Mengapa Manusia Begitu Menyukai Kucing? Sains Berikan Penjelasannya
Kucing yang merupakan peliharaan populer juga ternyata dapat berdampak baik bagi kesehatan pemiliknya.
Ketika seseorang mengungkapkan cinta mereka terhadap kucing, perasaan itu sering kali sangat mendalam. Bagi banyak orang, kucing peliharaan menjadi teman yang menghibur saat merasa kesepian.
Lalu, apa yang membuat manusia begitu menyayangi kucing? Apakah hubungan ini memiliki dampak positif secara psikologis atau fisik?
-
Apa yang membuat kucing memiliki kemampuan luar biasa dalam bersabar dengan manusia? Seperti yang diketahui oleh siapa pun yang pernah berada di sekitar kucing untuk waktu yang lama, kucing memiliki kesabaran yang luar biasa dengan keterbatasan umat manusia. – Cleveland Amory
-
Bagaimana cara mencegah kutu kucing menjangkiti kucing? Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah infeksi kutu pada kucing: Sisir bulu kucing secara rutin dengan sisir halus atau sisir kutu. Periksa apakah ada telur atau kutu dewasa di antara bulunya. Gunakan obat anti-kutu yang sesuai dengan resep dokter hewan. Obat anti-kutu bisa berupa sampo, semprotan, tetes, atau tablet. Bersihkan tempat tidur, mainan, dan perlengkapan lainnya yang sering digunakan oleh kucing dengan air panas dan deterjen. Hindari kontak antara kucing Anda dengan hewan lain yang mungkin terinfeksi kutu. Bawa kucing Anda ke dokter hewan secara berkala untuk memeriksa kondisi kulit dan bulunya.
-
Bagaimana kucing berkeringat? Kucing memiliki kelenjar keringat terletak di bagian bawah bantalan kakinya. Kelenjar ini berbeda dari manusia yang memiliki kelenjar keringat di seluruh tubuh.
-
Kucing mengeong untuk apa? Para pemilik kucing tentu saja akan tahu bahwa sebetulnya meongan kucing tidaklah memiliki arti yang sama. Ketika kucing marah, bahagia atau meminta makan bahkan perhatian mereka akan mengeong dengan cara yang berbeda.
-
Hewan apa yang ditemukan oleh ilmuwan? Ilmuwan menemukan kerangka dua spesies baru kucing bergigi atau bertaring pedang yang tidak diketahui sebelumnya. Makhluk ini hidup di Afrika sekitar 5,2 juta tahun lalu.
-
Apa yang terjadi ketika kutu kucing berpindah ke manusia? Meskipun demikian, kutu kucing bisa saja berpindah dari kucing ke manusia, misalnya saat Anda memeluk atau menggendong kucing kesayangan Anda. Namun, kutu kucing tidak akan menetap di tubuh Anda, dan biasanya tidak menyebabkan gejala seperti gatal atau iritasi kulit.
Para ahli, termasuk genetika, spesialis penyakit menular, psikolog, dan pakar lainnya, telah mengemukakan berbagai teori mengenai kedekatan manusia dengan kucing serta dampaknya pada kesehatan manusia.
Menurut laporan dari Medical News Today pada Rabu (16/10), Patricia Pendry, seorang profesor dari Washington State University yang mempelajari interaksi antara manusia dan hewan, menjelaskan bahwa daya tarik manusia terhadap kucing mungkin disebabkan oleh perilaku unik yang mereka miliki.
"Ketika kucing memberikan respons yang halus dan tidak terduga kepada kita, kita merasa dipilih atau dianggap 'istimewa' saat respons tersebut terjadi. Saya percaya bahwa karena respons ini biasanya memerlukan waktu untuk muncul, kita menjadi tertarik untuk mengetahui apa yang akan dilakukan kucing," ujar dia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak orang mungkin menganggap kucing sebagai hewan yang menggemaskan karena mereka memiliki fitur yang mirip dengan bayi manusia.
Secara instingtif, kita merespons mata besar dan perilaku lucu, yang merupakan respons evolusioner yang membantu kita merawat anak-anak. Daya tarik kucing juga terletak pada tingkah laku mereka yang konyol, terutama anak kucing yang memiliki energi melimpah. Kucing dewasa pun tidak kalah lucu.
Namun, bukan hanya karena kelucuan mereka, banyak pemilik kucing yang merasakan bahwa peliharaan mereka berkontribusi positif terhadap kesehatan mental mereka.
Bagaimana Kucing Berdampak pada Kesehatan Pemiliknya?
Penelitian menunjukkan bahwa memiliki kucing dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan fisik dan psikologis, asalkan pemiliknya tidak alergi terhadap hewan tersebut.
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa individu yang pernah memelihara kucing memiliki risiko lebih rendah untuk meninggal akibat serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah memelihara kucing.
Selain itu, penelitian lain mengindikasikan bahwa keberadaan berbagai hewan peliharaan, termasuk kucing, dapat menurunkan kemungkinan anak-anak mengalami alergi. Namun, ada kekhawatiran terkait kemungkinan infeksi zoonosis pada pemilik kucing akibat parasit Toxoplasma gondii, yang sering ditemukan dalam kotoran kucing.
Beberapa orang bahkan berpendapat bahwa T. gondii dapat menjadi pemicu skizofrenia. Pada tahun 2016, para peneliti meneliti hubungan antara T. gondii dengan skizofrenia, depresi berat, kontrol impuls yang buruk (seperti perilaku bunuh diri dan kriminalitas), kepribadian, serta kinerja neurokognitif. Hasilnya menunjukkan bahwa bukti yang menghubungkan T. gondii dengan masalah-masalah tersebut sangat sedikit. Sebaliknya, memelihara kucing ternyata memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental pemiliknya.
Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh organisasi kesejahteraan kucing di Inggris, Cats Protection, sebanyak 93,7% responden mengaku bahwa memiliki kucing membawa manfaat bagi kesehatan mental mereka.
Pendry menjelaskan bahwa kucing "memberikan perhatian, mengurangi rasa kesepian, serta menyediakan kenyamanan, kesenangan, dan hiburan.
Selain itu, mereka juga memberikan kasih sayang dan memungkinkan kita untuk membelai dan memangku mereka, yang diketahui dapat melepaskan oksitosin dan mengurangi produksi kortisol, hormon stres.
"Saya percaya bahwa manfaat ini bersifat timbal balik. Selama kasih sayang yang kita berikan diterima dengan baik, kucing juga merasakan kenyamanan dan rasa saling memiliki dari kita," jelas dia.