Akankah nasib Facebook seperti Friendster, pudar dan tenggelam?
Friendster pernah berjaya dan akhirnya tenggelam. Apakah Facebook juga akan bernasib sama?
Walaupun sudah pernah dibahas sebelumnya, namun banyak analis yang kembangkan hasil riset dari PEW mengenai Facebook dan remaja menjadi sebuah analisis lanjut.
Beberapa hari lalu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center mengungkapkan bahwa banyak remaja di Amerika Serikat yang mulai meninggalkan Facebook dan beralih ke jejaring sosial lainnya.
Mayoritas remaja yang sudah beranjak dewasa dan beralih ke jejaring sosial lain tersebut mengatakan bahwa Facebook sudah tidak revolusioner lagi dan terkesan lebih ke sebuah 'sinetron' dalam dunia maya.
Oleh karenanya, para remaja itu mulai beralih tinggalkan jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg itu dan beralih ke TWitter, Instagram, Tumblr dan lainnya.
Walaupun banyak yang sudah mulai bosan dan meninggalkan Facebook, namun tidak sedikit dari mereka yang tetap membiarkan accountnya tersebut aktif. Mereka melakukannya karena tidak menutup kemungkinan bahwa entah di suatu hari nanti akan kembali sekadar memeriksa hal baru apa yang dimunculkan Facebook daripada harus membuat account baru.
Sedikit mundur ke belakang, tepatnya ketika bendera Friendster berkibar gagah, situs tersebut seakan tidak dapat diungguli oleh jejaring sosial lain walaupun pada kenyataannya MySpace juga berpotensi untuk menggeser keberadaannya.
Banyak orang yang menggunakan Friendster untuk segala macam aktivitas khususnya untuk berinteraksi dengan teman/keluarga atau juga berkenalan dengan orang-orang baru. Hal tersebut mirip dengan pola kerja Facebook.
Setelah Facebook dan jejaring sosial lainnya muncul, Friendster mulai kehilangan pengaruh, pamor dan pengguna. Banyak pengguna internet yang lebih leluasa berekspresi dengan menggunakan Facebook daripada Friendster.
Tidak sedikit pula yang mengejek apabila ada seseorang yang masih menggunakan Friendster. Friendster dikatakan sudah ketinggalan zaman, tidak ada inovasi, hanya untuk anak-anak kecil yang beranjak dewasa dan berbagai macam lontaran disematkan untuk jejaring sosial itu.
Akhirnya Friendster tumbang dan Facebook menjadi raja, walaupun banyak jejaring sosial sejenis yang juga tumbuh. Para pengguna internet menganggap bahwa Facebook lebih menarik karena fitur dan segala hal di dalamnya tidak ditemukan di Friendster.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, di mana tidak terhitung lagi jejaring sosial baru ikut berkompetisi di dunia maya, banyak orang yang mulai bosan dengan Facebook.
Bahkan tidak sedikit yang mengatakan bahwa situs tersebut hanya khusus untuk kaum-kaum alay yang ingin diperhatikan dan sedang mencari jati diri. Walaupun tidak ada bukti konkrit akan hal itu.
Facebook menjadi membosankan dikarenakan banyak hal, dua di antara adalah situs ini sudah kehilangan inovasinya sehingga pengguna merasa bosan. Selain itu, pengguna juga mulai beralih ke layanan yang lebih intim seperti Snapchat karena Facebook dianggap sudah terlalu terbuka.
Apabila Facebook terus menerus kehilangan pamor, maka tidak menutup kemungkinan apa yang dialami Friendster beberapa tahun lalu juga menimpa situs nomor satu dunia untuk saat ini tersebut.
Yang pasti secara logis, semua hal baik di dunia internet tidak ada yang abadi karena teknologi selalu berkembang pesat dan cepat seiring dengan waktu. Apabila sang pemilik situs tidak cepat tanggap akan apa yang menjadi mainstream di suatu waktu, maka mau tidak mau, layanan mereka akan tergilas dengan pihak lain yang tawarkan hal baru yang lebih menarik lagi.