7 Teknologi yang Tak Diharapkan Muncul Lagi di 2019
7 Teknologi yang Tak Diharapkan Muncul Lagi di 2019
Tahun 2018 adalah tahunnya berbagai inovasi di dunia teknologi lahir. Mulai dari lahirnya MacBook, Apple iPhone, GoPro, hingga flagship Huawei yang kesemuanya bisa disebut terbaik yang pernah ada.
Namun tidak bisa dibilang tahun 2018 kemarin tidak ada hal yang harusnya dieliminasi. Banyak teknologi yang bisa dibilang gagal, yang sebaiknya tidak kita temui lagi di tahun ini.
-
Kenapa Facebook bisa jadi platform sosial media yang populer? Berikut ini adalah beberapa fitur yang membuat Facebook menjadi platform sosial media yang begitu populer: 1. Facebook memungkinkan Anda mengelola daftar teman dan memilih pengaturan privasi untuk menyesuaikan siapa yang dapat melihat konten di profil Anda. 2. Facebook memungkinkan Anda mengunggah foto dan menyimpan album foto yang dapat dibagikan dengan teman-teman Anda. 3. Facebook mendukung obrolan online interaktif dan kemampuan mengomentari halaman profil teman untuk tetap berhubungan, berbagi informasi, atau saling sapa. 4. Facebook mendukung halaman grup, halaman penggemar, dan halaman bisnis yang memungkinkan bisnis menggunakan Facebook sebagai sarana pemasaran media sosial. 5. Jaringan pengembang Facebook menghadirkan fungsionalitas tingkat lanjut dan opsi monetisasi. 6. Anda dapat melakukan streaming video langsung menggunakan Facebook Live. 7. Anda bisa mengobrol dengan teman dan anggota keluarga Facebook, atau menampilkan gambar Facebook secara otomatis dengan perangkat Portal Facebook.
-
Apa yang dimaksud dengan kemampuan "menguping" smartphone dalam konteks iklan? “mereka tidak mendengarkan,” jawabnya. Lantas hal ini menjadi pertanyaan, mengapa platform seperti Facebook begitu sering menampilkan iklan tertentu. Bahkan, beberapa contoh iklan yang hadir menampil produk-produk yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
-
Kapan status Facebook menjadi tren? Merangkum dari beragam sumber, Kamis (6/7) berikut adalah kumpulan status FB kekinian dan menarik yang bisa dijadikan referensi.
-
Bagaimana smartphone memengaruhi bentuk tengkorak manusia? Secara mengejutkan, tanduk hingga sepanjang 30 milimeter mulai muncul di kepala masyarakat saat ini. Benjolan yang muncul pada bagian bawah tengkorak dan sedikit di atas leher ini sangat langka pada 100 tahun lalu. Hal aneh ini muncul karena penggunaan smartphone, yang biasanya membuat orang menunduk dan bahkan jika diakumulasi bisa sampai empat jam dalam sehari. Hal ini membuat leher bekerja lebih keras dan tubuh meresponsnya.
-
Bagaimana cara orang Indonesia menggunakan smartphone dalam sehari? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
-
Smartphone mana yang paling banyak terkirim di dunia pada paruh pertama 2023? iPhone 14 Pro Max adalah HP yang paling banyak dikirimkan ke seluruh dunia pada paruh pertama tahun ini.
Berikut deretan teknologi yang diharapkan tak muncul lagi di 2019.
RED Hydrogen One Phone
Ekspektasi tinggi disematkan kepada sang produsen kamera video profesional terbaik dunia yakni RED, ketika mereka ingin membuat smartphone. Terlebih lagi terdapat fitur yang diunggulkan dari smartphone ini yakni layar holographic.
Nah ketika smartphone ini rilis di beberapa bulan lalu (yang harusnya dirilis 2017 yang membuat dapur pacunya tertinggal satu tahun), para pecinta teknologi dibuat kecewa oleh smartphone yang diberi nama Hydrogen One ini. Layar holographic yang diusungnya tidak sesuai ekspektasi dan terlebih lagi, tidak seberapa berguna. Perekaman 3D nya pun masih tak sesempurna yang disebut.
Aspek paling gagal dari smartphone ini adalah kualitas kameranya yang biasa saja, berkebalikan dengan kualitas produk RED yang tersohor di tiap variannya. Bahkan sensor kamera yang dipakainya diperkirakan hanya sensor Sony atau Samsung yang memang lazim terpasang di smartphone.
Terlebih lagi, harganya dibanderol luar biasa, yakni 1.300 USD, yang membuatnya lebih mahal ketimbang lini iPhone dan lini Samsung Note terbaru.
Palm Phone
Dulu para pecinta teknologi pasti tahu sebuah gadget mungil berbentuk sliding bernama Palm Pre yang berjalan di atas sistem operasi WebOS. Nah, tahun 2018, Palm, perusahaan yang sama yang memproduksi Palm Pre, merilis Palm Phone. Ini adalah smartphone mungil dengan harga murah.
Masalahnya, Palm Phone ini bukan benar-benar smartphone. Ini adalah sebuah gadget yang bisa menggantikan perangkat utama Anda, layaknya fungsi yang dilakukan oleh smartwatch sebagai pengganti arloji Anda.
Masalahnya, terasa absurd untuk menerima gagasan bahwa untuk mengurangi waktu dengan gadget kita, kita harus beli gadget lain. Terlebih lagi, performanya buruk dan baterainya cepat habis.
Seri Papan Tengah Samsung yang Mahal
Sudah bukan rahasia umum kalau Samsung memasang banderol tinggi ke perangkatnya. Permasalahannya adalah di segmen papan tengah, Samsung keok oleh deretan smartphone asal China yang menawarkan tak cuma performa papan menengah ke atas atau flagship, bahkan juga fitur unggulan lain seperti kamera dan biometrikasi, dengan harga murah.
Meski sebenarnya Samsung memiliki andalan di sektor papan tengah yakni Samsung Seri A atau A series, ternyata persaingan di sektor ini cukup ketat. Banyak vendor smartphone dengan produk andalannya seperti OnePlus, Xiaomi, Honor, dan masih banyak lainnya yang menawarkan nilai lebih ketimbang Samsung.
Samsung Galaxy A sendiri cukup menghebohkan dengan rilisnya Galaxy A9 2018 dengan empat kamera. Namun ada beberapa nama yang tak ingin memperbanyak fitur, namun justru menebalkan dapur pacu dan melabelinya dengan harga papan tengah.
Ambil contoh OnePlus 6T dan juga Xiaomi Pocophone yang keduanya mengusung Snapdragon 845 dengan RAM 6GB namun memasang banderol lebih murah. Dan masyarakat harus memilih antara dua smartphone tersebut melawan Galaxy A9 yang sekedar mengusung dapur pacu asli Samsung di kelas papan tengah namun harganya lebih mahal.
Hal ini diperkeras dengan kenyataan bahwa smartphone entry-level sekalipun, kini menawarkan fitur nyata yang bisa jadi nilai lebih di mata konsumen. Banyak smartphone murah yang tak mengandalkan dapur pacu, namun daya tahan baterai, atak sekedar kamera depan yang jernih. Hal ini makin membuat konsumen akan berpikir ulang menghabiskan banyak uang di smartphone bermerek.
Essential Phone
Essential Phone pernah menyandang gelar sebagai smartphone pertama yang mengusung notch. Desain ini akhirnya tren di 2017 dan 2018. Namun Essential Phone nampak tidak terurus dengan baik dan benar, dan di 2018 skip merilis ponsel baru.
Dulu di 2017 terdapat fitur modular yang ditawarkan untuk smartphone ini, namun tidak ada kejelasan dan kapan perilisan dari perangkat modularnya. Belum lagi, rumor simpang siur antara lini Essential Phone ini akan dilanjutkan atau tidak, dan nampaknya tidak.
Terlebih lagi, sang founder yakni Andy Rubin yang juga dijuluki sebagai bapak Android, tersandung kasus yang cukup pelik.
Hal ini ramai karena laporan The New York Times soal Andy Rubin yang disebut telah menerima paket pesangon senilai USD 90 juta ketika meninggalkan perusahaan tersebut, setelah seorang karyawan Google menuduhnya melakukan pelanggaran seksual.
Notch
Desain notch menjadi tren di 2017, setelah iPhone X merilis desain tersebut dengan menghiraukan segala keanehan yang muncul. Hal ini ada untuk mengakomodir sensor yang biasanya terletak di bagian atas layar.
Kini, inovasi telah muncul demi tidak adanya notch namun layar tetap lebar. Seperti yang dilakukan Oppo Find X yakni mekanisme sliding yang membuat kamera depannya tersembunyi, serta yang kini sedang naik menjadi tren yakni desain lubang layar yang disebut Samsung adalah Infinity O.
Akhirnya kita bisa mengucapkan selamat tinggal ke Notch, mengingat banyak yang menyebut lengkungan hitam ini mengganggu. Terakhir, Google Pixel 3 XL mengaplikasikan desain semacam ini ke perangkatnya, dan mendapat kritik pedas atas desain yang tidak indah.
Tablet yang cuma Smartphone Raksasa
Ada dua tablet papan atas yang rilis tahun ini: Pixel Slate dan iPad Pro 2018. Keduanya adalah tablet dengan performa dan fitur luar biasa. Permasalahannya hanyalah tablet ini masih merupakan gadget mobile yang masih tidak bisa menggantikan fungsi komputer atau laptop.
Soal Pixel Slate sendiri, ada beberapa hal yang membuatnya menuai kritik pedas. Mulai dari software yang membuat beberapa hardware yang berlabel papan atas jadi tak berfungsi, serta tak berhasilnya Pixel Slate menjembatani tablet Android dengan Chromebook karena fungsi yang masih mobile.
Facebook mengalami tahun yang buruk di 2018. Tak cukup soal banyaknya berita palsu, pemasaran tertarget yang seringkali mengganggu, bahkan teman-teman lawas kita yang ternyata membuat pos yang tak lagi cocok dengan preferensi kita. Hal ini diperparah dengan kebocoran data di Facebook.
Di AS, data privasi pengguna Facebook dibocorkan dan disalahgunakan untuk mempengaruhi suara politik dari masyarakat, dan akan berimbas besar ke hasil pemungutan suara di Pemilu Presiden 2016 lalu. Tentu ini adalah sesuatu yang mencoreng nilai demokrasi.
Parahnya, Facebook menyatakan ada 10 negara yang disinyalir datanya disalahgunakan oleh Cambridge Analytica, dan di antara daftar tersebut ada Indonesia.
Tentu sangat bisa dipahami jika banyak di antara kita yang tak ingin lagi bermedia sosial di Facebook. Karena selain Facebook sudah jadi tempat yang tak 'asyik' lagi untuk online, risiko kebocoran data bisa berpengaruh besar pada keputusan politik masa depan Tanah Air kita.
(mdk/idc)