Blue Blood Supermoon bakal akibatkan gempa dahsyat 30 Januari 2018, benarkah?
Blue Blood Supermoon bakal akibatkan gempa dahsyat 30 Januari 2018, benarkah? Seorang peneliti asal Belanda - Frank Hoogerbeets, mengklaim bahwa fenomena Blue Blood Spermoon yang akan terjadi pada Rabu, 31 Januari 2018, bakal memicu lindu besar sehari sebelumnya, yakni Selasa, 30 Januari 2018.
Seorang peneliti asal Belanda - Frank Hoogerbeets, mengklaim bahwa fenomena Blue Blood Spermoon yang akan terjadi pada Rabu, 31 Januari 2018, bakal memicu lindu besar sehari sebelumnya, yakni Selasa, 30 Januari 2018.
Gerhana Bulan total 31 Januari 2018 mendatang akan bertepatan dengan peristiwa supermoon, di mana rembulan akan berada titik perigee, atau jarak terdekat dengan Bumi.
-
Apa itu Supermoon? Supermoon adalah fenomena luar angkasa yang terjadi ketika bulan purnama bertepatan dengan jarak terdekat ke Bumi di lintasan orbitnya.
-
Bagaimana Supermoon mempengaruhi pasang surut? Dampak kedua dari Supermoon, yaitu air laut mengalami pasang. Adanya laut pasang ini akan berdampak pada terganggunya transportasi laut. Selain itu, air laut yang pasang juga akan memberikan pengaruh pada aktivitas petani garam dan perikanan darat.
-
Kapan Supermoon terjadi di tahun 2023? Supermoon di tahun 2023 terjadi di bulan Juli dan dua di bulan Agustus, yaitu pada tanggal 1 Agustus dan tanggal 30 atau 31 Agustus.
-
Apa itu fenomena blue moon? Blue moon termasuk salah satu fenomena luar angkasa yang cukup unik dan langka, sebab tidak pasti setiap tahun terjadi. Pada dasarnya, fenomena ini seperti bulan purnama yang terjadi setiap bulan.
-
Apa yang dimaksud dengan "demam lunar"? Bahkan, salah satu astronot dari misi Apollo mengalami reaksi alergi terhadap kumpulan partikel ini. Reaksi alergi ini kemudian disebut sebagai demam lunar.
-
Mengapa peristiwa 6 planet berjajar dianggap langka? Meskipun ini merupakan peristiwa biasa dalam astronomi, kali ini terasa istimewa karena melibatkan enam planet yang terlihat sejajar, jumlah yang jarang terjadi. Biasanya, hanya empat atau lima planet yang tampak berjajar.
Fenomena astronomi tersebut juga dijuluki 'Blue Moon'. Jangan salah sangka, Bulan tak akan berubah warna jadi biru. Istilah itu merujuk pada terjadinya bulan purnama kedua dalam satu bulan. Purnama pertama telah terjadi pada 2 Januari 2018.
Dilansir dari laman Express.co.uk pada Senin (29/1/2018), Hoogerbeets, menyampaikan peringatan terkait gempa dan supermoon dalam sebuah rekaman yang diunggah ke kanal miliknya di situs berbagi video. Ramalan tersebut juga terpampang dalam situs Ditrianum.
Ia memperingatkan bahwa antara tanggal 30 Januari hingga 2 Februari 2018, fenomena supermoon, akan diikuti oleh fenomena alam yang disebutnya sebagai 'ampilifikasi' berupa gerak seismik.
"Fenomena bulan bulat sempurna tidak hanya memicu peningkatan aktivitas seismik, namun juga memicu 'amplifikasi' yang berisiko terhadap peningkatan gerak seismik berkali-kali lipat dari biasanya. Hitung-hitungan saya memperkirakan, akan terjadi gempa berkekuatan antara 6 hingga 7 skala Richter, antara tanggal 30 Januari hingga 2 Februari," ujar Hoogerbeets.
Hoogerbeets menggunakan cara yang tidak dikenal - juga tak diakui - secara ilmiah untuk memprediksi gempa bumi, yakni berdasarkan keselarasan posisi antar planet-planet dan Bumi. Ia mengklaim bahwa peningkatan gaya elektromagnetik pada fenomena Supermoon mendorong terjadinya tekanan di garis-garis patahan di Bumi.
Berseberangan dengan asumsi kebanyakan orang, Hoogerbeets dan tim di bawahnya justru tidak memercayai bahwa gravitasi bertanggung jawab terhadap terjadinya gempa yang lebih besar ketika posisi Bumi dan planet lainnya sejajar di sistem tata surya.
Tidak setiap posisi sejajar memicu peningkatan gerak seismik, namun hampir setiap peningkatan gerak seismik (di atas 6 SR) disebabkan oleh satu atau lebih planet yang berada sejajar dalam satu waktu," jelas Hoogerbeets.
Sumber: Liputan6
(mdk/ega)