Thrifting, Sensasi Berburu Baju Bekas yang Bukan Lagi Fashion Budget Pas-Pasan
Thrifting bisa jadi pilihan buat yang ingin update gaya.
Lagi booming, thrifting sekarang bukan lagi sebatas fashion untuk kaum yang budgetnya pas-pasan saja. Thrifting juga digandrungi oleh kaum menengah ke atas, karena bisa dimanfaatkan buat berburu barang yang masih punya high value di antara timbunan barang yang sudah disingkirkan. Coba ngaku, kamu juga?
Sejak Kapan Sih Hobi Beli Baju Bekas Ini Dimulai?
Nggak hanya berkembang baru-baru ini, akar dari kesukaan belanja barang bekas ternyata sudah dimulai ketika revolusi industri terjadi sekitar abad ke-19. Pakaian yang diproduksi secara massal di masa itu dijual dengan harga murah. Gara-gara ini, banyak orang yang berpikir kalau pakaian adalah produk sekali pakai.
Hasilnya? Pasti sudah bisa diprediksi dong!
Ya, baju bekas jadi menumpuk! Di masa itu hanya imigran yang menggunakan baju bekas hingga kemudian muncul Salvation Army, organisasi non-profit pertama yang fokus mengumpulkan baju bekas untuk donasi.
-
Dimana jual beli baju bekas impor? Jual-beli pakaian bekas impor marak terjadi di berbagai kota di Indonesia, seperti Bandung, Surabaya, Malang dan banyak lagi lainnya. Bisnis pakaian bekas impor menggiurkan Selain banyak permintaan dari pembeli, keuntungan yang didapatkan oleh penjual juga relatif besar.
-
Baju bekas impor apa yang paling banyak dicari? Jenis pakaian yang banyak dicari biasanya celana, jaket, kemeja, sepatu, hingga topi yang berasal dari brand-brand fast fashion, seperti Zara, Uniqlo, H&M, Forever 21, Levi's dan lainnya.
-
Dimana baju bekas impor dijual? Setidaknya salah satu pusat bisnis baju bekas impor atau thrifting di Ibu Kota, yakni Pasar Senen, dipadati pengunjung beberapa hari terakhir.
-
Bagaimana cara impor baju bekas? Dalam pemusnahan tersebut Bea Cukai dan Bareskrim Polri menyita 7.363 ballpress pakaian bekasi impor ilegal senilai lebih dari Rp80 miliar di wilayah Jabodetabek.
-
Kenapa orang Indonesia suka pakai baju bekas impor? Tingginya Permintaan Masyarakat Indonesia Menjamurnya peredaran baju bekas karena didukung tingginya permintaan masyarakat. Terutama masyarakat yang tak mampu membeli baju baru.
-
Apa dampak baju bekas impor? Meski memiliki dampak negatif, baik dari segi kesehatan dan perekonomian, aktivitas thrifting masih digemari sebagian masyarakat.
The Great Depression Jadi Gong Munculnya Thrift Shop
Tahun 1920-an menjadi gong dari kemunculan thrift shop. The Great Depression alias krisis besar-besaran terjadi di Amerika, seperti jatuhnya bursa saham New York. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan nggak bisa beli pakaian baru.
Thrift Shop pun mulai dilirik...
Goodwill Industries tercatat sebagai thrift shop terbesar di Amerika yang berhasil mendobrak stigma dari ‘junk shop’ menjadi cara lain untuk berbuat amal.
Lahirnya Ikon Thrifting Style
Thrift shop semakin berkembang, banyak toko-toko baru bermunculan hingga tahun 1970an. Tapi, puncak dari thrifting era ini ada di tahun 90an.
Di Era Sekarang, Baju Bekas Masih Laku Nggak Sih?
Laku banget!
Bukannya ditinggalkan, thifting malah jadi hal yang makin dicintai oleh milenial hingga Gen Z. Nggak hanya rakyat jelata, para selebritas dunia juga ternyata juga ada yang tertangkap kamera pernah melakukan thrift shopping. Sebut saja Anna Hathaway, Drew Barrymore, hingga Julia Roberts.
Thrifting menjadi fenomena yang kasih bukti kalau fashion bukan perkara berapa banyak uang yang kamu punya, tapi jadi bagian dari gaya hidup.
Bahkan banyak juga yang bangga dengan effort-nya bisa menemukan barang branded yang masih bagus di antara tumpukan pakaian bekas. Kalau masih ada yang bisa dipakai, why not?
Langkah Kecil Dukung Sustainable Fashion
Tren thrifting ternyata juga bisa membawa dampak positif buat lingkungan. Nggak sekadar soal gaya personal saja, beli baju bekas yang masih layak digunakan ternyata juga mendukung sustainable fashion alias fashion yang berkelanjutan.
FYI, Fashion Menyumbang Limbah yang Berdampak pada Lingkungan
Di balik gemerlapnya industri mode, tahu nggak sih kalau ternyata fashion adalah penyumbang 20% limbah air dunia dan 10% dari total emisi karbon skala besar? Thrifting dianggap bisa menjadi salah satu cara untuk mendukung slow fashion sekaligus kepedulian terhadap lingkungan.
Thrifting bisa menjadi langkah kecil untuk tetap tampil stylish, tapi tetap menjaga lingkungan. Be part of solution, not part of pollution.