Chaim Fetter, orang Belanda yang peduli anak jalanan Indonesia
"Hatiku tergerak melihat mereka yang tumbuh dengan kekurangan dan tak miliki peluang untuk kehidupan yang lebih baik."
Menjadi orang Indonesia asli dan memiliki jiwa sosial tinggi khususnya untuk membantu anak-anak kurang mampu dan terlantar, mungkin bukan menjadi hal yang menghebohkan. Akan tetapi, bagaimana apabila hal itu dilakukan oleh seorang yang bukan dari Indonesia?
Seorang berkebangsaan Belanda bernama Chaim Fetter yang juga pendiri dari Pedulianak.org dan Jualo.com, terketuk hatinya dan memutuskan untuk terjun langsung mengurusi anak-anak kurang mampu dan terlantar di Lombok.
Awalnya, pada saat dia berusia 13 tahun, Chaim sudah bermain-main dengan coding dan pernah membuat website pertamanya. Setelah itu, dia mencoba merambah ke jenjang yang lebih menantang lagi yaitu mendirikan perusahaan dengan membangun sebuah website e-commerce.
Namun, ketika usianya sudah beranjak dewasa, Chaim merasa kehilangan rasa bahagia dalam dirinya, karena semua hal dalam kehidupannya sudah sangat teratru dan tersedia. Chaim merasa tidak memiliki tantangan lagi dan ingin memberikan kontribusinya kepada masyarakat luas serta mencari apa tujuan hidupnya.
Pada tahun 2005, Chaim melakukan traveling ke Indonesia, tepatnya di Lombok. Dia terkesima dan langsung mencintai keindahan alam Lombok. Untuk itu, Chaim memutuskan untuk tinggal di pulau tersebut.
Ketika berada dan tinggal di tempat barunya itu, Chaim sering kali melihat pemandangan yang kontras dari keindahan Lombok, yaitu kehidupan keras anak-anak jalanan.
"Hatiku tergerak melihat mereka yang tumbuh dengan kekurangan dan tidak memiliki peluang untuk kehidupan yang lebih baik. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat satu perbedaan," jelasnya kepada merdeka.com (17/09).
Dia bersama dengan teman karibnya kemudian mendirikan suatu yayasan yang diberi nama Yayasan Peduli Anak di pulau Lombok tersebut. Yayasan itu berdiri di atas tanah 1,5 hektar yang berfungsi sebagai penampungan, tempat untuk mendidik anak-anak jalanan dan kurang mampu serta memiliki fasilitas kesehatan yang diberikan secara cuma-cuma.
Biaya operasional untuk yayasan yang didirikan di desa Langko pada tahun 2006 tersebut awalnya ditanggung semua oleh Chaim. Lambat laun, ada sponsor dan beberapa pihak lain yang ikut mengulurkan bantuan untuk menanggung seluruh biaya makan, sekolah sampai dengan perawatan lingkungan yayasan.
Selain dengan para donator, Yayasan Peduli Anak tersebut juga menjalin hubungan dengan Departemen Sosial dan Departemen Pendidikan. Bahkan Menteri Pendidikan juga turut memberikan apresiasinya akan usaha Chaim dalam membantu anak-anak terlantar dan kurang mampu tersebut.
Untuk lebih memberitahukan eksistensi Yayasan Peduli Anak, dibuatkan pula sebuah website bernama Pedulianak.org. Di dalam website tersebut, berbagai hal sampai dengan laporan setiap tahunnya disediakan agar transparansi tetap terjaga.