Ini Penampakan Mengerikan dari Satelit Pusaran Angin Puting Beliung Ekstrem di Rancaekek
Berikut adalah gambar dari citra satelit penampakan angin puting beliung ekstrem Rancaekek.

Berikut adalah gambar dari citra satelit penampakan angin puting beliung ekstrem Rancaekek.

Ini Penampakan Mengerikan dari Satelit Pusaran Angin Puting Beliung Ekstrem di Rancaekek
Kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat pada Rabu (21/2) dihantam angin puting beliung ekstrem. Akibatnya puluhan rumah rusak.
Menurut Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puting beliung bukan pertama kali terjadi di wilayah tersebut.
Sebanyak tiga kali angin puting beliung menerjang Kawasan tersebut sepanjang 2023.
Pada 5 Juni 2023 terjadi di Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar, dan Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah-Bandung merupakan kejadian kali pertama.
Lalu yang kedua, terjadi pada Oktober 2023 terjadi di Banjaran.

Dua bulan kemudian atau Desember kembali terjadi di Ciparay dan menimbulkan beberapa kerusakan seperti bangunan rusak dan pohon tumbang. Kemudian, di tahun 2024 pada 18 Februari, puting beliung terjadi juga di Parongpong, Bandung Barat.
Selanjutnya yang terbaru di Rancaekek pada Rabu, (21/2) lalu. Mengutip cuitan Dr Erma Yulihastin Pakar Klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dari platform X, ia menjelaskan bagaimana angin puting beliung itu terjadi dan ditangkap satelit.

“Tercatat Pertama: Untuk pertama kalinya, angin puting beliung kecil di atas Indonesia dapat ditangkap oleh satelit. Hal ini menegaskan peristiwa ekstrem tersebut terjadi dalam skala meso. Untuk membatasi angin maksimal, kita harus menyelidiki lebih lanjut,”
Dr Erma Yulihastin Pakar Klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Pada tahun 2009, dilanjutkannya, periset di LAPAN melakukan kajian puting beliung dan mempublikasi artikel ilmiah populer berjudul: "Puting Beliung, Small Tornado yang Sulit Diprediksi”.“Kecuali jika skala mikro telah berubah menjadi meso, maka fenomena tsb dapat lebih mudah diprediksi,” cuitnya.
Dari skala dampak kerusakan, kasus Rancaekek lebih luas dan lebih parah dibandingkan dengan Cimenyan (28 Maret 2021) yang sudah pihaknya kaji sebelumnya.
“Oleh karena itu, kami akan rekonstruksi, karena untuk pertama kalinya, fenomena small tornado dapat dideteksi dari satelit,” terang dia.
Berikut adalah penampakan angin puting beliung dari satelit.

