Tantangan dan Potensi Akses Internet di Daerah 3T
Data menunjukkan peningkatan akses internet di wilayah tertinggal yang sebelumnya sulit untuk menjangkau teknologi informasi.
Penyebaran internet di daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T) terus mengalami perkembangan yang signifikan. Berdasarkan survei penetrasi internet yang diumumkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Selasa (17/9) di Jakarta, sebanyak 1.950 responden dari 64 kabupaten di 17 provinsi terlibat dalam penelitian ini.
Data menunjukkan peningkatan akses internet di wilayah tertinggal yang sebelumnya sulit untuk menjangkau teknologi informasi.Pada tahun 2024, diperkirakan 82,6 persen penduduk di daerah tertinggal, atau sekitar 8.114.273 pengguna dari total 9.823.575 jiwa, telah memiliki akses internet.
-
Kenapa internet cepat penting? Internet yang cepat dapat membantu berbagai hal dalam hidup seseorang, mulai dari hal rekreasi hingga dalam bidang profesi.
-
Bagaimana cara APJII menghitung penetrasi internet di Indonesia? Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis survei penetrasi internet Indonesia 2024. Hasil surveinya itu menunjukan jumlah pengguna internet mencapai 221 juta dari 278 juta jiwa penduduk negeri ini. Praktis, tingkat penetrasi pengguna internet di Indonesia telah mencapai 79.5 persen dari total populasi.
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? “Ada peningkatan sebesar 1,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Muhammad Arif, Ketua Umum APJII. Menariknya, dari jumlah tersebut, pengguna internet didominasi oleh satu kelompok saja. Maksud dari kelompok ini adalah orang-orang dengan rentang usia tertentu yang “menguasai” jagad internet Tanah Air. Siapa mereka? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Apa itu yang dimaksud dengan penetrasi internet? Penetrasi internet yang tinggi di negara-negara tersebut menunjukkan perkembangan teknologi dan aksesibilitas yang semakin meningkat, meskipun ada variasi dalam jumlah pengguna berdasarkan populasi total.
-
Apa yang telah dicapai oleh tim peneliti internasional dalam hal kecepatan internet? Tim peneliti internasional telah menciptakan koneksi internet dengan kecepatan yang 4,5 juta kali lebih kencang daripada rata-rata kecepatan internet pita lebar (broadband) rumahan. Mereka telah berhasil mengirimkan data sebesar 301 terabit (Tb) atau 301 juta megabit (Mb) per detik, seperti dikutip dari situs Universitas Aston, Interesting Engineering, dan The Independent, Kamis (28/3).
-
Mengapa internet awalnya dikembangkan? Internet mulai dikembangkan di tahun 1960-an untuk memfasilitasi para ilmuwan dan peneliti yang ingin berbagi informasi dan menyambungkan komputer yang satu dengan yang lain.
Pencapaian ini menunjukkan kenaikan yang sangat mencolok dibanding tahun sebelumnya yang menandakan bahwa penyebaran internet di daerah tertinggal tetap berjalan meski tantangan infrastruktur masih ada.
“Survei ini bukan hanya tentang angka tetapi juga cerminan dan realitas dan tantangan yang dihadapi dalam pemerataan akses internet ke seluruh kawasan di Indonesia. Terutama di daerah 3T atau daerah yang tertinggal,” ujar Ketua Umum APJII Muhammad Arif di Jakarta, Selasa (17/9).
Selain itu, survei juga mengidentifikasi program-program yang sebaiknya diimplementasikan oleh pemerintah untuk memanfaatkan internet di daerah terpencil. Hasilnya menunjukkan bahwa 42,21 persen responden memilih program di bidang pendidikan seperti pembelajaran online, akses bahan ajar digital, dan pelatihan guru.
Sementara itu, 34,20 persen menyoroti pentingnya peningkatan infrastruktur dan akses internet, termasuk peningkatan sinyal, biaya internet yang lebih murah, dan penyediaan perangkat teknologi.Sektor kesehatan juga menjadi perhatian dengan 7,39 persen responden menyarankan pemanfaatan internet untuk konsultasi medis online, pemantauan kesehatan jarak jauh, dan akses informasi kesehatan.
Sektor pertanian memperoleh 6,27 persen dukungan terutama untuk penyebaran informasi cuaca, teknik pertanian modern, dan akses pasar online. Bidang perdagangan dengan 5,15 persen dan pemerintahan dengan 3.97 persen juga diharapkan mendapatkan perhatian, dengan fokus pada jual beli online, pelatihan kewirausahaan, dan layanan administrasi online.
- Pemerataan Akses atau Kecepatan Internet, Mana yang Jadi Fokus Pemerintahan Baru?
- Perjuangan Bebas Blankspot: Ungkapan Syukur dari Masyarakat Desa yang Kini Terkoneksi
- Merdeka Sinyal, Ini Kisah Masyarakat NTT yang Akhirnya Bisa Menggunakan Internet di Era Jokowi
- BAKTI Bakal Kerahkan Satelit Internet ke 80 Ribu Lokasi TPS di Wilayah 3T
Pengaruh Internet Terhadap Sektor-Sektor Penting di Desa
Penggunaan akses internet di desa turut memberikan dampak pada beberapa sektor penting. Dalam sektor pariwisata, 48,30 persen responden menyatakan bahwa internet membantu promosi dan aksesibilitas destinasi wisata, yang berdampak signifikan pada perkembangan sektor tersebut. Namun, sebagian masih merasa pemanfaatan internet belum optimal untuk mendukung pariwisata.
Di sektor pendidikan, 31 persen responden menyebutkan bahwa akses internet memungkinkan siswa mengakses sumber belajar tambahan seperti video pembelajaran, ebook, dan materi pembelajaran interaktif. Para tenaga pendidik juga dapat mengikuti pelatihan profesional secara online.
Meski begitu, masih ada tantangan dalam memaksimalkan pemanfaatan internet untuk pendidikan.Untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), tercatat 61,7 persen UMKM di desa sudah memanfaatkan internet, sedangkan 38,3 persen lainnya belum menggunakannya.
Pemerintah desa berperan aktif dalam mendukung pertumbuhan UMKM melalui program pelatihan dan workshop, serta mendorong pemasaran digital produk. Namun, ada beberapa pemerintah desa yang belum sepenuhnya mendukung UMKM dalam memanfaatkan teknologi digital.
Pada sektor pemerintahan menunjukkan kemajuan signifikan, dengan 80,8 persen pemerintah desa sudah memanfaatkan akses internet untuk operasional dan layanan publik. Namun, masih ada 19,2 persen yang belum menggunakan internet secara optimal dalam pemerintahan desa.
Di sektor kesehatan, 70,8 persen fasilitas kesehatan di desa telah memanfaatkan internet untuk berbagai kegiatan operasional, termasuk pemantauan dan konsultasi jarak jauh. Namun, 29,2 persen masih belum menggunakan akses internet secara memadai.
Penyebaran internet di daerah 3T membawa dampak besar bagi banyak sektor di desa, tetapi masih ada juga tantangan yang harus diatasi agar teknologi yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal. Pemerintah akan mengoptimalkan upaya-upaya untuk mengubah persentase masyarakat yang belum menggunakan internet menjadi turut serta dalam persentasi yang menggunakan internet.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia