Menyedihkan, ini mamalia pertama yang punah karena pemanasan global
Para ilmuwan sudah menganggap bahwa punahnya spesies ini dianggap sebagian kecil dari masalah kepunahan.
Naiknya permukaan air laut karena pemanasan global, mengancam banyak sekali hewan yang bergantung kepada air laut . Di antaranya adalah Beruang Kutub, penyu, Paus Sikat, Serta Pinguin Galapagos. Meski beberapa hewan tersebut dalam keadaan kritis, banyak hewan berada dalam naungan para penyelamat lingkungan.
Namun ternyata pemanasan global telah merenggut satu spesies mamalia dari Australia. Spesies mamalia yang mendiami sebuah pulau di Great Barrier Reef ini bernama Bramble Cay melomy, seekor binatang sebesar tikus kecil dengan ekor panjang, cambang, serta bulu merah kecokelatan. Bramble Cay adalah binatang asli Great Barrier Reef, yang mendiami pulau kecil di Selat Torres antara Queensland Australia dan Papua Nugini. Punahnya Bramble Cay Melomy pun disebut-sebut sebagai kepunahan mamalia pertama yang diakibatkan oleh pemanasan global.
-
Bagaimana ilmuwan menemukan dunia prasejarah ini? Saat tinggal di desa kecil di gurun tinggi dengan populasi sekitar 35 orang, para peneliti baru menemukan laguna ini setelah melihat petunjuk pada citra satelit.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Kenapa dunia prasejarah ini menarik perhatian ilmuwan? Ekosistem unik ini mungkin memberikan gambaran tentang Bumi miliaran tahun lalu, ketika organisme primitif pertama kali muncul di planet kita.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
Meskipun Melomy ini adalah binatang yang sangat banyak di tahun 1970an silam, populasi mereka menyusut secara cepat semenjak beberapa dekade terakhir. Pada akhirnya, Department of Environment Australia memasukkan Melomy ke dalam daftar spesies yang terancam punah. Bahkan, Melomy terakhir terlihat di pulau tersebut pada 2009 silam.
Sejak Agustus hingga September 2014 silam, ilmuwan telah mengadakan berbagai penelitian di pulau tersebut. Menggunakan jebakan, kamera serta pencarian siang hari, hasilnya semua nihil.
Dari laporan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah Queensland, 'anthropogenic' dituding sebagai kambing hitam. Hal tersebut merujuk pada perbuatan dan aktivitas manusia yang berdampak pada meningkatnya pemanasan global.
Dilansir dari New York Times, Luke Leung, seorang ilmuwan dan peneliti dari University of Queensland menyebutkan bahwa faktor paling utama dari punahnya Bramble Cat adalah air pasang dan makin bergelombangnya air laut. Air laut ini bahkan mampu masuk hingga tengah pulau yang memang kecil, dan mengancam habitat dari Bramble Cay melomy.
Rumah-rumah dari Bramble Cay seperti gua batu kecil serta celah-celah di tanah maupun batu, perlahan mulai menghilang. Hal ini juga memperburuk permasalahan makanan, karena Melomy yang merupakan herbivora harus berkompetisi dengan burung laut serta penyu.
Para ilmuwan sudah menganggap bahwa punahnya spesies ini dianggap sebagian kecil dari masalah kepunahan. Pemanasan global sudah menjadi ancaman besar, dengan adanya laporan di 2015 bahwa satu per enam dari spesies yang ada di Bumi terancam punah.
Hal ini merupakan peringatan bagi kita untuk makin sadar akan bahayanya pemanasan global yang mengancam kehidupan. Jika hal ini tak dihentikan, maka punahnya berbagai binatang yang menjadi penyeimbang lingkungan hanya tinggal menunggu waktu.
Baca juga:
Fenomena gunung es di Greenland mencair akibat cuaca panas
Desa botol plastik, solusi kreatif untuk kurangi limbah di Panama
Akhir abad 21, pemanasan global ubah Timur Tengah jadi 'neraka'
NASA: Februari 2016 pecahkan rekor temperatur global tertinggi