Modern Sejak Dulu, Ini Alasan Kota Medan Dijuluki 'Paris van Sumatera'
Jika selama ini kita sering mendengar Kota Bandung yang terkenal sebagai 'Paris van Java', ternyata di tanah Sumatera ada juga kota yang dijuluki sebagai 'Paris van Sumatera'. Kota Medan adalah kota yang mendapatkan julukan tersebut.
Jika selama ini kita sering mendengar Kota Bandung yang terkenal sebagai 'Paris van Java', ternyata di tanah Sumatera ada juga kota yang dijuluki sebagai 'Paris van Sumatera'. Kota Medan adalah kota yang mendapatkan julukan tersebut.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, dulunya Kota Medan merupakan sebuah kampung kecil yang berpenduduk 200 jiwa pada 1823. Kini Kota Medan telah menjelma menjadi kota yang baru sejak dirintis dari 1869 oleh Bangsa Belanda.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Apa yang dibangun di Medan pada tahun 1889? Di Medan, pada tahun 1889 telah dibangun bioskop pertama yang didirikan oleh seorang Belanda bernama Michael.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Apa makna mendalam yang terkandung dalam Sumpah Pemuda bagi pergerakan bangsa Indonesia sebelum merdeka? Bukan hanya perkara tulisan dan ikrar belaka, Sumpah Pemuda mengandung makna yang mendalam bagi pergerakan bangsa Indonesia di masa sebelum kemerdekaan.
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
Ungkapan 'Paris van Sumatera' ini dipopulerkan orang-orang Belanda penguasa perkebunan tembakau Deli sejak akhir abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20. Di tangan mereka, Kota Medan yang semula rawa-rawa, disulap menjadi kota berperadaban dengan gedung-gedung bergaya Eropa.
Pusat Komoditas
Dilansir dari laman analisadaily, sejak zaman kolonial Belanda, Kota Medan dikenal sebagai kota internasional. Pemerintah kolonial Belanda menganggap Kota Medan ini sebagai daerah modal, karena devisanya yang sangat besar.
Hal ini karena Kota Medan bisa dibilang menjadi pusat komoditas banyak hasil alam seperti tembakau. Bahkan, harga komoditas tembakau di Kota Medan saat itu berkali-kali lipat dibandingkan tembakau dari Kuba. Saking hebatnya, Kota Medan juga sering disebut sebagai daerah dolar.
Kota yang Asri dan Indah
Dilansir dari laman jurnalasia, Kota Medan juga menjadi simbol tanda kemakmuran dan representasi keajaiban ekonomi perkebunan sekaligus revolusi.
Kota Medan dikenal sebagai Paris-nya Sumatera, karena kota ini merupakan kota yang asri dengan gedung-gedung segar berwarna putih di tengah petak-petak rumput hijau dan segar. Jalanan kota ini dulunya selalu terlihat bersih. Ini tampak seperti ciri khas kebanyakan kota di Eropa, termasuk Paris.
Malam harinya, sudut-sudut utama kota terlihat terang disinari lampu gas yang memendar. Kota Medan menjadi salah satu pusat dari berbagai jejaring terkemuka dan menjadi daerah tujuan para perantau dan petualang.
Pusat Perdagangan Impor dan Ekspor
Kota Medan dulu juga terkenal memiliki posisi strategis. Kota ini merupakan gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor dan impor).
Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang baik, saling menguntungkan dan saling memperkuat daerah-daerah sekitarnya.
Mulai Luntur
Meski terkenal sebagai Paris-nya Sumatera sejak zaman Belanda, namun seiring perkembangan zaman, julukan Paris Van Sumatera ini perlahan mulai luntur.
Hal ini dirasakan sendiri oleh masyarakat yang tinggal di kota ini, karena Kota Medan kini semakin sesak oleh padatnya penduduk. Kota ini juga tak lagi seindah, sebersih, sesejuk, dan senyaman saat masih berjaya sebagai pusat peradaban modern dulu.
Kondisi Kota Medan saat ini sudah berubah drastis. Banyak bangunan-bangunan tua peninggalan masa kolonial Belanda tidak terawat, ditelantarkan, dirombak habis, bahkan dihancurkan.