Gadis cantik penerima Nobel ini tidak punya Twitter dan Facebook
Seharusnya, remaja sekarang tidak hanya gunakan jejaring sosial dan smartphone untuk tujuan sia-sia saja.
Masih ingatkah Anda akan berita di tahun 2012 lalu yang mengabarkan seorang gadis berdarah Pakistan yang harus terkapar bersimbah darah karena ditembak tepat dikepalanya oleh tentara Taliban, namun akhirnya dia tetap selamat dan hidup sampai sekarang?
Ya, dia adalah Malala Yousafzai, seorang gadis asal Mingora, Pakistan, ini menjadi aktivis pendidikan walaupun mendapatkan ancaman pembunuhan secara bertubi-tubi.
Pada tanggal 09 Oktober 2012 lalu, Malala ditembak tepat di kepalanya oleh tentara Taliban ketika dia sedang dalam perjalanan pulang dari sekolahnya.
Walaupun menderita luka yang cukup serius, namun dia akhirnya selamat. Atas kerja kerasnya sebagai aktivis pendidikan dan perdamaian, di tahun 2013 dia masuk sebagai salah satu nominator untuk memenangkan Nobel Perdamaian, namun gagal. Baru di tahun 2014, dia berhasil mendapatkannya.
Ternyata gadis yang juga bertindak sebagai aktivis hak asasi wanita dan juga anak ini mengaku tidak memiliki satu pun perangkat mobile atau juga account di Twitter atau Facebook.
Menjadi satu hal yang cukup aneh ketika banyak remaja seusianya sangat menggandrungi jejaring sosial dan beraktivitas di dalamnya serta mempunyai perangkat mobile untuk berkomunikasi atau juga melakukan beragam aktivitas dengan gadget tersebut.
Dikutip dari wawancaranya dengan New York Times (10/10), secara gamblang Malala menjelaskan bahwa dia memang sengaja tidak memiliki perangkat mobile atau account di Twitter dan Facebook.
Hal ini dikarenakan, dia ingin fokus terhadap pendidikan yang dia geluti sampai sekarang ini. Satu-satunya teknologi sekarang yang dia gunakan adalah Skype dan itu hanya dia gunakan sebagai sarana komunikasi dengan teman ketika berada di rumah saja.
"Saya sekarang berusia 17 tahun. Saya tidak memiliki account di Twitter atau Facebook dan juga tidak memiliki perangkat mobile. Saya hanya ingin fokus pada pendidikan saya saja. Saya berpikir sangatlah penting untuk melakukan komunikasi itu secara langsung dan saya harus lebih aktif (di dunia nyata) daripada menyibukkan diri dengan menggunakan jejaring sosial," jelasnya panjang lebar.
Dia juga tidak setuju akan apa yang dilakukan orang-orang sekarang ini dalam beraktivitas di jejaring sosial. Dia menyatakan bahwa seharusnya para muda sekarang ini tidak hanya sekadar mengunggah foto ke jejaring sosial hanya untuk mendapatkan Like dan tidak menggunakan perangkat mobile hanya untuk mengambil gambar selfie saja.
Dia berpendapat bahwa jejaring sosial akan lebih nampak fungsinya apabila digunakan sebagai sarana untuk menggugah rasa dan menumbuhkan kesadaran akan hal-hal yang lebih penting dan bersifat sosial daripada hanya untuk kesenangan pribadi, contohnya seperti yang pernah dilakukan banyak orang beberapa bulan lalu ketika kelompok Boko Haram menculik para gadis di Nigeria dan banyak orang di dunia menggunakan hashtag "Bring Back Our Girls" di Twitter.
"Saya berpikir bahwa jejaring sosial itu memang perlu ada hanya saja digunakan untuk tujuan yang lebih baik daripada hanya sekadar untuk memajang foto selfie diri sendiri. Jejaring sosial lebih baik digunakan untuk menggugah rasa dan kesadaran akan hal-hal yang lebih penting dan bersifat sosial. Dengan menggunakan jejaring sosial lebih pada kegunaannya sebagai saran penyebaran informasi, maka kita dapat secara cepat dan leluasa mengeluarkan pendapat serta berbicara tentang hak kita," tuturnya.