Beda Penggunaan AI di Negara Maju dan Berkembang di Sektor Kesehatan
Ada perbedaan mencolok penggunaan AI di sektor kesehatan negara maju dibandingkan negara berkembang.
Perkembangan Artificial Intelligence (AI) kini sudah menjangkau ke sektor kesehatan. Banyak terobosan yang bisa dilakukan di sektor ini setelah adanya AI. Mulai dari konsultasi dokter dengan pasien hingga tindakan operasi. Hal itu disampaikan oleh Danu Wicaksana, CEO Good Doctor Technology.
“Namun yang perlu kita pahami adalah perkembangan AI di negara berkembang seperti Indonesia dengan negara maju, sangat jauh sekali. Di sana dokter sudah bisa melakukan operasi dengan bantuan AI, sementara di Indonesia belum mengarah ke sana,” kata Danu saat diskusi bertajuk Reimagine AI for Everyday Enhancement di acara Mekari Conference 2024, BSD, Banten, Selasa (10/9).
Menurutnya, AI di Indonesia masih sebatas peningkatan produktivitas dokter. Hal ini tak lepas dari kurangnya jumlah dokter di negeri ini. Sehingga penggunaan AI baru diprioritaskan untuk peningkatan pelayanan dokter kepada masyarakat.
“Saya contohkan di China, 1 dokter di sana bisa menangani 12 pasien dalam waktu 1 jam. Beda dengan di Indonesia di mana 1 dokter butuh waktu 15 menit per pasien. Nah, ternyata dokter di sana dibantu oleh AI,” ungkap dia.
“Jadi, ketika pasien masuk, akan ditanya oleh sistem AI. AI ini menanyakan tentang kondisi awal si pasien. Kemudian, AI akan men-summaries dan menyampaikan ke dokter. Dengan bantuan sistem itu dokter bisa melakukan pekerjaannya secara cepat. Memutuskan apakah pasien perlu rawat inap atau tidak,” tambahnya.
Kendati begitu, Danu mengakui bahwa dokter juga harus tetap berhati-hati dengan bantuan AI. AI hanya membantu meningkatkan produktivitas bukan memutuskan tindakan kepada pasien.
“Tapi harus hati-hati juga, AI kan bukan manusia ya. AI hanya sebagai supporting tools, tidak menggantikan peran dokter,” jelas dia.