PSSI dibekukan, ini komentar petinggi Perseru Serui
Kebijakan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang membekukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), ter
Kebijakan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang membekukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), terus menui kritikan.
Sebab tidak hanya itu, pihak Kemenpora juga mengambil alih hak dan kewenangan PSSI. Misalnya saja, yakni menjalankan kompetisi dengan supervisi KONI dan KOI.
Kemudian, Kemenpora juga mengambil alih pengelolaan tim nasional Indonesia U-23 untuk SEA Games lewat KOI dan KONI dan membentuk Tim Transisi.
"Ini langkah yang terburu-buru. Harusnya, diberi kesempatan ke kami lebih dulu. Saya melihat pengelolaan sudah baik setelah sebelumnya dualisme, dan semakin tertib serta ada ketegasan. Itu ditunjukkan dengan pencoretan Persiwa dan Persik karena belum memenuhi persyaratan," ujar Direktur Perseru Serui, Yance Banua.
Dalam pandangan Yance Banua, sangat penting memberikan waktu kepada klub untuk terus memperbaiki diri. Karena itu, tidak bisa secara langsung dipaksa menjadi sempurna.
Terlebih, seluruh klub yang kini berlaga di QNB League musim 2015, tengah berusaha untuk lebih baik ke depannya.
"Tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan. Jadi, saya melihat Menpora terburu-buru dan harusnya memberikan kesempatan. Kami harapkan, pengurus PSSI baru bisa berkomunikasi baik dengan Menpora supaya kompetisi bisa berjalan. Kalau begini, yang menjadi korban klub. Terutama, dalam hal pembiayaan," pungkasnya.
Lebih jauh diungkapkannya, juga khawatir FIFA menjatuhkan sanksi. Jika hal tersebut sampai terjadi, maka Yance mengatakan sebagai langkah mundur.
Yang sangat disayangkan, imbuh Yance, pihaknya sudah banyak pengorbanan hingga Perseru tampil di kompetisi teratas sejak 2014. Manajemen Perseru juga sudah berupaya agar The Black Orange bisa tampil di kandang agar kota Serui dikenal banyak orang.
"Pemerintah tidak memberikan dana apapun untuk klub. Klub ini kami biayai dari nol dan dibangun sampai bisa mengikuti kompetisi. Mungkin klub besar tidak akan merasakan, tapi bagi kami klub kecil dari Papua, perjuangan harus dilakukan karena tidak ada dana dari sponsor. Pemerintah pusat tidak melihat bagaimana perjuangan kami," pungkasnya. (esa/dzi)