Rancaekek Luluh Lantak Diterjang Tornado, Ini Saran BMKG Jabar untuk Warga
Ketika BMKG memberikan warning, masyarakat harus early action, tindakan awal.
Kepala BMKG Jawa Barat Teguh Rahayu menyatakan bahwa fenomena alam puting beliung tidak bisa diprediksi.
Rancaekek Luluh Lantak Diterjang Tornado, Ini Saran BMKG Jabar untuk Warga
Pemerintah dan masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan di tengan cuaca ekstrem.
Menurut dia, puting beliung dipengaruhi sejunlah faktor.
Di antaranya karena dampak ikutan pertumbuhan awan sibi
"Yang namanya angin puting beliung itu kan fenomena alam. Bahwa itu dampak ikutan pertumbuhan awan sibi, beberapa tentunya masyarakat harus waspada terjadinya potensi bencana meteorologi," kata dia, Kamis (22/2).
"Terutama di musim hujan ini, baik angin puting beliung, hujan es, banjir, longsor, pohon tumbang apalagi berlokasi atau tempat tinggal di pegunungan atau bertopografi curam, itu kan kewaspadaannya perlu ditingkatkan," ia melanjutkan.
Saat ini, menurut dia, cuaca sudah memasuki puncak musim hujan. Artinya, peluang terjadinya hujan lebat dengan angin kencang sangat tinggi.
"Poin penting yang mau saya sampaikan adalah bahwa masyarakat harus sangat sangat waspada. Peluang ekstrem utamanya hujan lebat kadang disertai angin puting beliung masih sangat berpotensi terjadi," jelas dia.
Jadi masyarakat highlight antisipasi yang bisa kita lakukan apa gitu, karena ini fenomena alam. Ketika BMKG memberikan warning, masyarakat harus early action, tindakan awal.
Evakuasi material bangunan dan pohon masih berlangsung
Dari pantauan, salah satu lokasi yang terdampak puting beliung, di Jalan Raya Raya Bandung-Garut, Rancaekek masih dipenuhi petugas BPBD, TNI, Polri beserta warga masih melakukan evakuasi material bangunan yang terdampak, beserta pohon-pohon yang tumbang.
Kios-kios yang berada disana pun tampak mengalami kerusakan. Para pedagang masih merapikan barang jualannya.
"Saya ga tahu ini berapa kerugiannya. Warung saya tertimpa pohon. Ini masih harus beres-beres. Tapi alhamdulillah ga ada yang terluka, kebetulan saya dan istri lagi keluar,," kata Yana (40) .
Iding Sadili (56) pun mengingat kejadian pada Rabu (21/2) lalu. Ia panik dan takut karena angin itu datang secara cepat setelah hujan deras.
"Suara gemuruhnya beda. Saya panik, istri saya juga panik. Pas lihat ke luar anginnya kencang," jelas dia.
"Saya kembali lagi di dalam. Melindungi diri sambil telungkup. Pas gemuruhnya hilang, bangunan sudah rusak. Taksiran kerugian Rp 100 juta, tapi alhamdulillah keluarga saya selamat," dia melanjutkan.