Pemain Legenda Sayangkan Timnas Indonesia Tidak Punya Striker Tajam Haus Gol
Dulu, mereka memiliki penyerang hebat yang haus gol, seperti Ricky Yacobi, Peri Sandria, dan Bambang Pamungkas.
Timnas Indonesia saat ini memang tidak memiliki striker yang memiliki naluri membunuh seperti yang dimiliki para striker hebat sebelumnya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana Timnas Indonesia memiliki striker-striker yang sangat lapar gol seperti Ricky Yacobi, Peri Sandria, dan Bambang Pamungkas.
Hal ini menjadi perhatian, terutama karena pelatih Shin Tae-yong masih mencari sosok striker yang dapat diandalkan untuk mencetak gol. Dalam penerapan formasi 4-3-3 yang digunakan oleh Shin Tae-yong di Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Rafael Struick yang ditempatkan sebagai ujung tombak tampak kesulitan untuk mencetak gol.
- Legenda Arema Kritik STY Rotasi Pemain Timnas Indonesia saat Lawan China: Berujung Kegagalan!
- Tiga Penyerang Timnas Indonesia yang Tampil Menonjol di Liga 1
- Pelatih Striker Timnas Indonesia Gembleng Sananta, Dimas Drajad, dan Hokky soal Akurasi Tembakan
- Mengenang Sosok Abdul Kadir, "Si Kancil" Andalan Timnas Indonesia yang Mulai Terlupakan
Menariknya, di Timnas Indonesia U-23, Rafael Struick justru berfungsi lebih sebagai gelandang serang atau penyerang sayap. Sementara itu, Shin Tae-yong masih memiliki pilihan lain seperti Hokky Caraka dan Dimas Drajad, namun keduanya lebih sering duduk di bangku cadangan. Di sisi lain, Ramadhan Sananta tidak lagi dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia.
Kondisi ini tentu membuat Peri Sandria, mantan penyerang Timnas Indonesia, merasa prihatin. Terlebih lagi, dalam waktu dekat, Skuad Garuda akan menghadapi tantangan berat dengan menjamu tim-tim kuat seperti Jepang dan Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta pada tanggal 15 dan 19 November mendatang.
Dengan situasi ini, harapan untuk menemukan kembali striker yang dapat diandalkan menjadi semakin mendesak. Para penggemar tentu berharap agar pelatih Shin Tae-yong dapat menemukan solusi untuk masalah ini agar Timnas Indonesia dapat bersaing dengan lebih baik di level internasional.
Tidak ada lagi penyerang yang mematikan
Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube NTV Sport Cast, Peri Sandria, mantan striker Timnas Indonesia yang lahir pada 24 September 1969, mengungkapkan pandangannya mengenai keberadaan striker di Timnas Indonesia yang saat ini sangat minim.
"Di timnas senior sendiri saya melihat masih belum ada striker yang benar-benar mematikan," ungkap Peri Sandria, yang dikenal sebagai top scorer Liga Indonesia pada musim 1994/1995 dengan total 34 gol.
"Sebenarnya di Indonesia banyak striker yang bagus-bagus. Mungkin yang lebih dari saya juga ada," merujuk pada banyaknya talenta yang ada di tanah air.
Peri Sandria, yang juga pernah memperkuat klub-klub seperti Krama Yudha Tiga Berlian, Assyabaab Salim Grup, Putra Samarinda, Bandung Raya FC, Persib Bandung, dan Persikabo, menekankan pentingnya seorang striker murni. Ia berpendapat bahwa seorang striker harus cerdas dalam mencari bola dan ruang tembak, termasuk memanfaatkan kemampuan kepala tanpa perlu turun terlalu jauh.
"Sejauh ini saya belum melihat kita punya striker murni. Kebanyakan justru striker liar yang harus turun ke bawah mencari bola," tuturnya. Dengan pengalamannya, Peri berharap ada peningkatan dalam kualitas striker di Indonesia agar lebih kompetitif di level internasional.
Lebih senang menerima pasokan bola dari sisi sayap
Peri Sandria memberikan gambaran mengenai pengalamannya saat aktif bermain, baik di level klub maupun tim nasional, terutama ketika menghadapi kesulitan dalam mencetak gol.
"Kuatnya tim pertahanan lawan dan untuk memecahkannya, kita tidak bisa harus bermain dari tengah. Kita harus bisa memecahkan mereka supaya buyar dan itu harus dilakukan lewat winger. Itu jalan satu-satunya," ujar Peri Sandria.
Menurutnya, cara ini sangat efektif karena pertahanan lawan, termasuk bek dan kiper, sering kali tidak dapat mengantisipasi serangan dari sisi sayap.
Peri juga menyoroti potensi pemain seperti Ramadhan Sananta dan Dimas Drajad, yang memiliki kelebihan masing-masing. "Kayak Sananta ini kan dia punya postur tubuh tinggi. Tapi karena penempatan posisi mereka kadang-kadang suka salah."
Dia menekankan pentingnya posisi striker ketika bola crossing atau pada saat set piece.
"Kalau bicara saya, ya saya itu paling suka bola-bola crossing daripada bola dari tengah," ungkapnya. Dia percaya bahwa saat bola diangkat, pergerakan striker harus sudah siap dan tepat waktu untuk menyambut bola.
"Karena apa, karena pada saat bola crossing pemain bertahan pasti dekat dengan saya. Tapi pada saat bola itu mau diangkat, pergerakan saya itu sudah berubah. Jadi pada saat bola itu diangkat, saya harus bertemu dengan bola. Jadi ini bicara timing. Jadi bukan saya harus dulu lari baru bola. Itu pasti lewat kan."
Dengan pemahaman yang mendalam tentang timing dan posisi, Peri menekankan bahwa striker-striker di tim nasional harus pandai memanfaatkan situasi tersebut. "Seandainya saya dijaga ketat nih, tapi begitu bola sudah mulai diangkat kita sudah mulai menghilang seperti hantu. Jadi saya nggak mau dipegang," tuturnya, menekankan pentingnya kecerdikan dalam permainan.
Saran untuk striker
Ketika pasukan bola dari tengah mengalami kesulitan, seorang striker harus mengambil langkah strategis. "Ya striker harus bisa mencari ruang kosong. Ini kita bicara buntu ya. Ya kita harus bisa menempat diri kita. Oh di sana kosong, ya kita harus mencari bola. Namun, posisi kita yang kita tinggalkan sebagai striker itu harus ada yang menempati," ujar Peri Sandria.
Dalam situasi tersebut, penting bagi striker untuk aktif mencari posisi yang menguntungkan agar bisa menerima bola dan menciptakan peluang.
"Pada saat nanti kita turun ke bawah minta bola dan mendapatkannya, kita bisa balik ke belakang dan langsung menjurus ke gawang lawan dan sudah ada teman di depan."
Ia berbagi pengalaman tentang bagaimana ia berhasil mengecoh pemain bertahan lawan, keluar dari tekanan, dan mencetak gol.
"Pada saat kita dijaga pemain bertahan lawan dengan ketat, kita harus pintar. Yang pasti kita tak mau diam di tempat. Ya saya harus punya akal. Saya harus berpikir bagaimana caranya saya bisa membuka ruang buat teman dan saya tetap bisa mencetak gol."
"Otomatis, kalau saya dijaga lawan dengan ketat, ini lawan harus saya bawa ke bawah supaya ada ruang buat orang ketiga masuk. Biasanya pemain gelandang."
Ia menjelaskan bahwa kejelian seorang striker sangat penting. "Terkadang, kejelian seorang striker begitu sudah membawa lawan, dia harus banyak tipu-tipu. Artinya pergerakan kita harus cepat. Begitu dia mengikuti kita lebih cepat, kita harus bisa balik badan lebih cepat dari dia. Itulah yang belum ada di timnas kita."
Ini adalah wawasan berharga dari mantan striker yang dikenal tajam dalam mencetak gol. Semoga, dalam waktu dekat kita memiliki striker dengan naluri gol yang sama seperti Peri Sandria.