Tanggapi Ookla, BRTI: Membandingkan Kecepatan Internet Satu Negara Apple to Apple
Ookla baru-baru ini melaporkan kecepatan internet di Indonesia berada di peringkat buncit di negara-negara dunia. Sebab rata-rata kecepatan internet kabel di Indonesia adalah 15,5 Mbps, sedangkan rata-rata kecepatan internet kabel dunia 54,3 Mbps. Begitu juga di internet seluler.
Ookla, perusahaan global yang menguji kecepatan internet, baru-baru ini melaporkan bahwa kecepatan internet di Indonesia berada di peringkat buncit di negara-negara dunia. Sebab rata-rata kecepatan internet kabel di Indonesia adalah 15,5 Mbps, sedangkan rata-rata kecepatan internet kabel dunia 54,3 Mbps. Kemudian kecepatan internet seluler Indonesia tercatat sekitar 10,5 Mbps, sedangkan rata-rata kecepatan internet seluler dunia di angka 25,1 Mbps.
Menanggapi laporan Ookla tersebut, Agung Harsoyo, Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), mengatakan bahwa dalam menghitung kecepatan internet, seharusnya memasukkan beberapa variabel, seperti menghitung kecepatan internet melalui jaringan internet fixed line atau mobile. Selain itu, metode perhitungan juga seharusnya menggunakan pembagi dari jumlah pengguna internet yang ada di suatu negara, sebaran penduduk, dan letak geografis.
-
Kenapa internet cepat penting? Internet yang cepat dapat membantu berbagai hal dalam hidup seseorang, mulai dari hal rekreasi hingga dalam bidang profesi.
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? “Ada peningkatan sebesar 1,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Muhammad Arif, Ketua Umum APJII. Menariknya, dari jumlah tersebut, pengguna internet didominasi oleh satu kelompok saja. Maksud dari kelompok ini adalah orang-orang dengan rentang usia tertentu yang “menguasai” jagad internet Tanah Air. Siapa mereka? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Bagaimana cara orang Indonesia menggunakan smartphone dalam sehari? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
-
Bagaimana PT Akses Prima Indonesia meningkatkan kecepatan dan stabilitas koneksi internet di Sentul City? Selain itu, PT Akses Prima Indonesia juga berencana untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan dengan menambahkan perangkat terbaru yang memiliki teknologi mutakhir. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kecepatan dan stabilitas koneksi internet di seluruh area Sentul City.
-
Mengapa keberadaan layanan OTT menjadi ancaman bagi penyedia layanan seluler di Indonesia? Kekhawatiran tersebut muncul karena saat ini masyarakat Indonesia, semakin ketergantungan dengan layanan OTT asing, yang teknologi dan inovasinya sangat berkembang cepat. Akan tetapi, hal ini justru bukan menguntungkan, malah menjadi ancaman bagi penyedia layanan seluler di Indonesia.
-
Apa saja yang membuat orang-orang di Indonesia susah akses internet? Berikut adalah negara-negara di dunia yang warganya belum terkoneksi internet: India: 683.707.000 jiwaChina: 336.416.000 jiwaPakistan: 131.801.000 jiwaNigeria: 123.428.000 jiwaEthiopia: 103.290.000 jiwaBangladesh: 96.473.000 jiwaIndonesia: 93.401.000 jiwaRepublik Demokratik Kongo: 75.612.000 jiwaTanzania: 46.600.000 jiwaUganda: 35.946.000 jiwa
“Indonesia itu unik dan khas. Sehingga dalam menghitung kecepatan internet satu negara, seharusnya disesuaikan dengan karakteristik negara tersebut. Seharusnya variabel perhitungan kecepatan internet di Indonesia juga dimasukkan komponen geografis yang unik dengan wilayah kepulauan, sebaran pengguna, dan populasi yang cukup banyak. Tujuannya agar hasil yang didapatkan lebih fair dan mendekati kenyataan. Karena operator di Indonesia membangun hingga daerah terpencil yang sulit akses dan infrastrukturnya. Berbeda dari negara lain,” ujar Agung dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (6/2).
Dia memberikan contoh Belgia. Menurutnya, luas wilayah negara tersebut tak lebih besar dari provinsi Jawa Tengah. Dengan negara memiliki wilayah tak lebih besar dari Jawa Tengah, tentu lebih mudah bagi operator telekomunikasi di Belgia untuk menarik fiber optic dan membangun Base Transceiver Station (BTS) di seluruh wilayahnya.
Agung mengklaim sebenarnya kecepatan internet di Indonesia khususnya di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan atau Bandung tak kalah dengan ibu kota negara tetangga, seperti Kuala Lumpur atau Bangkok.
“Kalau membandingkan kecepatan internet Indonesia dengan Singapura, sampai kapan pun kita tak akan bisa mengalahkannya. Namun, kalau ingin membandingkan Singapura dengan Singapura, mungkin kita tak kalah dengan mereka. Jadi kalau mau membandingkan harus apple to apple,” ujarnya.
Berdasarkan data OpenSignal, kecepatan rata-rata unduhan 4G LTE di Jakarta mencapai 15,1 Mbps. Sedangkan kecepatan rata-rata unduhan 4G LTE di Bangkok 9,8 Mbps. Sementara kecepatan rata-rata unduhan 4G LTE di Manila 10,59 Mbps. Kota Phnom Penh memiliki kecepatan 4G LTE 13,26 Mbps. Di kawasan ASEAN, kecepatan unduh 4G LTE masih dipegang Singapura yang mencapai 50 Mbps.
Meski kecepatan internet di Indonesia di peringkat ke-2 dari bawah menurut Ookla, BRTI memastikan bahwa pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika akan terus menggembangkan broadband di seluruh Indonesia, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) melalui program Palapa Ring dan penggunaan dana USO oleh BAKTI.
“Harapannya, kelak seluruh daerah kabupaten kota di Indonesia sudah dapat menikmati layanan broadband. Sehingga kecepatan internet di daerah 3T dapat disetarakan dengan kota-kota besar di kawasan regional,” pungkas Agung.
(mdk/sya)