Ketahui 5 Gangguan Saluran Cerna yang Rentan Dialami Anak Usai Lebaran
Dokter gastrohepatologi ilmu kesehatan anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Himawan Aulia Rahman menyebutkan lima gangguan saluran cerna yang umum dialami anak pasca Lebaran.
Pada saat-saat usai lebaran, masalah gangguan pencernaan merupakan suatu hal yang rentan dialami. Tidak hanya oleh orang dewasa, permasalahan ini ternyata juga rentan dialami oleh anak.
Dokter gastrohepatologi ilmu kesehatan anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Himawan Aulia Rahman menyebutkan lima gangguan saluran cerna yang umum dialami anak pasca Lebaran.
-
Mengapa menjaga kesehatan rambut penting untuk anak? Bagi anak-anak, rambut yang sehat sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kenyamanan dalam beraktivitas sehari-hari.
-
Kenapa belajar dari kesalahan penting untuk anak muda? Belajar dari kesalahan termasuk proses pendewasaan yang perlu dilakukan setiap orang. Bukan tanpa alasan, belajar dari kesalahan dapat memberikan berbagai manfaat bagi perkembangan diri, yaitu sebagai berikut:• Pengembangan Kemampuan Problem Solving: Kesalahan memberikan peluang untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi. Melalui pengalaman, kita belajar untuk mengatasi kesalahan dan menemukan cara yang lebih baik untuk menangani situasi serupa di masa depan.
-
Apa manfaat pelukan bagi kesehatan fisik anak? Dalam konteks ini, Dr. Bruce D. Perry, seorang ahli neurosains anak, mengungkapkan, "Ketika anak merasa nyaman dan aman melalui kontak fisik seperti pelukan, produksi kortisol dalam tubuhnya akan berkurang, sehingga ia lebih mampu mengatasi stres dan mengembangkan kepercayaan diri yang kuat."
-
Mengapa penting menjaga kesehatan saluran cerna anak? Sederhananya, sistem saluran cerna ini memiliki peran untuk menjaga daya tahan si kecil. Yup, sekitar 70% sistem imun manusia sebenarnya berasal dari organ pencernaan, seperti usus.
-
Apa masalah kesehatan serius yang banyak dihadapi anak-anak Indonesia? Dokter spesialis anak divisi endokronologi dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), mengungkapkan bahwa diabetes tipe 1 merupakan masalah serius yang paling umum dihadapi anak-anak Indonesia.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan rambut anak selain dengan makanan? Kebiasaan ini mungkin terbilang sederhana namun dapat merusak rambut anak. Berikut adalah beberapa kebiasaan yang perlu dihindari: 1. Sering KeramasKeramas memang penting untuk menjaga kebersihan rambut, namun jika terlalu sering, kebiasaan ini justru bisa merusak rambut serta menyebabkan kulit kepala gatal dan kering. Terlalu sering keramas juga bisa menghilangkan pelembap alami rambut. 2. Jarang KeramasSebaliknya, jarang keramas juga dapat merusak rambut. Jika tidak keramas secara teratur, kulit kepala dapat menjadi berminyak, yang dapat menyebabkan ketombe dan membuat rambut lebih lengket. 3. Mengeringkan Rambut dengan Pengering RambutMengeringkan rambut dengan pengering rambut atau mencatok rambut bisa memicu kebotakan dini. Penggunaan alat-alat ini dapat membuat rambut semakin rontok dan rapuh. Sebaiknya, keringkan rambut dengan bantuan kipas atau angin alami. 4. Menyisir Rambut Saat BasahMenyisir atau menata rambut saat basah bisa merusak rambut. Pada saat basah, rambut cenderung meregang, dan jika disisir, kutikula rambut dapat rusak. Oleh karena itu, sebaiknya sisir rambut setelah rambut kering. 5. Tidur dengan Rambut BasahTidur dengan rambut yang masih basah dapat menyebabkan rambut rapuh dan mudah kering. Rambut basah terlalu lama dapat menyebabkan hygral fatigue, yaitu rambut kehilangan lapisan terluar akibat batang rambut terlalu lembap. Efeknya, rambut pun rapuh dan mudah kering. 6. Tidur dengan HairsprayMembiarkan hairspray semalaman juga merusak rambut. Hairspray dapat mengeringkan batang rambut dan menggumpal di kulit kepala, menyebabkan gatal, ketombe, hingga rambut rontok. Sebaiknya, membersihkan hairspray segera setelah penataan rambut. 7. Mengikat Rambut Saat TidurMengikat rambut saat tidur juga dapat merusak rambut. Mengikat rambut terlalu ketat dapat menyebabkan rambut patah atau rontok, serta membuat kulit kepala gatal.
“Yang terjadi saat Lebaran adalah ada perubahan pola kehidupan sehari-hari. Saat Lebaran anak libur sekolah, tidak jarang juga anak bepergian mudik, itu menyebabkan suatu perubahan dalam hidupnya,” kata Himawan beberapa waktu lalu.
“Kemudian anak bisa kelelahan, stres karena perjalanan, stres karena tidak bertemu teman-temannya, itu bisa menyebabkan penurunan imunitas. Makan juga tidak teratur kemudian kurang tidur dan berkumpul dengan banyak orang saat perayaan Lebaran,” tambahnya.
Hal-hal tersebut berkontribusi pada masalah saluran cerna anak pada saat dan setelah Lebaran. Himawan pun membahas satu per satu masalah pencernaan yang umum dialami anak.
1. Diare
Pertama diare, ini adalah kondisi di mana frekuensi buang air besar (BAB) lebih sering dari biasanya dan fesesnya lebih lembek atau lebih cair ketimbang biasanya.
“Penyebabnya bisa langsung atau tidak langsung. Penyebab langsung biasanya infeksi virus, bakteri, atau parasit. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa penyebab diare yang paling banyak adalah jenis virus yaitu rotavirus,” jelas Himawan.
Sedangkan, penyebab tidak langsungnya yakni kebersihan. Baik kebersihan individu, lingkungan rumah dan jamban, maupun kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Penularan virus penyebab diare bisa dari makanan yang tercemar patogen, kontak langsung, melalui saluran napas, melalui binatang seperti lalat, bisa pula dari tangan anaknya sendiri atau orang lain.
Sakit Perut dan Muntah
2. Sakit Perut
Selain diare, sakit perut juga merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada anak setelah Lebaran.
Sakit perut sendiri bisa dibagi menjadi sakit perut mendadak (akut) dan sakit perut yang hilang timbul serta berlangsung lama.
“Yang bahaya adalah jika sakit perut karakteristiknya berlangsung lama lebih dari dua jam dan disertai gejala lain seperti muntah hebat atau muntah hijau, ada demam, perut kembung sekali, keluhan nyeri selain di perut seperti di punggung, sendi, atau perutnya terlihat membesar, ini sakit perut yang bahaya.”
Ada pula sakit perut yang disebut fungsional. Ini adalah sakit perut yang biasanya terjadi akibat faktor psikis. Ini banyak terjadi pada anak-anak yang mengalami stres.
“Contohnya, pada saat mudik anak rentan kena stres karena kurang istirahat dan perjalanan lama. Ini bisa memicu sakit perut fungsional. Sakit perut ini timbul agak lama yaitu tiga bulan dan hilang timbul.”
3. Muntah
Gejala gangguan saluran cerna berikutnya adalah muntah. Ini adalah suatu gejala dari penyakit yang memicunya.
“Pemicu muntah bisa berupa diare, infeksi saluran pernapasan atas, gastritis (penyakit lambung), infeksi saluran kencing, dan bisa karena makanan, keracunan, intoleransi, atau alergi makanan.”
Sembelit atau Intoleransi Makanan
4. Konstipasi atau Sembelit
Sembelit juga merupakan gejala yang umum dijumpai anak-anak yang mengalami stres terutama pada saat mudik. Ini ditandai dengan gejala BAB yang lebih jarang, kurang dari dua kali per minggu atau lebih dari tiga hari sekali. Kemudian ada gejala cepirit atau mengeluarkan feses tanpa sadar.
“Ada juga gejala anak menahan BAB, BAB-nya keras atau nyeri, fesesnya besar atau seperti ada tinja yang besar di perut bagian bawah. Jadi, konstipasi ini umum dijumpai pada anak-anak yang mudik.”
Anak yang mudik biasanya menemukan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan rumah sehari-hari sehingga anak enggan buang air besar di tempat tersebut dan akhirnya mengalami sembelit.
5. Intoleransi atau Alergi Makanan
Intoleransi atau alergi makanan pada anak biasanya terjadi akibat anak mengonsumsi makanan baru. Saat Lebaran, banyak menu yang ingin dicoba anak karena ia tak pernah mencobanya sebelumnya.
Jika makanan baru itu tidak cocok, maka anak bisa mengalami intoleransi atau alergi.
“Penyebab yang paling sering adalah makanan berupa karbohidrat, gula, laktosa atau produk karbohidrat yang banyak ditemukan di produk susu. Kemudian lemak di dalam santan, protein, makanan pedas, dan minuman manis,” terangnya.
Reporter: Ade Nasihudin Al Ansori
Sumber: Liputan6.com