Daftar Pesepak Bola Kakak Beradik di Timnas Indonesia, dari Solossa Bersaudara hingga Si Kembar Sayuri
Dalam perjalanan panjang Skuad Garuda, Yakob dan Yance Sayuri bukanlah saudara pertama yang pernah mengenakan kostum timnas.
Si kembar Yakob dan Yance Sayuri akan segera kembali memperkuat Timnas Indonesia. Setelah sekian lama tidak beraksi, kerinduan terhadap penampilan 'liar' pemain dari Maluku Utara (Malut) United akan segera terobati. Mereka termasuk dalam daftar 27 pemain yang dipanggil oleh Shin Tae-yong menjelang pertandingan penting melawan Jepang pada 15 November mendatang. Ini merupakan kesempatan berharga bagi keduanya untuk kembali bermain setelah absen dalam beberapa pertandingan bersama Skuad Garuda.
Apalagi, pertandingan tersebut akan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, yang sudah tidak asing lagi bagi kedua pemain yang menjadi kebanggaan warga Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. Meskipun kemungkinan besar duo Sayuri tidak akan masuk dalam starting XI, lini belakang kemungkinan masih akan diisi oleh Calvin Verdonk, Jay Idzes, dan Justin Hubner jika Shin Tae-yong menggunakan formasi 3-2-4-1. Namun, peluang bagi Yakob dan Yance untuk tampil dari bangku cadangan tetap terbuka, terutama jika Shin Tae-yong membutuhkan penyegaran di sektor bek sayap.
- Daftar 5 Tim Nasional Asia dengan Skuad Termahal: Timnas Indonesia di Peringkat Berapa?
- Peluang Indonesia Lolos Piala Dunia 2026 Masih Terbuka Lebar
- Ini Sosok yang Menjadi Salah Satu Kunci Kebangkitan Prestasi Timnas Indonesia, Siapa Dia?
- Sosok Shafira Ika, Kapten Timnas Sepakbola Putri Indonesia, Penampilannya di Luar Lapangan Curi Perhatian
Kedua pemain ini memiliki kecepatan yang luar biasa dalam melakukan penetrasi dan juga mampu kembali ke posisi semula dengan cepat. Dalam sejarah panjang Skuad Garuda, Yakob dan Yance Sayuri bukanlah duet bersaudara pertama yang mengenakan kostum timnas. Sebelumnya, sudah ada beberapa pasangan bersaudara lainnya. Siapa saja mereka?
Boaz dan Ortiz Solossa
Meskipun bukan kembar, mereka tetap bersaudara. Boaz Solossa lahir pada tahun 1986, sedangkan Ortiz lahir pada tahun 1977. Di puncak karier mereka, keduanya sangat dikenal, terutama Boaz yang merupakan kakak dari Ortiz. Boaz bukan hanya sekadar legenda bagi Persipura Jayapura, tetapi juga diakui sebagai salah satu penyerang terbaik yang dimiliki oleh Timnas Indonesia. Ia aktif membela timnas dari tahun 2004 hingga 2018.
Selama periode tersebut, yang akrab disapa Boci ini telah berjuang dalam 48 pertandingan dan mencetak 14 gol. Selain menjadi idola bagi para pendukung Persipuramania, Boaz juga pernah bermain untuk Borneo FC Samarinda, PSS Sleman, dan kini berusaha mengangkat namanya kembali bersama Mutiara Hitam di Liga 2 2024/2025.
Meskipun tidak sepopuler adiknya, nama Ortiz juga sempat bersinar di pentas sepak bola Indonesia. Banyak klub besar yang pernah menggunakan jasanya, seperti Persipura, Persija Jakarta, dan Arema Malang. Namun, dalam hal membela timnas, Ortiz tidak seaktif Boaz. Ia hanya mengenakan jersey kebanggaan timnas selama dua tahun, dari 2004 hingga 2005.
"Kaka Ortiz hanya seumur jagung mengenakan jersey kebesaran timnas," ungkap seorang pengamat sepak bola. Meskipun demikian, kontribusi Ortiz tetap diingat oleh para penggemar sepak bola tanah air.
Patar - Tonggo Tambunan
Untuk anak-anak zaman sekarang, kedua sosok ini mungkin terasa asing. Namun, bagi generasi sebelumnya, khususnya remaja yang tumbuh di era 1980-an dan 1990-an, keduanya merupakan idola yang sangat dihormati. Mereka sering diburu untuk berfoto atau sekadar meminta tanda tangan di buku tulis. Seperti halnya Boaz - Ortiz Solossa, Patar - Tonggo Tambunan juga merupakan pasangan abang-adik yang sama-sama terkenal. Keduanya sangat keren dan berprestasi, baik di level klub maupun di tim nasional.
Tonggo, yang lebih tua empat tahun dari Patar, lahir di Pematang Siantar, sebuah daerah yang dikenal dengan cuacanya yang sejuk di Sumatera Utara, pada 11 Maret 1959. Sejarah mencatat bahwa Tonggo merupakan anggota inti Timnas Indonesia pada Kualifikasi Piala Dunia 1986 yang sangat legendaris. Di bawah arahan pelatih handal, Sinyo Aliandoe, ia dipercaya untuk mengisi posisi bek kanan. Tonggo seangkatan dengan pemain-pemain bintang lainnya seperti Herry Kiswanto, Rully Nere, Zulkarnaen Lubis, dan Bambang Nurdiansyah.
Sementara itu, Patar juga tidak kalah menakutkan di lapangan. Ia merupakan lulusan Pardedetex Medan, klub yang kaya dan terkenal berasal dari Medan, sama seperti abangnya, Tonggo. Kariernya sebagai bek kanan terus meningkat hingga akhirnya bergabung dengan tim Macan Kemayoran, Persija Jakarta. Namanya semakin bersinar saat membela tim nasional, di mana ia berpartisipasi dalam tiga edisi SEA Games, yaitu pada tahun 1985, 1987, dan 1989. Lahir di Medan pada 11 Juni 1965, Patar memiliki peranan penting dalam keberhasilan Indonesia meraih medali emas sepak bola di SEA Games 1987 yang berlangsung di Jakarta.
Persija Jakarta tidak akan pernah melupakan jasa Patar. Hal ini terbukti ketika pada tahun 2019, ia menerima penghargaan Lifetime Achievement dalam acara perayaan HUT ke-91 Macan Kemayoran. Penghargaan tersebut menjadi bukti nyata dari dedikasi dan kontribusinya yang luar biasa terhadap klub dan sepak bola Indonesia secara keseluruhan.
Yandi Sofyan dan Zainal Arief
Apakah Anda masih mengenal Zainal Arief? Bagi sebagian orang, nama Zainal Arief mungkin tidak memiliki arti yang signifikan. Namun, bagi jutaan Bobotoh, Zainal Arief adalah sosok yang lebih dari sekadar seorang pemain; ia adalah seorang idola. Lahir pada 3 Januari 1981, Zainal Arief telah mengabdikan dirinya untuk Persib Bandung dalam dua periode, yaitu dari tahun 1998 hingga 2000 dan kemudian dari 2006 hingga 2009.
Kini di usia 43 tahun, ia diakui sebagai legenda yang pernah berjuang bersama Timnas Indonesia dari tahun 2002 hingga 2007. Dalam periode tersebut, ia telah tampil dalam 23 pertandingan dan mencetak 12 gol.
Yandi Sofyan, yang merupakan adik dari Zainal Arief, berusaha mengikuti jejak sang kakak. Ia juga pernah menjadi bagian dari Persib Bandung pada tahun 2015 hingga 2016. Sayangnya, perjalanan kariernya di tim nasional tidak seberuntung Zainal Arief. Yandi Sofyan, yang lahir pada 25 Mei 1992 dan merupakan produk Deportivo Indonesia, hanya mampu mencapai Timnas Indonesia U-23. Meskipun demikian, usaha dan dedikasinya tetap patut dihargai.