Situs intelijen Australia masih down 100 persen
Nanti malam serangan ke Australia akan kembali dilanjutkan
Situs Badan Intelijen Australia atau Australian Intelligence Service yang semalam jadi bulan-bulanan ratusan hacker dari Indonesia hingga kini masih down 100 persen.
Situs yang beralamat di www.asis.gov.au itu belum bisa dibuka, bahkan sempat langsung dialihkan ke situs www.asio.gov.au. Dalam Bahasa gaul para hacker disebut dalam kondisi '404'.
Jatuhnya situs www.asis.gov.au bisa dicoba dengan mengunjungi langsung situs yang sangat vital di Australia tersebut, atau bisa juga dengan melihat statusnya di www.status.ws dimana terlihat bahwa status www.asis.gov.au masih down.
Berdasarkan pengamatan Indonesia ICT Institute, semalam, situs www.asis.gov.au yang diserang hacker-hacker Indonesia ini terlihat sempat jatuh bangun alias semaput. Situs yang dibuat down oleh para peretas Indonesia sesekali hidup kembali, namun kemudian tepar tak berdaya.
Sebagaimana diketahui, persoalan memata-matai atau menyadap Indonesia, bagi hacker Indonesia perbuatan tersebut dinilai layaknya pencuri. Sehingga, harus ada permintaan maaf. Namun, permintaan maaf tidak kunjung terucap.
Pemerintah yang diharapkan berbuat banyak melempem ketakutan. Alhasil, para peretas bersatu, yang di dunia nyata tentara kita tidak punya alutsista memadai, namun di dunia maya Indonesia tentu tidak bisa dipandang sebelah mata.
Menurut informasi yang beredar di kalangan hacker, para peretas merencanakan akan menyerang kembali Australia secara besar-besaran pada Sabtu malam ke situs-situs pemerintah Australia yang berdomain .gov.au.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Kenapa negara-negara tersebut sering menjadi sasaran hacker? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Siapa saja yang menawarkan jasa hacking? Pekerja keamanan siber yang tidak puas dengan kondisi kerja dan gaji yang kurang memadai mulai menawarkan layanan mereka di web gelap, termasuk pengembang kode dan ahli kecerdasan buatan (AI).