WHO: Dunia Harus Lebih Tangguh, Covid-19 Bukan Pandemi Terakhir
Pernyataan ini disampaikan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pesan video WHO, dalam rangka Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional pertama, yang ditetapkan pada 27 Desember 2020.
WHO melalui Direktur Jenderalnya, Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir yang bakal dihadapi oleh masyarakat secara global.
Pernyataan ini disampaikan Tedros dalam pesan video WHO, dalam rangka Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional pertama, yang ditetapkan pada 27 Desember 2020.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Kapan Malaysia merdeka? Negara monarki konstitusional ini baru memperoleh kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang meresmikan Langgar Merdeka? Langgar ini diresmikan Menteri Sosial pertama Indonesia yaitu Mulyadi Joyo Martono.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
"Sejarah mengatakan pada kita bahwa ini tidak akan jadi pandemi yang terakhir, dan epidemi adalah fakta kehidupan," kata Tedros, dikutip dari video di Youtube World Health Organization pada Senin (28/12/2020).
Dalam kesempatan tersebut, Tedros mengatakan bahwa setahun yang lalu, masyarakat benar-benar tidak paham mengenai COVID-19. Namun menurutnya dalam 12 bulan, dunia benar-benar berubah.
"Dampak dari pandemi sudah jauh dari penyakit itu sendiri, dengan konsekuensi yang jauh pada masyarakat dan ekonomi," katanya.
Menurut Tedros, hal ini harusnya tidak lagi mengagetkan. Ia mengatakan, selama bertahun-tahun, ada banyak ulasan, laporan, dan rekomendasi yang sama-sama mengatakan: "Dunia ini tidak siap untuk pandemi."
Tedros mengatakan, semua harus belajar bahwa pandemi mengajarkan kita beberapa hal.
"Pertama, semua negara harus berinvestasi pada kesiapan kapasitas untuk mencegah, mendeteksi, dan memitigasi kedaruratan dari semua, baik itu epidemi yang terjadi secara alami atau kejadian yang disengaja."
Ia menyebut, fasilitas kesehatan primer yang kuat adalah sesuatu yang penting sebagai dasar dari cakupan kesehatan semesta, serta sebagai "mata dan telinga" dari segala sistem kesehatan.
Kedua, kesiapsiagaan juga bukan hanya dari sisi kesehatan. Tedros mengatakan bahwa dibutuhkan pendekatan dari seluruh pemerintah dan masyarakat.
Ketiga, Tedros juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan One Health sebagai bagian penting dalam keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan, dan planet.
"Dengan investasi di kesehatan masyarakat, didukung oleh seluruh pemerintah, seluruh masyarakat, dan pendekatan One Health, kita bisa memastikan anak-anak kita dan anak-anak mereka, mewarisi dunia yang lebih aman dan lebih tangguh."
Mengutip UN News, Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk mengadvokasi pentingnya pencegahan, kesiapsiagaan, serta kemitraan dalam melawan pandemi.
Peringatan ini jatuh pada tanggal lahir Louis Pasteur, seorang ahli kimia dan mikrobiologi Prancis, yang memiliki terobosan di bidang vaksinasi.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Giovani Dio Prasasti