Gen Z Ternyata Lebih Suka Beli Barang Thrifting, Ini Tiga Alasannya
Lebih dari 60 persen responden Gen Z prihatin dengan perubahan iklim, dan mereka peduli soal keberlanjutan.
Thrifting, yang sebelumnya dianggap sebagai ceruk atau bahkan tabu, kini semakin populer di kalangan Generasi Z atau yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Hal ini pun yang membawa perubahan besar dalam kebiasaan konsumsi dan dunia mode.
Toko barang bekas, yang menyediakan berbagai macam pakaian, aksesori, dan dekorasi rumah bekas yang luar biasa telah mendorong diri mereka sendiri untuk memiliki kehadiran online dan offline yang menonjol.
Media sosial telah memicu tren ini, Instagram menjadi pusat toko barang bekas yang dikurasi dan penjualan pop-up. Barang-barang biasanya berkualitas baik, tetapi harganya juga lebih murah dari pada sirkuit mode cepat pada saat yang sama.
Mengutip dari Outlook Money, menurut laporan penjualan kembali ThredUp, mode barang bekas diperkirakan akan menyalip ritel tradisional sebanyak 11 kali lipat pada tahun 2028.
Pergeseran ini terutama karena penerimaan positifnya oleh pembeli Gen Z. karena mereka melihat belanja barang bekas sebagai cara baru untuk tetap modis, menghemat uang, dan menambah manfaat keberlanjutan dalam kehidupan mereka.
Selain itu, menurut Survei Gen Z dan Milenial Deloitte Global 2023, lebih dari 60 persen responden Gen Z prihatin dengan perubahan iklim, dan sebagian besar mengatakan bahwa keberlanjutan memainkan peran besar dalam keputusan pembelian mereka.
Berbelanja barang bekas adalah salah satu cara konsumen muda ini berkontribusi terhadap minimisasi limbah dan membangun ekonomi mode sirkular, di mana pakaian digunakan kembali alih-alih dibuang.
Lantas apa yang dipikirkan Gen Z untuk membeli barang bekas dan dampak ekonominya?
1. Lebih Fashionable
Di era di mana mode cepat menghasilkan tiruan gaya, banyak konsumen Gen Z menjelajahi toko barang bekas untuk mencari barang-barang unik yang menunjukkan sesuatu yang berbeda tentang gaya masing-masing.
Menurut Survei Wawasan Konsumen Global PwC tahun 2023, lebih dari separuh pembeli Gen Z lebih suka membeli barang bekas yang unik dari pada membeli barang yang sedang tren di pasaran massal.
Keunikan ini, ditambah dengan kebutuhan untuk menghemat uang, merupakan inti dari tren mode barang bekas yang sedang naik daun di seluruh dunia.
2. Platform dan Media Sosial Mendorong Gerakan Beli Barang Bekas
Toko barang bekas seperti TikTok dan platform penjualan kembali lokal lainnya memudahkan pembelian produk bekas bagi pembeli Gen Z, membuat kegiatan berjualan barang bekas menjadi lebih mudah dan lebih menarik.
Seiring dengan makin banyaknya toko barang bekas digital dan media sosial daring yang menjadikan kegiatan belanja barang bekas menjadi lebih mudah dijangkau dan hampir dapat diterima secara sosial, hal tersebut memperkenalkan barang-barang fesyen unik kepada konsumen muda yang dapat membelinya dari kenyamanan rumah mereka.
3. Dampak Ekonomi dan Sosial
Berbelanja barang bekas dengan cepat muncul sebagai gaya hidup, yang melambangkan gerakan budaya. Bagi banyak anak muda, berbelanja barang bekas lebih tentang mengubah pola pikir dari konsumsi berlebihan ke pendekatan yang lebih bijaksana terhadap mode dan belanja.
Belanja barang bekas kini menjadi tren di kalangan Gen Z, yang terus mendefinisikan ulang cara orang berbelanja. Subkultur ini menjadi tren utama karena gerakan ini menandakan masa depan yang cerah dalam hal gaya dan keberlanjutan.