Awas, malware mengintai software bajakan
Awas, malware mengintai software bajakan. Penelitian Microsoft dan (IDC) pada 2014 lalu, menunjukkan bahwa konsumen individu bisa menghabiskan USD 25 miliar dan membuang waktu sebanyak 1.1 miliar jam untuk mengidentifikasi, memperbaiki, dan memastikan perangkat mereka sepenuhnya terbebas dari malware.
Kasus kerusakan file, pencurian data pribadi, dan penyusupan privasi merupakan contoh nyata bahaya penggunaan software bajakan saat ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Microsoft dan Internasional Data Corporation (IDC) pada 2014 lalu, menunjukkan bahwa konsumen individu bisa menghabiskan USD 25 miliar dan membuang waktu sebanyak 1.1 milyar jam untuk mengidentifikasi, memperbaiki, dan memastikan perangkat mereka sepenuhnya terbebas dari malware.
-
Apa itu Ransomware? Dikutip dari situs Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu, Ransomware pertama kali muncul pada awal tahun 1990-an dan dikenal sebagai "AIDS Trojan" atau "PC Cyborg".
-
Apa itu ransomware? Ransomware adalah varian malware yang secara khusus menargetkan file dan sistem dengan mengenkripsinya menggunakan protokol yang tidak dapat dibobol tanpa kunci dekripsi yang benar.
-
Apa yang diminta oleh hacker dalam serangan ransomware di Server Pusat Data Nasional (PDN) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi membenarkan adanya serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional (PDN). Bahkan, kata dia, pelaku meminta tebusan senilai USD 8 juta. "Iya, menurut tim (minta tebusan) USD 8 juta," kata Budi Arie kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/6).
-
Bagaimana serangan ransomware itu terjadi? Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyebut serangan ransomware itu merupakan jenis baru dari pengembangan lockbit 3.0.
-
Kenapa perangkat bisa terserang ransomware? Ransomware adalah jenis malware yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerugian signifikan pada perangkat komputer dan jaringan. Berikut beberapa penyebab umum perangkat terserang ransomware: Phishing, Kelemahan Keamanan Software, Akses Jarak Jauh yang Tidak Aman, Lemahnya Penggunaan Password, Kurangnya Kesadaran Keamanan Pekerja yang Melakukan Pekerja dari Rumah (WFH), Pengunduhan Drive-by, Lemahnya Penggunaan Backup.
-
Bagaimana ransomware bisa menyerang pengguna? Ransomware bisa menyerang dengan berbagai metode untuk menginfeksi perangkat atau jaringan target. Biasanya yang paling banyak digunakan adalah email phishing dan rekayasa sosial lainnya.
"Banyaknya waktu dan materi yang terbuang untuk memulihkan perangkat yang terinfeksi malware tentunya akan merugikan pengguna. Padahal, dengan menggunakan genuine software, Anda dan keluarga dapat fokus memanfaatkan perangkat tersebut dengan lebih maksimal," ujar Sudimin Mina, Software Asset Management and Compliance Director, Microsoft Indonesia saat acara konferensi pers di Jakarta, Jumat (30/09).
Sementara itu, menurut data yang diterbitkan oleh Microsoft Malware Infection Index 2016, tingkat pemalsuan PC di Indonesia tergolong masih sangat tinggi. Indonesia menduduki posisi kedua di belakang Pakistan dengan tingkat infeksi virus malware tertinggi di Asia Pasifik. Hal senada juga diutarakan oleh Sekretaris Jenderal Masyarakat Indonesia Anti-Pemalsuan (MIAP), Justisiari P. Kusumah. Kata dia, tingkat pemalsuan produk di Indonesia telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan.
"Ini berdampak terhadap angka kerugian yang besar bagi negara dan juga pemilik hak cipta," ujarnya.
Baca juga:
Model keamanan biometrik jadi peluang curi data sensitif
Awas, modus peretasan yang menjadikan jaringan layaknya 'zombie'
Mampu retas iOS, ilmuwan Inggris bikin malu FBI
Hacker Alibaba retas situs sendiri demi kue, jadi pahlawan China!
Ungkap pemerkosaan, hacker ini justru terancam penjara 16 tahun!