Pengamat: "Daripada beli Indosat, lebih baik beli satelit baru"
"Sisa dananya dapat digunakan untuk membangun infrastruktur."
Ketika dilangsungkannya Debat Capres 2014 lalu, calon dengan nomor urut 1, yaitu Prabowo Subianto menanyakan kepada Joko Widodo sebagai calon dengan nomor urut 2 mengenai buy back atau pembelian kembali saham Indosat.
Secara singkat dan jelas, Jokowi mengatakan bahwa apabila ekonomi Indonesia berada di atas 7 persen, maka pembelian tersebut wajib untuk dilakukan. Selain itu, Jokowi juga menjelaskan tentang drone serta kepemilikan satelit sendiri yang selama ini Indonesia masih meminjam (menyewa) dari pihak lain, menurutnya.
Akan tetapi, menurut Head of Research di Indonesian Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia), Poltak Hotradero, di account Facebooknya , terjadi kesalahpahaman dalam hal tersebut, khususnya tentang masalah satelit.
Secara garis besar, Indonesia masih memiliki beberapa satelit tanpa harus menyewa satelit dari pihak lain. Memang untuk satu satelit yaitu Satelit Palapa C-2 dapat dikatakan masih menjadi milik Indonesia dan juga bukan karena satelit tersebut dimiliki dan dioperasikan oleh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) yang telah menjadi bagian dari Indosat. Dan saham Indosat sendiri, mayoritas sudah dikuasai pihak asing.
Namun, masih menurut Poltak, Indonesia masih memiliki satelit Telkom-2 dan dan masih berkesempatan meluncurkan satelit Telkom-3 sebelum masa pakai Satelit Telkom-2 habis di tahun 2020. Selain itu, ada pula Satelit Garuda.
Dari analisisnya, suatu kekeliruan untuk membeli kembali Indosat apabila hanya sekadar ingin kuasai kembali satelitnya. Poltak juga menuliskan bahwa lebih baik dana pembelian tersebut dapat dialokasikan untuk membeli satelit baru kemudian dapat dititipkan ke Telkom atau juga BRI via BRISAt dan sisa dananya dapat digunakan untuk membangun infrastruktur.