Parlemen AS bahas lagi RUU keamanan cyber, data pengguna terancam?
RUU itu ditakutkan akan memberikan akses pemerintah ke data pengguna
Parlemen Amerika Serikat berencana menghidupkan kembali RUU tentang keterbukaan informasi mengenai serangan cyber. Puluhan industri termasuk kamar dagang AS mendukung rencana menghidupkan kembali RUU tersebut.
Hal itu diakui mereka akan membantu mendorong perusahaan dan pemerintah untuk berbagi informasi soal serangan cyber yang disinyalir berdampak besar. Dan yang lebih penting, berbagi informasi itu tidak akan dikategorikan sebagai aksi melanggar hukum.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Apa itu yang dimaksud dengan penetrasi internet? Penetrasi internet yang tinggi di negara-negara tersebut menunjukkan perkembangan teknologi dan aksesibilitas yang semakin meningkat, meskipun ada variasi dalam jumlah pengguna berdasarkan populasi total.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
Namun ternyata, gayung tak bersambut. Dilansir dari Reuters, Jumat (23/10), banyak aktivis dan beberapa anggota parlemen menolak keras RUU tersebut untuk segera disahkan. Bahkan, perusahaan-perusahaan teknologi raksasa pun menentang RUU tersebut untuk disahkan.
"RUU itu akan memberikan kekebalan hukum kepada perusahaan yang saat berbagai informasi sebenarnya melanggar privasi Anda," ujar Senator Republik, Rand Paul.
Dikabarkan, Senat sedang memperdebatkan persoalan perubahan RUU hingga minggu depan. Dari sisi mereka yang mendukung untuk menjadikan UU, berdalih jika instansi pemerintah akan lebih mampu membantu perusahaan swasta mengamankan jaringan mereka jika mereka memiliki akses ke data tentang ancaman di dunia maya. Akses data yang dimaksud bisa menyangkut data pengguna.
Teorinya, jika sebuah perusahaan swasta mendeteksi aktivitas yang mencurigakan terhadap jaringan, maka bisa memberikan informasi kepada Departemen Keamanan Dalam Negeri, yang bisa memperingatkan administrator di perusahaan lain untuk waspada.
Baca juga:
Siswa SMA retas komputer sekolah demi ganti nilai raport
Remaja Amerika pro Palestina retas email bos CIA, bocorkan data ini
Pemerintah fokus tingkatkan keamanan cyber untuk sektor strategis
Makanan hacker! Ini harga info rekening bank jika dijual di internet
4 Cara mudah lindungi gadget dan akun sosmed dari serangan cyber
7 Hacker seksi paling ditakuti, ada yang mantan model PlayBoy!