Ilmuwan sebut Punya Jurus “Jinakan” Tanah di Bulan yang Tak Ramah Manusia, Begini Caranya
Partikel tanah di Bulan begitu membahayakan manusia. Ada kasus nyata yang terjadi.
Partikel tanah di Bulan begitu membahayakan manusia. Ada kasus nyata yang terjadi.
Ilmuwan sebut Punya Jurus “Jinakan” Tanah di Bulan yang Tak Ramah Manusia, Begini Caranya
Penelitian baru ungkap cara ubah tanah Bulan menjadi tempat yang lebih ramah manusia.
Penelitian ini dipimpin oleh Ginés-Palomares, Miranda Fateri, dan Jens Günster.
Ketiganya memikirkan cara bagaimana menghasilkan permukaan yang aman dan nyaman untuk para astronot bekerja ketika berada di permukaan Bulan.
-
Bagaimana ilmuwan meneliti objek di Bulan? Mengutip Gizmodo, Sabtu, (18/11), untuk mengetahui lebih lanjut lagi, kemudian para peneliti menggunakan teknologi berkekuatan tinggi untuk mengamati booster dan mengukur perubahan cahaya dan pergerakan dari alat tersebut.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di permukaan Bulan? Beberapa khas permukaan Bulan berbentuk gelap atau kerap disebut sebagai maria, yang di banyak negara disebut sebagai “Manusia di Bulan“ kini telah diketahui usianya.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan tentang bulan? Menggunakan bantuan data-data yang diperoleh dari misi ke Bulan, para peneliti menemukan bahwa sebenarnya bulan adalah bola padat dengan kepadatan yang mirip dengan besi.
-
Bagaimana cara ilmuwan mempelajari bagian dalam Bulan? Penyelidikan komposisi interior objek di Tata Surya paling efektif dilakukan melalui data seismik.Cara gelombang akustik yang dihasilkan oleh gempa bergerak dan memantul dari materi di dalam planet atau Bulan dapat membantu para ilmuwan membuat peta rinci interior objek.
-
Bagaimana cara penguburan di Bulan dilakukan? Kemitraan komersial juga memungkinkan pelanggan yang membayar untuk mengirimkan kenang-kenangan mereka ke bulan.
-
Gimana ilmuwan ukur jarak Bumi ke Bulan? Dengan menggunakan reflektor yang ditinggalkan di permukaan Bulan pada 1960-an dan 1970-an, para ilmuwan saat ini dapat memancarkan laser berdaya tinggi ke arah Bulan dan mengukur kecepatan pantulannya untuk menentukan jarak Bulan dari Bumi.
Menurut laporan IFLScience, Senin (23/10), tanah Bulan atau sering juga disebut sebagai regolith, merupakan tempat yang tidak ramah manusia.
Kumpulan partikel berdebu yang tajam, abrasif, dan beracun mungkin berada di sana. Kumpulan partikel ini bisa saja menempel pada pakaian antariksa dan merusak peralatan milik astronot.
Bahkan, salah satu astronot dari misi Apollo mengalami reaksi alergi terhadap kumpulan partikel ini.
Reaksi alergi ini kemudian disebut sebagai demam lunar.
Karena itulah, perlu ditemukan cara untuk menjadikan regolith Bulan menjadi suatu partikel yang lebih aman dan kokoh.
Para peneliti mencoba menggunakan karbon dioksida untuk melelehkan regolith ini.
Simulasi
Percobaan ini dilakukan dalam sebuah simulasi yang dibuat oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). Tanah yang dipakai juga bukan tanah Bulan sungguhan. Ada beberapa perbedaan signifikan dari penelitian ini dan penelitian sebelumnya.
Diketahui, dalam penelitian ini digunakan pemanfaatan pancaran energi yang memiliki diameter maksimum 10 centimeter.
Keluaran dayanya adalah maksimum 12 kW, dan tidak digunakan dalam penelitian sebelumnya. Hasilnya, diketahui bahwa satu kali lintasan laser sudah cukup untuk menciptakan lempengan tebal dari regolith.
“Penelitian menunjukkan bahwa lapisan regolith Bulan yang relatif tebal (sekitar 2,5 centimeter) dapat dilebur dengan satu lintasan sinar,”
para peneliti.
Para peneliti mempertimbangkan apakah hal ini dibutuhkan dalam waktu cepat di Bulan, karena penelitian ini jelas membutuhkan lebih banyak percobaan lagi. Hingga saat ini, disimpulkan cara paling simple untuk melakukan penelitian ini di Bulan adalah dengan menggunakan lensa yang memanfaatkan sinar Matahari, bukan laser.
Caranya mirip dengan membakar atau meleburkan suatu objek dengan bantuan kaca pembesar dan cahaya Matahari.
Cara yang sama diperkirakan dapat meleburkan regolith Bulan, dengan lensa seluas 2,37 meter persegi.
Radiusnya adalah 87 centimeter (jika berbentuk lingkaran).
Penggunaan lensa juga membuat keuntungan, baik dari segi kebutuhan energi, pendinginan, dan infrastrukturnya.