Siaga! Internet akan jadi sarang teroris di tahun 2025
Di tahun 2025 akan ada serangan cyber besar-besaran
Beberapa tahun lagi internet diprediksi akan menjadi tulang punggung infrastruktur dunia. Sayangnya, hal itu juga menjadi ancaman nyata bagi perdamaian dunia.
Internet sudah menjadi kebutuhan mutlak yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah perkembangan sebuah negara. Namun, banyak ahli menyatakan bila internet justru akan menjadi sarang teroris di tahun 2025.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Apa itu yang dimaksud dengan penetrasi internet? Penetrasi internet yang tinggi di negara-negara tersebut menunjukkan perkembangan teknologi dan aksesibilitas yang semakin meningkat, meskipun ada variasi dalam jumlah pengguna berdasarkan populasi total.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
"Cyber attack akan menjadi pilar utama dari perang dan terorisme yang sudah dimulai saat ini hingga puncaknya 2025 nanti," ungkap Joe Kochan, COO dari US Ignite.
Sekitar 60 persen pakar keamanan internet yang di survei oleh Pew Researchjuga menyatakan bila 11 tahun lagi akan terjadi sebuah aksi terorisme terbesar di dunia maya yang pernah dialami manusia, PC Mag (31/10). Aksi terorisme itu diprediksi dapat menyebar dan mengancam kestabilan banyak negara dan warganya.
"Internet tidak dibuat untuk keamanan, tetapi kita memaksanya menjadi tulang punggung semua sektor virtual milik individu hingga negara, begitu pula dengan sektor komunikasi," ujar Joel Brenner selaku mantan petinggi National Security Agency (NSA).
Kekhawatiran itu muncul karena saat ini hampir semua negara sudah mulai melakukan digitalisasi terhadap aset atau data-data penting milik mereka. Pemerintahan dunia pun mulai berlomba-lomba untuk membuat infrastruktur tercanggih di dunia maya, misalnya transaksi ekonomi, sistem pembangkit listrik, sampai pengatur lalu lintas udara.
Deretan infrastruktur penting tersebut bisa menjadi sasaran empuk bagi para teroris atau hacker. Apalagi, teroris dunia maya tersebut saat ini diketahui mulai membangun senjata 'cyber' seperti malware atau virus yang bisa menyerang hampir semua peralatan yang terkoneksi dengan internet, mulai dari satelit hingga toilet pintar sekalipun.
Ironisnya, serangan cyber tersebut tidak hanya dilakukan oleh para teroris saja, tetapi juga pemerintah. Banyak negara-negara di dunia yang mulai menunjukkan gelagat negatif mereka di internet. Misalnya, serangan terhadap iCloud warga China ke berapa waktu lalu yang santer diisukan merupakan ulah hacker pemerintah Negeri Tirai Bambu sendiri.
(mdk/bbo)