Indonesia rawan serangan cyber
Pengguna sering terjebak aplikasi palsu karena malas membaca informasi yang ada di aplikasi.
Banyak hal sekarang ini yang dilakukan dengan bantuan perangkat mobile. Namun justru perangkat Anda yang terhubung dengan internet itu rentan terhadap aksi usil para penjahat online.
Menurut Trend Micro, sebuah perusahaan software sekaligus anti-virus asal Jepang dalam sebuah media briefing di Jakarta, Kamis kemarin (18/09), mengungkapkan bahwa ketika perangkat mobile sudah terhubung dengan internet, maka diharapkan untuk waspada karena serangan bisa datang kapan saja.
"Penggunaan smartphone mulai dari mobile gaming, media sosial hingga mobile banking, sangat berpotensi dan rentan terhadap serangan cyber crime tersebut," kata Direktur Senior Trend Micro Region Asia Pasifik, Terrence Tang, seperti dikutip dari Antara (19/09).
Menurut Terrence, akan ada kurang lebih sepuluh miliar perangkat mobile di tahun 2020. Pertumbuhan tinggi tersebut terutama terjadi di Indonesia, Thailand dan India.
"Indonesia termasuk yang paling rawan karena pertumbuhannya cukup tinggi," katanya.
Terrence mengungkapkan beberapa kejahatan dunia maya tersebut antara lain malicious advertising malware dan premium service abuser. Malicious adware atau iklan malware menipu korban dengan menawarkan sebuah barang dengan harga murah. Ketika tertarik, maka korban akan membeli dan kemudian mengirimkan uangnya, namun barang tidak kunjung datang.
Sementara itu, premium service abuser merupakan kejahatan yang menggunakan kedok aplikasi palsu.
"Pengguna sering terjebak aplikasi palsu karena malas membaca informasi yang ada di aplikasi," katanya.
Saat ini, penjahat cyber mulai mengalihkan sasaran kepada pengunduhan aplikasi game, yang sering dilakukan seenaknya oleh pengguna smartphone. Aplikasi palsu tersebut biasanya mengarahkan ke situs phishing yang memungkinkan pelaku kejahatan untuk mencuri informasi pribadi korban. Informasi personal yang dicuri itu, kata Terrence, akan dijual ke apa yang disebut dengan "pasar gelap informasi personal" dan diperjualbelikan untuk kemudian disalahgunakan.
"Itulah yang memungkinkan adanya kiriman spam di email seseorang atau telepon dari nomor yang tidak dikenal," katanya.
Sebanyak 44 persen di antara para pengguna smartphone di seluruh dunia tidak mengecek aplikasi yang mereka unduh, sehingga rawan terkena cyber crime. Trend Micro berkolaborasi dengan Advan untuk memberikan paket bundle smartphone berikut aplikasi Dr Safety.
"Sudah preloaded, jadi sudah ada aplikasi Dr. Safety dari Trend Micro di dalam gadget Advan," kata Direktur Pemasaran Advan Tjandra Lianto dalam kesempatan yang sama.
Dia mengatakan, sudah ada 20 tipe Advan yang telah diinstall aplikasi Dr Safety dari Trend Micro, terutama pada smartphone Advan tipe T dan J.