Internet, Facebook dan Twitter jadi 'alat' para teroris
BNPT telah berkoordinasi bersama Kemenkominfo untuk tangani hal tersebut.
Beberapa waktu lalu ada video-video yang memperlihatkan orang Indonesia telah bergabung dengan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) dan mengajak orang lain untuk mendukung dan berjihad bersama mereka, di YouTube.
Ternyata, menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), sekarang ini publikasi, pencarian sampai dengan perekrutan anggota-anggota baru kelompok teroris sudah merambah dunia maya atau internet, jejaring sosial pada khususnya.
Dalam hal jejaring sosial, media yang sering digunakan adalah Facebook dan Twitter, karena kedua situs sosial media tersebut adalah yang paling mainstream dan banyak penggunanya.
"Hal yang penting adalah bagaimana aparat negara bisa mengamankan jalur internet karena ISIS kebanyakan bermain di Facebook dan Twitter yang bersentuhan secara langsung dengan masyarakat," kata Kepala Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayor Jenderal Agus Surya Bakti di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Jumat (22/08).
Agus mengatakan, BNPT telah berkoordinasi bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menutup sejumlah laman yang dianggap membahayakan karena memberi doktrin peneroran.
Kendati sudah ada laman yang ditutup, namun Kominfo dan BNPT tetap memantau sejumlah laman dengan potensi doktrin negatif yang masih bermunculan.
"Info tentang ISIS banyak yang tidak benar masuk ke Indonesia, sehingga perlu dipantau. Kami akan laporkan kepada kementerian untuk menutup laman tersebut," kata Agus.
Deputi juga mengimbau kepada generasi muda untuk mencermati info yang didapat secara benar dengan meneliti melalui keterangan dari sumber lain.
"Generasi muda jangan hanya menangkap apa yang dilihat tapi cari informasi dengan sumber yang terpercaya. Terutama mengenai ajaran agama," kata Agus.