Penjelasan BMKG Terjadinya Puting Beliung Landa Jembrana Bali Terjang Rumah Warga
Hal itu dijelaskan Koordinator Analisa dan Prakiraan Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jembrana, Made Dwi Wiratmaja
Koordinator Analisa dan Prakiraan Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jembrana, Made Dwi Wiratmaja menerangkan soal cuaca ekstrem angin puting beliung yang merusak puluhan rumah warga di Kabupaten Jembrana, Bali.
Dwi Wiratmaja mengatakan, terkait angin puting beliung yang terjadi di kawasan Kabupaten Jembrana, karena saat ini Pulau Bali sudah memasuki musim peralihan atau pancaroba dan akan memasuki musim penghujan.
"Nah kejadian-kejadian puting beliung ini, memang seringnya muncul di musim-musim pancaroba. Istilahnya, memang waktunya akan muncul, seperti itu," kata Wiratmaja, saat dihubungi Selasa (8/10) sore.
Kemudian, untuk kecepatan angin puting beliung yang melanda Jembrana, pada Senin (7/10) kemarin, pihaknya tidak bisa memastikan berapa knot kecepatan angin itu, karena di daerah yang terdampak puting beliung tidak ada alat pengukur angin. Selain itu, alat pengukur angin berada ada di Kantor Staklim BMKG Negara, Jembrana, yang jaraknya sekitar 8 kilo meter dari lokasi daerah yang terdampak puting beliung.
"Tapi pencatatan di kantor itu sampai 17 knot kecepatan maksimumnya pada kemarin. Jadi kemungkinan di lokasi (puting beliung) bisa dua kali lipat itu, bahkan lebih mungkin, iya bisa sampai 30 knot," ujarnya.
"Saya sendiri tidak bisa memastikan kecepatan sekian. Karena posisinya jauh dari lokasi dan pencatatan alat pengukur yang ada di kantor kami. Cuma, kalau dikatakan korelasinya kalau di kantor kemarin kurang lebih 17 knot, berarti di sana lebih dari 25 knot," lanjutnya.
Ia juga menyebutkan, cuaca ekstrem puting beliung hampir setiap tahun terjadi di daerah Kabupaten Jembrana, apalagi memasuki musim pancaroba tetapi tempat dan waktunya tidak bisa dipastikan kapan terjadi.
"Setiap tahun hampir terjadi. Sebelumnya sempat di (kawasan ) Gilimanuk dan di daerah Selatan Negara. Jadi, memang kejadian puting beliung ini, kita tidak bisa pastikan di mana dia akan muncul dan secara historis memang tidak terjadi lagi di lokasi yang sama. Misalnya, sekarang ini puting beliung, kecil kemungkinan akan terjadi lagi di lokasi yang sama," ujarnya.
Ia menerangkan, penyebab puting beliung terjadi pada dasarnya terbentuk dari awan
kumulonimbus, sebuah awan vertikal menjulang sangat tinggi, hitam dan tampak besar dan menghasilkan hujan lebat secara tiba-tiba disertai petir dan angin kencang bahkan puting beliung.
"Tapi tidak semua awan kumulonimbus ini menyebabkan puting beliung. Jadi, ada kriteria khusus yang memang tercipta baru dia akan terbentuk. Dan lebih besar kemungkinannya puting beliung terbentuk di tanah lapang atau di area terbuka. Tapi, tidak menutup kemungkinan itu akan terjadi mungkin di spot lain dan lebih rentan di daerah-daerah pesisir," jelasnya.
Kenapa angin puting beliung berpotensi di daerah pesisir, karena sumber muatan bahan bakar puting beliung utamanya dari air laut. Apalagi, saat ini perairan di Bali sangat hangat.
"Karena kondisinya kemarin anomali-nya sampai satu derajat celcius untuk perairan di Bali sehingga penguapan itu intensif. Penguapan-penguapan yang banyak ini menciptakan terbentuknya awan-awan hujan yang peluangnya lebih banyak," ujarnya.
Pihaknya juga meminta warga di Bali agar waspada dengan potensi kemunculan angin puting beliung. Karena, tidak menutup kemungkinan puting beliung juga bisa muncul di musim penghujan bukan hanya di musim pancaroba.
"Kalau kita katakan angin puting beliung itu pasti terjadi, belum bisa kita katakan seperti itu. Tapi ada potensi, mengingat data kita mengatakan bahwa lebih sering terjadi pada musim pancaroba dan tidak menutup kemungkinan dia akan muncul di musim hujan ataupun di puncak musim hujan. Karena awan-awan kumulonimbus ini lebih sering dia terciptanya di musim-musim pancaroba," ujarnya.
Selain itu, kondisi atmosfer di Bali juga masih labil yaitu dari musim kemarau kemarin lalu masuk ke musim peralihan dan masuk musim basah atau musim hujan.
"Dan di sini labil sekali, cepat sekali perubahan cuacanya, kadang panas terik sekali, tiba-tiba nanti sore malam atau menjelang dini hari terjadi hujan lebat itu yang perlu diwaspadai. Kalau misalnya kejadiannya malam kan tidak bisa dilihat awanya. Biasanya sih puting beliung itu umumnya terjadi antara siang sore, jadi kalau kita melihat bentukan awan hitam seperti bunga kol tinggi menjulang itu perlu yang kita waspadai," ujarnya.
Seperti diketahui, akibat angin puting beliung puluhan rumah warga dan fasilitas umum di tiga kecamatan di Kabupaten Jembrana, Bali, mengalami kerusakan dan kerugian ditaksir mencapai ratusan juta.
I Putu Agus Artana Putra selaku Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana, Bali, mengatakan peristiwa angin puting beliung berserta hujan deras terjadi pada Senin (7/10) kemarin sekitar pukul 03:30 WITA.
"Cuaca ekstrim angin puting beliung disertai hujan intensitas tinggi terjadi pada hari Senin kemarin," kata Artana, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/10) sore.