersebut longgar sehingga udara segar dapat mencapai kulit.
-
Bagaimana para peneliti menguji kekuatan baju perang Zaman Perunggu? Studi ini melibatkan 13 tentara dari marinir Angkatan Bersenjata Hellenic yang mengenakan replika baju zirah selama 11 jam. Penelitian ini dipublikasikan pada 22 Mei di jurnal PLOS One.
Kulit manusia secara alami dilapisi oleh jutaan bakteri, jamur, dan virus, yang secara kolektif disebut sebagai mikrobioma kulit. Setiap kali kita mengenakan pakaian, mikroba-mikroba ini berpindah ke serat kain yang kita pakai.
Menurut Dr. Primrose Freestone, dilansir dari Science Alert, “pakaian dapat menjadi reservoir penting bagi banyak penyakit menular.”
Studi yang dilakukan di beberapa pasar pakaian bekas menunjukkan bahwa mikroba patogen seperti Staphylococcus aureus (penyebab infeksi kulit dan darah), Salmonella, E. coli, serta virus seperti norovirus dan rotavirus dapat hidup pada pakaian yang terkontaminasi. Selain itu, penelitian di Pakistan menemukan keberadaan Bacillus subtilus dan Staphylococcus aureus pada banyak sampel pakaian bekas yang diuji, mikroba ini dapat menyebabkan infeksi serius pada kulit dan darah.
Risiko penularan penyakit dari pakaian bekas tidak hanya terbatas pada bakteri. Jamur yang menyebabkan infeksi seperti athlete’s foot dan ringworm, serta parasit penyebab penyakit kulit seperti dermatitis dan skabies, juga ditemukan pada pakaian bekas.
Menurut Dr. Freestone, “kulit manusia menghasilkan asam amino, minyak dari folikel rambut, dan protein sel kulit, yang semuanya dapat menempel pada pakaian dan menjadi sumber nutrisi bagi mikroba.”
- 4 Tips Penting Berburu thrifting Patut Dicoba, Jika Beruntung Bisa Dapat Barang Bagus Harga Murah
- Jadi Tempat Thrifting Terkenal di Mancanegara, Ini Penampakan Pasar Pattavikorn di Bangkok Isinya Penuh Barang Bekas Branded
- Pengertian Baju Kurung Basiba dan Makna di Balik Keindahannya
- Tren Thrifting Kembali Marak, Menteri Teten: Pengusaha Konveksi Mulai Mengeluh
Bakteri dan Virus Bisa Bertahan Berbulan-bulan
Lebih lanjut, penelitian menunjukkan bahwa patogen seperti E. coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes dapat bertahan hidup pada pakaian hingga beberapa bulan. Pada bahan katun atau kain campuran, mikroba tersebut bisa hidup hingga 90 hari. Namun, pada kain berbahan poliester, umur mikroba ini bisa mencapai 200 hari, terutama di lingkungan dengan kelembapan tinggi.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, seperti orang lanjut usia, anak-anak, atau individu dengan penyakit autoimun. Mereka yang memiliki daya tahan tubuh lemah lebih rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh mikroba yang mungkin menempel pada pakaian bekas.
Cara Aman Membersihkan Pakaian Bekas
Meski risiko infeksi dari pakaian bekas nyata, ada langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut. Menurut para ahli, mencuci pakaian bekas dengan benar sangat penting. Disarankan untuk mencuci pakaian bekas dengan deterjen pada suhu sekitar 60°C. Suhu tinggi ini tidak hanya efektif menghilangkan kotoran, tetapi juga membunuh kuman dan menonaktifkan patogen yang mungkin menempel.
Apabila mencuci dengan air panas tidak memungkinkan, penggunaan disinfektan laundry dapat menjadi alternatif yang efektif untuk membunuh mikroba. Merendam pakaian bekas dalam air hangat (bukan mendidih) dengan deterjen antibakteri selama dua hingga tiga jam sebelum mencucinya dengan mesin cuci juga dapat membantu menghilangkan patogen.
Selain mencuci, penggunaan pengering bersuhu tinggi atau setrika uap dengan suhu sekitar 60°C juga sangat efektif dalam membunuh bakteri, virus, dan telur parasit yang mungkin tersisa. “Meskipun banyak penjual pakaian bekas mengklaim telah mencuci barang dagangan mereka sebelum dijual, tetap disarankan untuk mencuci ulang pakaian bekas yang baru dibeli sebelum dipakai,” saran Dr. Freestone.
Dengan popularitas thrifting yang terus meningkat, penting bagi para pecinta fashion bekas untuk lebih berhati-hati. Walaupun thrifting menawarkan cara hemat dan berkelanjutan untuk berbelanja, langkah-langkah sanitasi yang tepat harus menjadi prioritas. Mengabaikan pembersihan yang baik bisa menyebabkan risiko kesehatan, terutama bagi mereka yang lebih rentan terhadap infeksi.
Selain pakaian bekas, bahkan pakaian baru yang langsung dikenakan tanpa dicuci pun bisa berisiko. Ini karena pakaian yang dipajang di toko juga bisa terpapar mikroba dari orang-orang yang mencobanya.