Puting Beliung di Indonesia dan Tornado di Amerika Ternyata Mirip, Ini Penjelasan Lengkap BMKG
Menurut Guswanto, tornado biasa dipakai di wilayah Amerika dan ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat.
Kecepatan angin tornado bisa mencapai ratusan km/jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer sehingga dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa.
Puting Beliung di Indonesia dan Tornado di Amerika Ternyata Mirip, Ini Penjelasan Lengkap BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) buka suara soal peristiwa angin puting beliung di kawasan Rancaekek Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu (21/2) sore. Fenomena itu disebut-sebut sebagai tornado.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, secara esensial puting beliung dan tornado memiliki kemiripan.
Keduanya sama-sama memiliki pusaran angin yang kuat, berbahaya, dan berpotensi merusak.
Menurut Guswanto, tornado biasa dipakai di wilayah Amerika dan ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat. Kecepatan angin tornado bisa mencapai ratusan km/jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer sehingga dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa.
"Sementara itu, di Indonesia fenomena yang mirip tersebut diberikan istilah puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika," jelas Guswanto, Kamis (22/2).
Guswanto mengimbau agar fenomena yang terjadi di Rancaekek tidak disebut sebagai tornado. Dia menyebut, penggunaan istilah tersebut bisa menimbulkan kehebohan di masyarakat.
"Cukuplah dengan menggunakan istilah yang sudah familiar di masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat memahaminya dengan lebih mudah,"
ujarnya.
merdeka.com
Sejarah Puting Beliung di Bandung
Guswanto mengatakan, berdasarkan catatan BMKG, fenomena puting beliung telah terjadi beberapa kali di wilayah Bandung.
Misalnya, pada 5 Juni 2023 terjadi di Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar, dan Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah-Bandung.
"Berdasarkan informasi media, fenomena tersebut menimbulkan kerusakan pada bangunan rumah warga di mana sebanyak 110 rumah rusak di Bojongmalaka, 20 rumah rusak di Kelurahan Andir, dan 11 rumah rusak di Rancamayar," ucap Guswanto.
Pada Oktober 2023 juga terjadi puting beliung di Banjaran. Dua bulan kemudian atau Desember kembali terjadi di Ciparay dan menimbulkan beberapa kerusakan seperti bangunan rusak dan pohon tumbang. Bahkan di tahun 2024 pada 18 Februari, puting beliung terjadi juga di Parongpong, Bandung Barat.
Puting Beliung di Bandung
Puting beliung terjadi di wilayah Rancaekek, Bandung pada 21 Februari 2024. Peristiwa itu menghebohkan masyarakat dan viral di media sosial.
Guswanto menyebut, berdasarkan informasi dari BPBD setempat dan beberapa media daring, puting beliung tersebut terjadi sekitar pukul 15.30 - 16.00 WIB.
Dampak puting beliung itu terasa hingga sekitar wilayah Jatinagor. Kondisi angin di sekitar Jatinangor terukur pada saat jam kejadian mencapai 36.8 km/jam.
Dia menjelaskan, puting beliung secara visual merupakan fenomena angin kencang yang bentuknya berputar kencang menyerupai belalai dan biasanya dapat menimbulkan kerusakan di sekitar lokasi kejadian.
Puting beliung terbentuk dari sistem Awan Cumulonimbus (CB) yang memiliki karakteristik menimbulkan terjadinya cuaca ekstrem. Meskipun begitu, tidak setiap ada awan CB dapat terjadi fenomena puting beliung.
Angin puting beliung dapat terjadi dalam periode waktu yang singkat dengan durasi kejadian umumnya kurang dari 10 menit.
"Prospek secara umum untuk kemungkinan terjadinya dapat diidentifikasi secara general, di mana fenomena puting beliung umumnya dapat lebih sering terjadi pada periode peralihan musim dan dan tidak menutup kemungkinan terjadi juga di periode musim hujan," kata Guswanto.