Mengenal Ransomware, virus PC yang benar-benar bisa bunuh manusia
Virus jenis baru ini juga menyerang smartphone hingga tablet
Virus kini tidak hanya bisa 'membunuh' gadget mobile atau komputer di rumah Anda. Virus jenis baru bernama ransomware diklaim bakal membawa kerugian sebenarnya bagi pengguna internet.
Menurut pakar keamanan internet, Bogdan Botezatu, ransomware adalah ancaman terbesar yang menyerang konsumen internet global. Hal ini cukup ironis, sebab senjata utama dari virus ini adalah enkripsi atau teknologi yang awalnya dibuat untuk melindungi data konsumen.
-
Bagaimana cara kerja virus? Cara kerja virus adalah sebagai berikut:Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus.Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang. Materi genetik virus dapat berbentuk untai tunggal atau ganda, linear atau sirkuler.Materi genetik virus mengambil alih fungsi sel inang dan membuat sel inang menjadi pabrik virus. Sel inang akan menghasilkan ribuan salinan virus baru dengan menggunakan bahan-bahan dari sel inang itu sendiri.Virus baru keluar dari sel inang dengan cara lisis (membuat sel pecah) atau budding (membuat kantung-kantung kecil di permukaan sel). Virus baru kemudian siap untuk menginfeksi sel-sel lain.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Dimana para penjahat siber menyembunyikan malware? Karena sebagian besar mod dan cheat didistribusikan di situs web pihak ketiga, penyerang menyamarkan malware dengan berpura-pura sebagai aplikasi ini.
-
Mengapa hacker meretas kamera HP dan laptop? Penjahat dunia maya kini dapat dengan mudah meretas kamera ponsel atau laptop dan merekam aktivitas penggunanya secara diam-diam.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
"Cukup ironis melihat teknologi enkripsi yang diciptakan untuk membuat kita aman justru dipakai untuk menyerang kita," ujar Bogdan, Techradar, (17/03).
Virus berbasis enkripsi tersebut bila menyerang gadget tidak hanya melumpuhkannya tetapi juga menguncinya. Nah, untuk membuka 'gembok' yang menutup akses ke gadget itulah biasanya hacker yang mengirim ransomware akan meminta tebusan.
"Bila para hacker itu tidak masuk penjara terlebih dulu, hampir semua hacker pengirim ransomware akan meminta tebusan uang atau Bitcoin," lanjut Bogdan.
Bogdan menjelaskan bila setiap harinya ada 2000 ransomware baru yang dibuat oleh hacker. Celakanya, setiap ransomware diklaim unik dan berbeda satu sama lain. Alhasil, upaya pemberantasan virus ini lebih sulit dari jenis virus lain.
Untuk melindungi gadget dan PC dari serangan ransomware, Bogdan menyarankan pengguna selalu menginstal antivirus di smartphone, tablet, hingga laptop.
Bila hal itu terlambat dilakukan, hal buruk seperti kematian pun bisa mengintai. Bogdan mengatakan bila hingga saat ini sudah ada tiga orang yang meninggal akibat ransomware. Ketiganya dicurigai bunuh diri ketimbang menyerah pada tuntutan hacker.
Baca juga:
Korea Utara dilaporkan retas reaktor nuklir milik Korea Selatan
Hati-hati mainkan game-game ini, hacker mengintai
Setelah pecandu video porno, kini hacker fokuskan serangan ke gamer
Cuek bahaya internet, wanita lebih rentan jadi korban penjahat cyber