Hoaks Merajalela di Nigeria Lewat WhatsApp
Penyebaran berita palsu atau hoaks makin merajalela di aplikasi chatting WhatsApp. Terbaru, hoaks beredar di negara-negara Afrika yang populasinya paling banyak. Menurut laporan terbaru, hoaks di WhatsApp beredar di Nigeria. Beredarnya berita palsu meningkatkan kekhawatiran terhadap pemilu yang akan datang di Nigeria.
Penyebaran berita palsu atau hoaks makin merajalela di aplikasi chatting WhatsApp. Terbaru, hoaks beredar di negara-negara Afrika yang populasinya paling banyak.
Menurut laporan terbaru, hoaks di WhatsApp beredar di Nigeria. Beredarnya berita palsu meningkatkan kekhawatiran terhadap pemilu yang akan datang di Nigeria pada Februari 2019.
-
Modus penipuan apa yang sering dilakukan di WhatsApp? Modus penipuan seperti ini sudah cukup banyak memakan korban. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada akan modus-modus di dunia maya.
-
Apa saja jenis-jenis penipuan yang sering terjadi di WhatsApp? Menurut Pratama, penipuan melalui WA memang sudah sangat banyak jenisnya, mulai dari pengiriman malware dengan file apk disamarkan sebagai laporan kurir atau undangan pernikahan hingga phising.
-
Mengapa penipuan WhatsApp semakin meresahkan? Saat ini makin banyak jenis-jenis penipuan yang kerap diterima melalui pesan WhatsApp atau WA. Korbannya pun sudah ada. Masalahnya adalah masih sedikit orang yang benar-benar memahami jenis-jenis penipuan melalui pesan WA.
-
Fitur baru apa yang sedang disiapkan oleh WhatsApp? WhatsApp akan meluncurkan fitur baru yang memungkinkan pengguna saling terhubung tanpa nomor telepon.
-
Kapan WhatsApp merilis fitur edit pesan? Terbaru, pada Mei 2023 lalu WhatsApp telah merilis fitur edit pesan.
-
Apa itu status online WhatsApp? Fitur yang menjadi ciri khas pengguna WhatsApp atau WA adalah status online yang menunjukkan aktivitas pengguna.
Menurut laporan The Poynter Institute, hoaks yang beredar di WhatsApp melibatkan sejumlah gambar hasil editan Photoshop dan sejumlah klaim palsu tentang politisi Nigeria.
Mengutip laman CNET, Selasa (4/12), berita palsu yang beredar menggunakan bahasa lokal dan menimbulkan gesekan antaretnis.
"Unggahan yang terkait politik di WhatsApp kerap kali berkaitan dengan etnisitas dan beberapa di antaranya menggunakan bahasa lokal. Pada intinya menuding satu kandidat telah mengatakan sesuatu (padahal tidak)," kata seorang peneliti dan manajer komunitas Allwell Okpi, yang meneliti berita palsu.
Penyebaran berita palsu di WhatsApp pun terbilang lebih cepat dibandingkan dengan melalui platform lainnya.
Di antara klaim palsu yang beredar, termasuk tudingan tentang posisi politisi pada kelompok etnis nomaden Fulani yang bentrok dengan suku pribumi dan petani kristen.
Desas-desus palsu lainnya adalah tentang salah satu capres Atiku Abubakar, yang tak bisa masuk ke Amerika Serikat karena tudingan korupsi. Bahkan, ada pula gambar hasil editan Abubakar tengah bersalaman dengan Presiden AS Donald Trump.
Bukan hanya itu, hoaks lain yang juga menyebar adalah foto mayat seorang tentara disertai dengan keterangan palsu, yang menyebut bahwa tentara tersebut merupakan korban dari serangan Boko Haram.
Africa Check, organisasi pengecekan berita palsu di sana, menemukan bahwa sejumlah foto itu telah didaur ulang dari peristiwa terjadi beberapa tahun lalu.
"Foto-foto itu palsu. Tentu saja, pendukung dari partai yang berkuasa telah mendorong adanya foto-foto pesawat yang tengah melepas rudal dengan keterangan, 'Oke, pemerintah telah menanggapi dan membombardir para teroris'," kata Okpi.
Rupanya, foto tersebut adalah foto jet-jet Rusia tenggah memerangi ISIS, bukan foto tentara Nigeria.
"Kami melihat bahwa para pendukung di kedua belah pihak mencoba mendapatkan apa pun yang mereka bisa untuk mendukung politik mereka," katanya.
Sementara itu, hasil survei Nieman Jornalism menemukan bahwa hampir sepertiga orang Nigeria suka menyebarkan informasi yang ternyata merupakan informasi palsu.
Survei juga menemukan, warga Nigeria memiliki tingkat kepercayaan terendah kepada media dibandingkan negara-negara lainnya termasuk Kenya dan Afrika Selatan.
Di Nigeria, berita palsu juga lebih sering beredar di platform mobile seperti WhatsApp dan lain-lain.
Ujaran kebencian berujung pada kekerasan, rasisme, hingga mendorong kebencian terhadap wanita.
Juru bicara WhatsApp dalam pernyataannya mengatakan, WhatsApp sangat peduli dengan keamanan pengguna di seluruh dunia.
"Kami telah membuat sejumlah perubahan baru-baru ini di WhatsApp yang bertujuan membatasi penyebaran rumor viral," katanya.
Salah satunya adalah menempatkan label pada pesan yang diteruskan hingga membatasi bagaimana pesan dikirim di WhatsApp.
"Kami baru-baru ini membantu menghadirkan CrossCheck ke WhatsApp untuk memeriksa hoaks di Nigeria. Menjelang pemilu, kami akan meningkatkan pendidikan tentang bagaimana pengguna bisa membedakan hoaks atau rumor," tutur juru bicara tersebut.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Agustin Setyo Wardani
(mdk/faz)