Rivalitas Panjang Persib, Persija dan Persebaya, Bagaimana di BRI Liga 1 Musim Ini?
Tiga tim veteran bersaing ketat di posisi teratas BRI Liga 1. Persib Bandung, Persebaya Surabaya, atau Persija Jakarta, siapa yang akan menjadi juara?
Takdir membawa tiga tim veteran bersaing di puncak klasemen BRI Liga 1 2024/2025. Meskipun perjalanan masih panjang, pertanyaan muncul: siapa yang akan keluar sebagai juara, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, atau Persija Jakarta?
Saat memasuki pekan ke-18, Persib menunjukkan dominasinya dengan mengumpulkan 40 poin dan tetap tak terkalahkan. Dengan 11 kemenangan dan tujuh hasil imbang, Maung Bandung menjadi satu-satunya tim di Liga 1 yang belum merasakan kekalahan.
- Persib Raih Gelar Juara Paruh Musim BRI Liga 1 dengan Manis
- Hasil Persib vs Persebaya di BRI Liga 1: Maung Bandung Menang 2-0, Langsung Melesat ke Runner-up
- Jelang Laga Big Match Persib Vs Persebaya di BRI Liga 1: Adu Taktik Pelatih untuk Lanjutkan Tren Tak Terkalahkan
- Pertandingan Persib vs Persebaya Digelar di Stadion Si Jalak Harupat Tanpa Penonton
Persib memang menunjukkan performa yang sangat baik. Di bawah arahan Bojan Hodak, mereka berhasil menggeser Persebaya dari posisi teratas yang sebelumnya dikuasai oleh Bajul Ijo selama beberapa pekan hingga akhir tahun 2024. Apakah ini merupakan sinyal bahwa Persib akan kembali merajai liga musim ini?
Maybe yes, maybe no. Semua tergantung pada Marck Klok dan rekan-rekannya. Jika mereka mampu menjaga kekompakan serta menunjukkan konsistensi, peluang untuk mempertahankan gelar juara tentu sangat terbuka lebar.
Persebaya dan Persija terus berusaha meraih kemenangan
Persebaya dan Persija, dua tim rival yang saling berdekatan, tentu tidak ingin melihat Persib merayakan kemenangan di akhir musim. Persebaya bertekad untuk bangkit kembali. Hasil buruk dalam beberapa pertandingan, termasuk kekalahan 1-3 dari PSS Sleman di laga terakhir, membuat pelatih Paul Munster berusaha untuk memotivasi kembali anak-anak asuhnya.
"Kita harus tetap bersama. Kita harus fokus ke pertandingan selanjutnya," ungkap Paul Munster.
Saat ini, Persebaya berada di posisi kedua dengan 37 poin, mereka hanya perlu meraih dua kemenangan berturut-turut untuk merebut posisi teratas, sambil berharap Persib mengalami kekalahan.
Di sisi lain, Persija tidak ingin hanya menjadi penonton dalam persaingan ini. Macan Kemayoran siap untuk memperketat persaingan. Dengan tren positif di beberapa pertandingan terakhir, tim asal Ibu Kota ini semakin berambisi untuk mengalahkan Persebaya dan Persib.
Saat ini, Persija berada di posisi ketiga dengan 34 poin, dan tim yang dilatih oleh Carlos Pena siap menunjukkan kekuatan dalam setiap pertandingan. Setiap duel yang mereka jalani dianggap sebagai final yang harus dimenangkan.
"Kami harus fokus bermain dan memikirkan satu pertandingan ke pertandingan, langkah demi langkah," tegas Carlos Pena.
Persaingan dalam sejarah
Persib, Persebaya, dan Persija adalah tim-tim sepak bola yang telah memiliki sejarah panjang di kancah sepak bola Indonesia. Ketiga klub ini, sejak zaman dahulu, terutama di Perserikatan, selalu bersaing untuk meraih gengsi dan menjaga nama besar mereka.
Pertandingan antara mereka menjadi semakin menarik karena ketiganya dikenal sebagai tempat lahirnya banyak pemain Timnas Indonesia. Di mana pun mereka bertanding, stadion selalu dipenuhi oleh penonton. Kehadiran mereka tidak hanya dari para pendukung setia, tetapi juga masyarakat umum yang mencintai sepak bola. Rivalitas yang sangat ketat membuat Persib merasa lebih baik kalah dari tim lain, asalkan tidak kalah dari Persija dan Persebaya. Hal yang sama juga berlaku untuk Persija dan Persebaya.
Selama era Perserikatan, Persija berhasil menduduki posisi teratas dengan sembilan gelar juara yang diraihnya pada tahun 1931, 1933, 1934, 1938, 1954, 1964, 1971/1973, 1973/1975, dan 1978/1979.
Sementara itu, Persebaya berada di urutan kedua dengan tujuh gelar yang diperoleh pada tahun 1941, 1950, 1951, 1952, 1975/1978, dan 1987/1988.
Di sisi lain, Persib menempati urutan keempat dengan lima gelar yang mereka raih pada tahun 1937, 1961, 1986, 1989/1990, dan 1993/1994. Setelah Galatama bergabung menjadi Liga Indonesia pada tahun 1994, ketiga tim besar ini kembali bersaing untuk mengukir prestasi dan reputasi mereka, dan persaingan ini terus berlanjut hingga saat ini.