Cerita di Balik Gagalnya Twitter Diakuisisi Disney
Cerita di Balik Gagalnya Twitter Diakuisisi Disney
Salah satu perusahaan raksasa dunia yakni Disney, disebut hampir saja mengakuisisi Twitter pada 2017 lalu.
Di tahun-tahun tersebut, Twitter belum kembali ke masa jayanya. Kala itu, kerap dirumorkan kalau platform berlogo burung biru tersebut akan dijual.
-
Bagaimana Trump Media mengklaim pendiri Truth Social merugikan perusahaan? Gugatan tersebut menuduh Litinsky dan Moss telah gagal dalam mengelola perusahaan mereka. Mereka dituduh membuat keputusan yang ceroboh dan merugikan, terutama terkait dengan proses merger publik perusahaan.
-
Apa yang dituduhkan Trump Media terhadap pendiri Truth Social? Gugatan tersebut menuduh Litinsky dan Moss telah gagal dalam mengelola perusahaan mereka. Mereka dituduh membuat keputusan yang ceroboh dan merugikan, terutama terkait dengan proses merger publik perusahaan.
-
Apa yang diganti Elon Musk dari logo Twitter? Elon Musk resmi mengganti logo burung biru Twitter dengan simbol X pada Senin (24/7).
-
Kenapa Trump Media menggugat pendiri Truth Social? Gugatan itu mengklaim bahwa para pendiri telah menyebabkan kerugian pada nilai perusahaan dengan mengganggu operasi bisnis dan proses go public. Tujuannya adalah untuk menghapus kepemilikan mereka yang saat ini bernilai sekitar USD 606 juta.
-
Siapa yang kerap mengunggah kesehariannya di media sosial? Setelah menikah dengan Harvey Moeis dan memiliki 2 anak, Sandra kerap mengunggah kesehariannya di media sosial.
-
Kata-kata apa yang sering ditemukan di media sosial? "Kata-kata hari ini adalah kalimat yang sering diucapkan di medsos. Biasanya orang yang mendapatkan pertanyaan ini akan mengungkapkan sebuah kalimat inspiratif yang memotivasi orang."
Nah, melansir Mashable yang mengutip The New York Times, Disney adalah salah satu raksasa yang tertarik mencaploknya.
Dalam buku CEO Disney Robert Iger berjudul "The Ride of a Lifetime," sang CEO menyebut bahwa Disney di bawah arahannya hampir memiliki Twitter namun akhirnya menjauh.
Banyak Masalah
"Masalahnya lebih besar daripada yang ingin saya hadapi, lebih besar dari yang saya pikir bisa saya hadapi," ungkap Iger di laman New York Times.
"Ada masalah brand, yang punya dampak teknologi besar ke masyarakat. Kegilaannya luar biasa," lanjutnya.
"Saya suka melihat berita di Twitter karena saya ingin memfollow 15, 20 subyek yang berbeda. Kemudian ketika melihat notifikasi, Anda akan langsung menyesalinya," ungkap sang CEO.
Hal ini merujuk pada umpan balik masif yang bisa didapat dari Twitter, melebihi kebutuhan untuk sekadar mengonsumsi informasi.
Pernyataan tersebut diakhiri dengan klaim bahwa Twitter bisa melakukan banyak hal baik di dunia, namun juga banyak hal buruk.
"Aku tidak mau mengambilnya," ungkap Iger.
Tentu tidak terbayangkan jikalau Disney benar-benar dibeli oleh Twitter. Twitter akan sangat berbeda jika diakuisisi perusahaan yang terkenal sangat ramah anak dan remaja ini.
Disney bisa jadi akan melahirkan kebijakan untuk membumihanguskan ujaran kebencian yang tumbuh belakangan ini di penjuru Bumi lewat platform Twitter.
Kisah Kegagalan Akuisisi Twitter
Saat ini mungkin Twitter adalah jejaring sosial yang sangat populer. Namun beberapa tahun lalu, platform ini benar-benar berjuang untuk ada yang mengakuisisi.
Dirumorkan selain Disney, terdapat juga Salesforce.com, serta Alphabet yang merupakan perusahaan induk Google yang tertarik mengakuisisi Twitter.
Seperti yang kita tahu saat ini, tentu ketiga perusahaan tadi menarik diri dari pembicaraan akuisisi dengan Twitter. laporan tersebut muncul hanya dalam dua minggu sebelum proses lelang Twitter dimulai.
Kala itu, saham Twitter langsung anjlok ke posisi terendah dan jadi salah satu yang terburuk. Keuntungan bersih kala itu pun dilaporkan menipis sehingga investor kebakaran jenggot.
Saat itu, Twitter terpaksa memecat ratusan pekerjanya di divisi penjualan dan pemasaran demi menutupi celah kerugian.
(mdk/idc)