Terekam Kamera: Detik-Detik Puting Beliung Muncul di Rancaekek, Awalnya Kecil Seketika Jadi Raksasa
Saking kencangnya putaran angin, material dan sampah tersapu dan beterbangan berhamburan ke udara
Pusaran itu terus bergerak dari titik satu ke titik lainnya.
Terekam Kamera: Detik-Detik Puting Beliung Muncul di Rancaekek, Awalnya Kecil Seketika jadi Raksasa
Langit kawasan Rancaekek, Kabupatan Bandung, Jawa Barat, terasa sangat mencekam pada Rabu (21/2) kemarin. Awan gelap disertai angin kencang tiba-tiba muncul menggantikan hujan yang sempat turun di pagi hari.
Beberapa saat kemudian, muncul pusaran disertai angin sangat kencang. Pusaran itu terus bergerak dari titik satu ke titik lainnya. Sejumlah warga tampak mengabadikan peristiwa tak biasa itu dengan ponsel mereka.
Dilihat dari sejumlah video yang beredar diunggah media sosial @folkshitt, Kamis (22/2), terlihat jelas detik-detik pusaran angin yang semula kecil kemudian membesar.
Lebar dan tinggi pusaran angin bertambah. Saking kencangnya putaran angin, material dan sampah tersapu dan beterbangan berhamburan ke udara.
Pohon yang berayun kuat cukup menggambarkan bagaimana kencangnya angin puting beliung sore itu. Bahkan di sejumlah video lainnya juga terlihat kendaraan warga yang terdampak akibat embusan angin yang sangat kencang.
Suasana mencekam itu berlangsung selama beberapa menit. Langit di kawasan Rancakeke gelap disertai angin kencang.
Ini beberapa video yang menampilkan detik-detik puting beliung di Rancaekek:;
BRIN Sebut Tornado
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin lewat akun X miliknya menyebut puting beliung yang terjadi di Rancaekek, Kabupaten Bandung, menyerupai tornado.
Erma menjelaskan alasan menyebut peristiwa alam itu sebagai tornado. Sebab tornado biasanya memiliki skala kekuatan angin yang lebih tinggi dan radius lebih luas. Adapun kecepatan angin tornado minimal 70 kilometer per jam.
Berdasarkan kajian BRIN, angin puting beliung terkuat yang pernah tercatat memiliki kecepatan 56 kilometer per jam. Di Indonesia sendiri, kasus puting beliung yang biasa terjadi biasanya dalam rentang waktu 5 sampai 10 menit. Itupun termasuk kategori sangat lama.
"Hanya ada satu kasus yang tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021," Erma.
Berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Rancaekek kemarin, kata Erma, BRIN melalui Kajian Awal Musim Jangka Madya Wilayah Indonesia (KAMAJAYA) sudah memprediksi akan terjadi peristiwa cuaca ekstrem pada 21 Februari 2024.
Penjelasan BMKG
Kepala Stasiun BMKG Kelas I Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, penyebab puting beliung dari hasil analisis cuaca sementara salah satunya karena suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia relatif hangat. Sehingga mendukung penambahan suplai uap air ke wilayah Indonesia termasuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.
"Itu juga selaras dengan kelembapan udara di lapisan 850-500 mb yang relatif basah yakni antara 45-95 persen," kata Teguh Rahayu. Demikian dikutip dari Antara, Kamis (22/2).
Penyebab lainnya, ada sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera yang mengakibatkan terbentuknya area netral poin dengan area pertemuan dan perlambatan angin (konvergensi) serta belokan angin (shearline) berada di sekitar wilayah Jawa Barat.
"Kondisi ini mampu meningkatkan pertumbuhan awan di sekitar wilayah konvergensi dan belokan angin tersebut," jelasnya.