8 Kekalahan paling menyakitkan dalam sejarah Piala Dunia
Kalah menang dalam sebuah kompetisi itu biasa. Namun, 8 kekalahan timnas berikut ini begitu menyakitkan.
Tiap kali Piala Dunia dilangsungkan, persaingan di antara tim-tim nasional peserta Piala Dunia hampir selalu bisa memberikan kejutan. Dari mulai babak penyisihan saja, ada beberapa tim besar seperti Spanyol, Portugal, Brasil, Jerman, atau Inggris, yang menelan kekalahan mengejutkan dari lawan yang dianggap remeh. Kemudian, berlanjut pada pemilihan daftar pemain yang resmi ikut putaran final Piala Dunia, beberapa pelatih timnas acap kali mengumumkan pilihan yang membuat dahi banyak orang berkerut heran.
Di antara kejutan-kejutan tersebut, kekalahan tim yang sudah diprediksi bisa menang besar dalam tahapan babak Piala Dunia, selalu jadi yang paling disorot media. Dilansir dari The Richest, berikut adalah 8 kekalahan yang paling menyakitkan dalam sejarah Piala Dunia.
-
Apa yang merupakan kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia? Kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia ini resmi dibuka pada 9 Agustus 2024 dengan pertandingan antara Persib Bandung dan PSBS Biak, di mana juara bertahan berhasil meraih kemenangan dengan skor 4-1.
-
Apa yang terjadi pada Brasil dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026? Brasil belum menunjukkan performa terbaiknya dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026, saat ini mereka berada di peringkat keenam dengan raihan 7 poin dari 6 pertandingan.
-
Siapa yang menerbitkan daftar klub sepakbola terkaya di dunia tahun 2023? Majalah Forbes telah mengeluarkan daftar klub sepakbola dengan pendapatan tertinggi di dunia tahun 2023.
-
Kapan laba-laba Brazil aktif berburu? Arakhnida dikenal sebagai laba-laba pengembara karena mereka tidak membuat jaring, melainkan berkeliaran di lantai hutan pada malam hari untuk berburu mangsa.
-
Siapa saja yang masuk nominasi pelatih terbaik tahun ini? Dalam edisi perdana penghargaan pelatih terbaik, France Football mengumumkan enam nama yang masuk dalam daftar nominasi, yaitu: Xabi Alonso (Bayer Leverkusen), Carlo Ancelotti (Real Madrid), Luis De La Fuente (Spanyol), Gian Piero Gasperini (Atalanta), Pep Guardiola (Man City), Lionel Scaloni (Argentina).
-
Siapa yang mendapatkan julukan "Si Kancil" dalam sepakbola Indonesia? Terkenal lincah dan gesit saat mengolah bola di atas lapangan, Abdul pun mendapat julukan sebagai "Si Kancil".
Hungaria vs Jerman Barat, 1954
Tahun 1950-an adalah era kejayaan sepakbola negara Hungaria. Selama mengikuti turnamen internasional di tahun 1950 hingga 1954, tercatat ada 46 kemenangan, 6 hasil seri, dan satu kekalahan yang mereka torehkan. Dan satu kekalahan tersebut adalah yang paling tragis, yakni di ajang Piala Dunia 1954, di babak final melawan Jerman Barat. Kekalahan tersebut masuk dalam daftar kekalahan yang paling menyedihkan sepanjang sejarah karena sejak awal turnamen berlangsung, Hungaria sudah menunjukkan kelasnya sebagai tim nasional papan atas dunia. Mereka melibas Korea Selatan dengan skor 9-0 di babak penyisihan grup, serta Jerman Barat dengan skor 8-3. Setelah itu, Brasil dan Uruguay pun mereka habisi dengan skor yang sama, 4-2.
Di partai final, Hungaria bertemu lagi dengan Jerman Barat, musuh satu grup mereka. Setelah sempat memimpin 2-0 di awal-awal pertandingan, Hungaria akhirnya dibungkam Jerman Barat dengan skor 3-2, gara-gara gol mengejutkan Rahn di menit ke-84.
Jerman Barat vs Inggris, 1966
Sampai sekarang, ini adalah satu-satunya momen kemenangan Piala Dunia yang berhasil 'dirasakan' oleh Inggris. Kekalahan Jerman Barat di babak final Piala Dunia 1966 penuh dengan kontroversi. Pada awal pertandingan, Inggris memang sudah memimpin dengan skor 2-1. Kemudian, setelah menyerang dengan sekuat tenaga dan berulang kali melakukan serangan balik, Jerman Barat berhasil menyamakan kedudukan lewat gol Wolfgang Weber di menit ke-89. Alhasil, pertandingan pun berlanjut ke babak tambahan waktu.
Di menit ke-101, Geoff Hurst melesatkan bola ke arah gawang Jerman Barat, dan disahkan sebagai gol oleh hakim garis. Hingga kini, gol itu masih jadi perdebatan, apakah benar-benar menembus garis atau tidak. Sang wasit utama sendiri awalnya ragu, namun kemudian mengiyakan keputusan hakim garis. Beberapa studi film analisis di tahun 90-an dan 2000-an banyak yang mengklaim bahwa gol tersebut sebenarnya tidak sah.
Belanda vs Argentina, 1978
Belanda sudah terkenal dengan julukan 'Sang Juara Tanpa Mahkota'. Hal ini dikarenakan timnas berseragam oranye ini sudah berkali-kali berhasil menembus babak final Piala Dunia, tanpa pernah memenangkannya sekalipun. Di tahun 1978, saat menghadapi Argentina di babak final, Belanda kembali menelan pil pahit yang sama. Di pagelaran sebelumnya di tahun 1974, Tim Oranye harus rela kalah di tangan Jerman Barat dengan skor 2-1. Mereka pun kemudian mengadopsi gaya 'Total Football' yang sebelumnya belum pernah mereka pakai untuk melawan Argentina.
Di menit ke-38, Mario Kempes memberikan persembahan gol untuk Argentina dengan cantik. Kemudian, Dick Nanninga menyamakan kedudukan di menit-menit akhir, tepatnya di menir ke-82. Sayang bagi Belanda, karena di menit ke-104 Kempes kembali menyarangkan gol di gawang mereka, yang disusul oleh Daniel Bertoni tak lama setelahnya.
Kekalahan Algeria karena Austria mengalah dari Jerman Barat, 1982
Pada babak penyisihan grup Piala Dunia 1982, Aljazair sebetulnya sudah bisa dipastikan lolos ke babak selanjutnya. Namun sayang, ada kongkalikong yang dilakukan Jerman Barat dan Austria. Kala itu Jerman sudah mengantongi satu kemenangan saja, dan butuh menang lagi melawan Austria jika ingin melaju ke babak berikutnya. Timnas Austria, yang merupakan pemuncak klasemen pun akhirnya menyetujui untuk bermain mengalah untuk Jerman Barat. Ini membuat Aljazair yang sebenarnya sudah siap lolos harus gigit jari dan pulang dengan kepala tertunduk.
Skandal ini dikenal sebagai Non-aggression pact of Gijón. Sang komentator pertandingan saat itu benar-benar kesal terhadap skandal ini, dan menyuruh para penonton di rumah untuk mematikan saja televisi mereka, karena Jerman Barat dan Austria sama-sama bermain ogah-ogahan setelah Jerman Barat mencetak satu gol. Setelah kejadian ini, FIFA membuat peraturan bahwa dua pertandingan akhir di tiap grup dilangsungkan secara bersamaan.
Kamerun vs Inggris, 1990
Timnas Kamerun menunjukkan aksi yang cemerlang di Piala Dunia tahun 1990. Sejak awal mereka sudah menjadi tim kuda hitam yang diunggulkan, karena berhasil mengalahkan Argentina 1-0 pada pertandingan pembuka grup mereka. Kemudian, mereka berhasil mengalahkan Kolumbia di babak selanjutnya, hingga akhirnya melaju ke quarter final untuk melawan Inggris. Pada tahap ini saja, Kamerun sudah mencetak rekor sebagai satu-satunya tim Afrika pertama yang berhasil menembus quarter final.
Ketika pertandingan dengan Inggris berlangsung, Kamerun sudah memimpin dengan skor 2-1 sebelum akhirnya Gary Lineker menyamakan kedudukan dengan golnya di menit ke-83. Kemudian Gary kembali mencetak gol di menit ke-105, dan membungkam impian Kamerun untuk melaju ke semifinal.
Italia vs Brasil, 1994
Di Piala Dunia tahun 1990, Italia harus melepaskan mimpi mereka untuk menjadi juara karena tak berhasil menembus babak final, padahal kala itu mereka adalah tuan rumahnya. Di tahun 1994, akhirnya Italia berhasil menembus babak final, namun harus kembali bersedih karena dikalahkan Brasil lewat drama adu penalti. Italia yang saat itu hanya punya satu sosok tangguh, Dino Baggio, tak cukup kuat untuk melawan penendang-penendang handal dari Brasil. Baggio pun saat itu sedang dibekap cedera, dan harus mati-matian membela negaranya dengan bantuan decker kaki dan suntikan anti rasa sakit. Pengorbanan dan perjuangan tersebut tak berbuah manis, karena bola yang ditendang Baggio sebagai penentu pertandingan melayang jauh di atas mistar gawang kiper Brasil, Claudio Taffarel. Italia pun menangisi skor 3-2 yang tercipta.
Jerman vs Italia, 2006
Sebagai tuan rumah, timnas Jerman menampilkan pertunjukan yang sangat impresif babak demi babak, sebelum akhirnya melaju mulus ke final. Penampilan Miroslav Klose saat itu memukau dunia sebagai pemain muda yang memiliki masa depan karir cerah. Tak ada lawan yang terlalu sulit untuk Jerman kala itu. Namun malang nasib Jerman, di babak final mereka malah harus terima dilibas Italia dengan skor hanya 1-0 saja. Gara-gara tendangan pojok Andrea Pirlo di menit ke-118, yang kemudian disambut dengan baik oleh Fabio Grosso, Jerman harus meredam mimpi untuk menjadi juara Piala Dunia 2006. Fans tuan rumah pun kecewa berat karena harus kalah di tangan timnas Italia, yang kalau itu sebenarnya sedang mengalami konflik domestik akibat skandal Calciopoli.
Ghana vs Uruguay, 2010
Piala Dunia 2010 adalah momen pertama kalinya Piala Dunia digelar di dataran Afrika yang terkenal dengan udara panasnya yang menyengat. Dengan keberhasilan Afrika Selatan menyelenggarakan turnamen ini, tentunya banyak fans tuan rumah yang berharap ada timnas dari Afrika yang bisa menembus babak perdelapan final. Terbitlah Ghana, yang berhasil mempertahankan hasil draw dengan Australia di pertandingan final penyisihan grup, sehingga lolos ke perdelapan final. Sayangnya, kesempatan mereka untuk melaju ke babak yang lebih lanjut harus digugurkan oleh Uruguay. Sudah bertahan dengan skor 1-1, Ghana sebenarnya sempat mendapatkan hadiah penalti gara-gara kelakuan Suarez yang menangkap bola dengan tangannya ketika terjadi kemelut di kotak penalti. Sayangnya, ini disia-siakan oleh Gyan.
Lewat drama adu penalti, Ghana pun harus terima diganyang oleh Uruguay dengan skor 4-2.
Mana momen yang paling membekas untuk Anda?
(mdk/mzh)